Chapter 6

121 26 266
                                    

Kota Chang'an - Alam Manusia.

Keramaian dengan lalu-lalang orang-orang serta banyaknya para pedagang jalanan, itu hal pertama yang terlihat dalam kota padat nan sibuk ini.

Jika dilihat dari segi bangunan, pakaian yang dikenakan dari kebanyakan orang-orang lengkap dengan ornamennya, begitu juga keceriaan yang menampilkan kedamaian, dapat diketahui bahwa kota telah dipimpin dengan baik.

Kota Chang'an sendiri merupakan ibu kota dari Provinsi Shaanxi. Kota yang terkenal akan perdagangan, menjadikan kota berkembang cepat dibandingkan kota lainnya. Hal itu tentunya tidak jauh dari kemampuan kerajaan dalam menangani setiap hal dalam kota.

"Titah kerajaan!"

Setiap orang dalam ruangan bersujud, menempelkan pelipis pada lantai. Menunggu pembacaan titah yang akan dibacakan oleh seorang pria, tampak seperti pelayan kekaisaran. Jelas hal itu terlihat dari pakaian biru dongker dengan ukiran perak pada jubah luar yang biasa dikenakan oleh kasim tingkat atas, ditambah dengan tidak adanya kumis dan jenggot pada wajah seorang pria paruh baya tersebut.

Hal lainnya, dipertegas dengan gantungan giok abu-abu yang tergantung pada bagian pinggang. Giok yang menandakan bahwa kasim ini adalah kasim raja.

Tanpa menunggu lebih lama, kasim itu membuka gulungan merah yang dibawanya. Sesaat dirinya melirik ke arah seorang wanita berpakaian warna biru muda dengan motif kain berbunga putih yang bersujud di hadapannya.

"Sebagai hadiah atas kesetiaan Tn. Yan sebagai pejabat istana. Yan Yue Hua, putri dari Tn. Yan dan Ny. Yan telah dipilih untuk menjadi Taizifei. Kehadirannya dalam istana akan dilakukan dalam waktu 15 hari. Sekian!"

(Taizifei itu putri mahkota).

"Aku menerima titah kerajaan," ujar Yue Hua.

Tn. Yan bangun menerima gulungan titah dengan kedua tangannya. Namun, di balik matanya terlihat ketidaksukaan akan titah yang diterima. Hal yang sama juga terlihat pada raut wajah Ny. Yan serta Yue Hua.

"Tandu dari istana secara pribadi akan menjemput dalam 15 hari, berharap kalian bersiap sebaik mungkin mulai hari ini."

"Aku mengerti, Kasim Wang."

Seperginya kasim, Yue Hua hanya terdiam memandang kedua orang tuanya yang terduduk menatap titah kerajaan.

"Fuqin ... Muqin, kalian tidak perlu khawatir, aku akan menjaga diriku dengan baik. Selain itu, bukankah aku memang sudah memasuki usia untuk menikah?" ujarnya, jelas menghibur.

(Fuqin itu ayah, sedangkan Muqin itu ibu).

"Tetap saja akan jauh lebih baik jika kau tidak masuk dalam istana. Tempat itu terlalu bahaya apalagi ... Kanselir Lu yang sudah menargetkan keluarga kita akan lebih marah lagi," ujar ibu.

"Huangdi telah membuat titah, tidak ada yang bisa kita lakukan selain menurutinya," ujar ayah, tampak menyesal.

(Huangdi itu raja/kaisar).

"Aku akan baik-baik saja. Pasti akan baik-baik saja."

Yan Yue Hua, wanita cantik muda berusia 16 tahun. Putri satu-satunya dari pasangan Tn. Yan dan Ny. Yan. Tn. Yan sendiri adalah pejabat istana jujur yang berpangkat sebagai ketua dari Departemen Kehakiman. Bisa dikatakan pejabat terpercaya raja.
Itulah alasan kenapa raja memilih Yue Hua sebagai putri mahkota setelah dengan sulitnya menolak putri kanselir yang berusia sama dengan Yue Hua bernama Lu Ring.

Kanselir Lu dikenal sebagai pejabat ambisius, memiliki kekayaan serta pasukan pribadi yang cukup besar. Selain itu, hampir seluruh pejabat istana adalah bagian dari orangnya. Bahkan, ibu suri dan permaisuri adalah bagian dari klan keluarganya.

