Saat pagi menyambut kembali, mengambil alih seperti biasanya. Tentu, suasana damai dengan cicitan burung-burung kecil yang memulai aktivitas akan terdengar. Akan tetapi, pagi kali ini sedikit berbeda terutama dalam istana yang biasanya tenang.
Tampak, Kasim Wang keluar dari kediaman raja dengan membawa sebuah gulungan kuning keemasan, memperlakukan benda tersebut layaknya benda yang sangat berharga. Sementara raja dalam ruangannya tampak termenung, berdiri menatap luar jendela yang terbuka dengan menitikkan air mata.
"Dekrit kerajaan!!!"
Teriakan tersebut sontak membangunkan Yue Hua dan WanWan dari duduk termenung mereka, mengambil posisi bersujud begitu Kasim Wang melangkah masuk, berdiri tepat di hadapan keduanya, membuka gulungan yang dibawakan.
"WanWan, sebagai seorang dayang yang menguburkan boneka sihir dan baru memberanikan diri menjadi saksi setelah Huangtaihou meninggal, tentu harus dihukum mati ... tapi, berkat kesetiaannya pada keluarga kerajaan dan kerajaan ini sendiri, hukuman telah diringankan. Dirinya akan menjadi rakyat biasa dan tidak diizinkan melangkah masuk istana lagi."
"Huangdi bijaksana!" balas WanWan dengan suara gemetarnya, sedikit tersenyum akan hasil tersebut.
"Yan Guniang, dosa dan kejahatanmu sangatlah besar. Posisimu sebagai calon Taizifei telah dicabut dan sudah sepantasnya dihukum mati. Namun, melihat kebaikan dan kesetiaan Tn. Yan selaku ayahmu telah berhasil meringankan hukuman. Dirimu akan diasingkan keluar dari Kota Chang'an, tidak diizinkan masuk kembali tanpa izin dari istana."
"Huangdi ... bijaksana," balas Yue Hua gemetar, menahan tangis.
"Kalian berdua akan pergi besok, bertahanlah semalam lagi di sini."
"Kasim Wang, bagaimana dengan Fuqin? Keluargaku? Akankah mereka dibebaskan?"
"Tugasku hanyalah membacakan dekrit, maaf Yan Guniang ... aku tidak bisa mengatakan apa-apa." Kasim Wang beranjak pergi.
"Kasim Wang! Kasim Wang!"
Tangis pecah begitu saja, tak kuat terbendung lagi. Yue Hua terduduk lemas pada jeruji kayu, menyenderkan punggung dengan kedua tangan menutupi wajahnya. Paman Ming yang berdiri tepat di hadapannya, ikut terbawa suasana. Netra berubah penuh amarah begitu melihat WanWan yang memandang Yue Hua dengan prihatin.
Akan kupastikan membunuhmu besok!
Paman Ming kembali menatap Yue Hua, kemudian menghilang. Tiba di halaman depan kediaman ibu suri. Zhao Yong yang menyadari kehadirannya, segera meninggalkan ruangan, meninggalkan Lu Ring dan kanselir yang tampak tak puas akan sesuatu.
"Yue Hua akan diasingkan! Bagaimana mungkin penjahat berkeliaran sedangkan yang tak salah harus menderita!"
"Paman, kenapa begitu peduli dengan wanita itu? Yang terpenting bagi kita adalah menyiksa Lu Ring."
Jika kau tahu Yue Hua adalah Ayong, kau tidak mungkin akan mengatakan hal ini, Zhao Yong.
"Tampaknya, akan ada hal buruk yang terjadi malam ini."
Zhao Yong melihat kembali ke arah kediaman, begitu pula Paman Ming. Keduanya memandang Lu Ring dan kanselir, mengobrol serius atau mungkin merencanakan sesuatu.
Di lain pihak, tepatnya desa. Tampak Ta Hai bergabung dengan lainnya dalam tenda nan luas Cheng Yuan. Kelimanya tampak sedang menikmati sarapan pagi lengkap dengan teh hangat.
"Masakan manusia, sungguh menakjubkan," ujar Ta Hai yang tersenyum puas.
"Terasa aneh sekali mendengar perkataanmu itu," sahut Cheng Yuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...