"... Awen! Kembalilah ke Alam Iblis dan persiapkan semuanya. Juga! Bawa Shehan dan para siluman lainnya kembali untuk merayakan perayaan penting ini."
Awen segera pergi, meleburkan dirinya menjadi asap hitam tanpa membuat Yue Hua merasa aneh lagi dengan menghilangnya secara tiba-tiba.
"Paman ... kenapa ...?"
"Aku ingin yang terbaik untukmu. Seperti yang Zhao Yong katakan, mungkin benar bahwa kau akan hidup lebih baik di Alam Iblis daripada Alam Manusia yang telah membuangmu."
"Aku bisa membawamu bertemu dengan Cheng Yuan sebelum kepergian kita. Kau bisa melihatnya untuk terakhir kali. Setelahnya, berhenti memikirkannya dan cobalah menerimaku," sela Zhao Yong.
"Jika tidak, jika aku masih bersikeras tidak ingin ikut denganmu ... apa yang akan kau lakukan?" tanya Yue Hua serius.
"Seperti yang kau duga, akan kuhancurkan satu-satunya orang yang kau cintai. Tentu, mudah bagiku melakukannya. Kau pun tahu hal itu, bukan?"
"Kau berani!"
"Makanya, ikut aku dan aku jamin hidupmu akan jauh lebih baik ... dan Cheng Yuan akan menjalani hidupnya dengan baik pula."
Tanpa mengatakan apa-apa, Yue Hua berbalik. Kembali ke dalam gubuk dengan menitikkan air mata.
***
Begitu malam tiba, Yue Hua dengan tubuh transparan tampak berdiri terpaku akan hal yang dilihat. Perlahan mengulurkan tangan kanannya, menyentuh lukisan dengan pandangan sendu.
"Taizi, temuilah Taizifei sebentar saja. Hanya sebentar dengan begitu Kanselir mungkin tidak akan terlalu menekanmu besok di aula," ujar Kasim Chen.
"Aku tidak bisa, melihatnya hanya membuatku marah. Selain itu, tidak tahu rencana apa lagi yang akan diperbuatnya untuk mendapatkanku."
"Taizi!"
"Kurasa yang dikatakan Kasim Chen ada benarnya. Biar bagaimanapun, posisi Kanselir sangat berguna bagimu saat ini. Jangan biarkan Kanselir marah padamu setidaknya untuk saat ini saja. Bersabarlah, akan tiba waktu di mana kau menyingkirkan mereka nanti," sela Yuan Feng, meyakinkan.
Bukan menjawab atau memberikan respon, Cheng Yuan malah mendekati lukisan. Tanpa dirinya tahu bahwa Yue Hua terus memandangnya dengan mata berkaca-kaca.
"Biarkan dia masuk," lirih Cheng Yuan, mendesah kemudian.
"Aku di sini, Cheng Yuan. Aku baik-baik saja dan kemari untuk ... untuk mengucapkan perpisahan."
"Aku merindukanmu."
"Aku juga ...."
"Akhirnya kau bersedia menemuiku, kenapa? Kau membutuhkan bantuan Fuqin untuk rapat besok?"
"Kenapa ingin menemuiku?" tanya Cheng Yuan dingin, ketus.
"Memangnya salah jika Taizifei datang menemui Taizi?"
Mata seketika diliputi amarah begitu melihat lukisan kebersamaan Yue Hua dan suaminya. Dengan cepat, dirinya menghampiri. Bahkan, Yue Hua yang melihat berusaha untuk menghalangi jalannya. Namun, berakhir tembus begitu saja.
"Apa yang kau lakukan?"
Cheng Yuan berusaha menghentikan amukan Lu Ring yang jelas ingin menghancurkan lukisan, memegang kedua pergelangan tangan, membawanya menjauh dengan susah payahnya.
Namun, berkat kesusahan tersebut pula, tak tahu apakah ini memang kecelakaan atau disengaja, tapi jelas kedua orang yang tampak sedang bertarung ini justru malah tersandung, jatuh di atas ranjang dengan Cheng Yuan menindih tubuh Lu Ring. Tampak dalam posisi sedikit intim.
Kasim Chen dan Yuan Feng yang mendengar suara keributan tepat di depan kamar sontak saja menerjang masuk, tapi segera keluar kembali dengan mata terbelalak. Meninggalkan Cheng Yuan yang berusaha bangun.
Tentu, kesempatan jarang ini tidak akan disia-siakan Lu Ring begitu saja. Dengan eratnya, Lu Ring mengalungkan kedua lengan pada leher Cheng Yuan dan kedua kaki mengapit bagian pinggangnya. Lu Ring kini bagaikan koala yang memeluk erat sebatang pohon.
"Di mana sopan santunmu?!"
"Aku adalah istrimu, tidak perlu sopan santun," jawab Lu Ring, tersenyum menang.
"Lepaskan ...! Lepaskan aku!"
"Baik, akan kulepaskan jika ...."
Lu Ring mendekatkan mulutnya pada telinga Cheng Yuan, membisikkan sesuatu. Namun, lain halnya dengan apa yang dilihat Yue Hua. Posisi mereka terlihat sangat intim, dirinya hanya bisa menitikkan air mata sebelum akhirnya terbelalak, terkejut tak percaya. Berakhir, Yue Hua melangkah pergi. Tak lagi sanggup melihat.
"Bisa kau lepaskan aku sekarang?" tekan Cheng Yuan.
Lu Ring meregangkan pelukan, tersenyum puas dengan hal yang terjadi. Sementara Cheng Yuan segera bangun dengan mengeraskan kedua rahang, tangan terkepal erat seolah semua emosi kesal dan marahnya terkumpul di sana.
"Malam ini, aku berhasil mendapatkan ciumanmu. Selanjutkan akan menjadi giliran tubuhmu."
"Jangan bermimpi!"
"Kita lihat saja nanti, hari bagi kita masih panjang."
"Apa kau senang dengan ciuman paksa barusan? Tidak ada perasaan dan bagiku bukan apa-apa selain menganggap sedang berbenturan dengan tembok saja."
"Tetap saja, itu sudah menjadi kemajuan pesat bagiku."
Lu Ring melangkah pergi, senyum di wajahnya memudar begitu membelakangi Cheng Yuan. Kedua tangan terkepal dengan mata berkaca-kaca.
"Ingatlah janji barusan, kau tidak akan merusak lukisan itu," tekan Cheng Yuan.
Sepenting itukah posisi Yue Hua di hatimu sampai kau rela menciumku, orang yang sangat kau benci?
"Aku sudah mendapatkan imbalan atas janji itu, jangan khawatir."
Keluar kamar, meninggalkan kediaman Cheng Yuan dengan Yue Hua dan Zhao Yong terus melihat dan memerhatikan di halaman depan.
"Cheng Yuan akan baik-baik saja selama dirimu tidak hadir. Baik aku atau Kanselir tidak akan menyakitinya ... lupakan dia, untuk apa terus menyimpan pria sepertinya di dalam hatimu?"
"Tidak perlu memancing rasa cemburuku. Aku tidaklah bodoh untuk percaya pernikahan mereka terjadi sukarela atas keinginan Cheng Yuan belaka ....
"... Cheng Yuan, dia pasti membuat kesepakatan dengan Kanselir untuk menyelamatkan nyawaku," tambah Yue Hua.
"Kau senang akan hal itu?"
"Tidak, karena tanpa kesepakatannya pun ... diriku bisa selamat." Yue Hua melempar pandangan lekatnya pada Zhao Yong yang jelas juga memandang dirinya.
"Tidak akan ada siapa pun yang berani menyakitimu, kau bisa menjamin hal itu selama denganku."
Seketika, Yue Hua berjalan menjauh. Dirinya sempat melirik kediaman Cheng Yuan dengan pandangan berpisah. Saat itu, Paman Ming muncul tepat bersebelahan dengan Zhao Yong yang masih terdiam.
"Aku sudah menghapus ingatan semua orang terkait dirimu."
"Mari kita pergi, kembali ke mana kita harusnya berada. Tapi! Ada seseorang yang harus kutemui terlebih dahulu sebelum pergi, membawanya kembali ke kota ini untuk bertemu Cheng Yuan," ujar Zhao Yong.
"Maksudmu ...?"
"Benar, seseorang yang akan menjadi kunci atas kejahatan Huangtaihou. Kunci yang akan membawa kehancuran bagi Klan Lu ... satu-satunya saksi nyata."
"Mungkinkah ... cenayang itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...