Raja yang merasa terancam dengan sikap ambisius kanselir, berusaha semampunya untuk tidak membiarkan posisi putri mahkota kembali terisi oleh klan keluarga kanselir. Inilah hal yang ditakutkan dan dikhawatirkan oleh orang tua Yue Hua, bahwa kanselir akan menargetkan Yue Hua sebagai orang yang harus disingkirkan demi menjadikan Lu Ring sebagai putri mahkota selanjutnya dari Kerajaan Yi.

"Huff! Huff! Huff ...!"

"Tampaknya kita telah lolos." Menyibakkan kipas berlukiskan hutan bambu.

"Taizi, kurasa lebih baik kita kembali saja."

"Gong Zi ... panggil aku Gong Zi selama di luar istana."

(Taizi berarti putra mahkota, sedangkan Gong Zi berarti tuan muda).

"TAIZI ...!!!"

Teriakan yang memekikkan sontak membuat putra mahkota pergi menjauh dari dinding tembok istana. Tampak seperti bagian dari belakang istana.

"Kasim Chen sungguh luar biasa menyakiti telingaku." Mengernyitkan wajah, mengorek sebelah kupingnya.

"Tak lama lagi, Taizifei akan memasuki istana ... harusnya kau lebih berhati-hati agar Kanselir tidak mendapat kesempatan untuk menyerangmu."

"Menikah dengan wanita yang belum pernah kulihat dan kenal, apa kau tahu bagaimana perasaanku?"

"Itu adalah takdirmu sejak dilahirkan dalam keluarga kerajaan."

"Lihatlah, kau sama sekali tidak bisa menghiburku."

"Kemari kemari kemari! Para wanita cantik siap menari untuk menghibur!"

"Kalian pasti tidak akan menyesal! Kemarilah!"

"Mari kita ke sana!"

"Gong Zi! Gong Zi!"

"Laoban Niang, aku akan datang untuk melihat."

(Laoban Niang itu pemilik usaha yang mengacu pada seorang wanita).

"Gong Zi, silahkan masuk," ajak wanita itu dengan penuh senyuman.

"Maaf, kami tidak jadi masuk."

"Apa yang kau lakukan?"

"Gong Zi, kita masih ada urusan untuk diurus ... apa kau lupa?"

"Yuan Feng!"

Pria yang dipanggil Yuan Feng segera mendekatkan mulutnya, membisikkan sesuatu yang sontak membuat mata putra mahkota serius.

"Laoban Niang, tampaknya aku akan kemari lain waktu saja."

Kekehan putra mahkota kemudian menjadi anggukan, dirinya berlari cepat bersama Yuan Feng berbaur dalam keramaian. Terlihat, sekitar 5 orang pria yang bersembunyi mengejar.

Melihat para pengejar yang giat, sontak membuat Yuan Feng bersembunyi pada balik tembok, menunggu saat yang tepat untuk menghentikan, mencegat.

BRUK!!

BRUKK!!

"Gong Zi pergilah!"

Putra mahkota mengangguk, pergi meninggalkan Yuan Feng yang menahan para pengejar, melihat sekitar dengan was-was dalam modus siaga, berjalan santai dalam keramaian.

Menyadari bahwa dirinya masih diikuti, putra mahkota memilih keluar dari keramaian dengan masuk dalam toko pakaian secara diam-diam. Dirinya mengambil kain pakaian berwarna biru langit secara acak, masuk ke dalam suatu ruangan dan mengintip dari balik celah dinding. Memastikan para pengejar tidak mengetahui keberadaannya.

"AAHHH ...! KAU SIAPA?!"

"Sstttt ...!"

"Tolong! Tol ...!"

"Guniang diamlah, aku bukan orang jahat atau cabul."

(Guniang itu nona muda).

Wanita yang ternyata Yue Hua berusaha melepaskan diri dari bekapan tangan putra mahkota. Namun, bukannya lepas malah bekapan putra mahkota pada mulutnya semakin dan semakin erat, membuat Yue Hua tersudut pada dinding ruang. Tatapan dekat keduanya pun tak terhindarkan. Saling menatap dengan kedua mata terbelalak selama beberapa detik.

"Guniang, bisa kau tidak berteriak?"

Alohomora : The Three Realms (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang