Chapter 48

50 12 139
                                    

"TIDAK!!!"

Terbangun dengan keringat membanjiri pelipis, Cheng Yuan mengedarkan pandangan ke sekitar, sadar sedang berada dalam kamar pribadinya. Akan tetapi, rantai menjerat kedua pergelangan tangan dan kaki layaknya borgol. Namun, tidak membuatnya berhenti bergerak, menarik diri keluar dari ranjang, melangkah dengan kesusahan berkat rantai berat yang menjerat lengkap akan suara gemerincingnya.

"Buka pintunya! Buka!"

"Aku adalah Taizi! Beraninya kalian mengurungku!"

Terus menggedor-gedor pintu sekuatnya, lagi dan lagi bahkan menghantam dengan tubuhnya berkali-kali. Hasilnya, pintu tetap kokoh.

"Buka pintunya ... buka ... aku harus menyelamatkannya, aku harus membawanya pergi bersamaku ... Yue Hua ...."

Menangis, tak berdaya akan situasi, cukup membuat kedua tungkainya melemah, terperosok bahkan terbaring di atas dinginnya lantai. Menjatuhkan buliran air mata dengan pandangan terus melihat ke arah lukisan dirinya dan Yue Hua yang tergantung di dinding.

Yue Hua ... apa yang harus kulakukan?

"Fuqin, kenapa begitu kejam padaku?"

Isak tangis terus dikeluarkan, meringkukan tubuh gemetarnya. Jika dilihat dari luar kediaman, akan jelas terlihat para pengawal yang menjaga di setiap inci kediaman dengan kayu-kayu yang terpaku kuat menyilangi setiap pintu dan jendela, menopang agar terkunci kuat dari luar.

***

BLESHH!

JLEB!

BRUKK!!!

Bau amis menyeruak, terdengar jelas tangisan dan erangan saat sebilah pedang menusuk, menembus kulit serta daging, mencipratkan darah ke sekitaran dalam udara dingin yang datang bersamaan dengan angin yang semakin kencang, mendatangkan awan gelap lainnya berkumpul, semakin tebal dan semakin gelap. Namun, bayang-bayang bulan tetap terlihat meskipun tak begitu jelas.

"Laoye ...."

Tn. Yan menoleh, melemparkan senyuman pasrah pada istrinya. Siap menerima semua yang akan terjadi, mengulurkan tangan dan keduanya saling berpegangan erat. Tersenyum, menengadah melihat bulan, memejamkan kedua jendela kehidupan, menitikkan air mata kemudian.

Hua'er, putriku tersayang. Jangan takut karena kau tidak hidup sendiri. Muqin, akan selalu bersamamu ... melihat dari atas sana.

BLESH ...!

BRUKK!!!

Meskipun sulit, tetaplah bersinar layaknya bulan saat ini.

Air mata mengalir, Tn. Yan memalingkan pandangan kepada istrinya yang terbaring lemah, saling menatap dengan tangan yang terus saling bertautan, mata memberat. Bahkan, senyuman pada kedua wajah tersungging, mengantarkan kepergian satu sama lain bersamaan dengan gemuruh langit yang menggelegar.

Bertepatan akan suara itu pula, di lain sisi dalam istana yang remang-remang akan pencahayaan. Yue Hua membuka kedua matanya, tidak merasakan apa pun, tapi melihat bercak darah pada pakaiannya juga pada pedang. Setetes demi setetes meluncur, menyebarkan bau amis.

"Guniang ...."

Yue Hua memalingkan pandangan ke arah suara, air mata mengalir keluar dengan derasnya, terdiam dan termenung. Hanya isak tangis dan napas berat yang keluar dari mulutnya. Terjatuh lemah didekat WanWan yang terbaring, bersimbah darah.

"Ma-maaf ... ma-maaf-kan a-ku ...."

"Kau hancurkan keluargaku seutuhnya ... apa menurutmu satu nyawamu saja sudah cukup?"

Alohomora : The Three Realms (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang