Begitu pertemuan selesai, Cheng Yuan bersamaan Yuan Feng hanya bisa berjalan-jalan di sekitar istana. Sesekali akan menengadah, melihat langit cerah yang tiada hentinya bergemuruh.
"Semua akan baik-baik saja, bukan?"
"Tian Di tidak akan membiarkan apa pun terjadi, kita harus percaya karena Langit sekalipun percaya padanya," jawab Yuan Feng.
Keduanya kembali melangkah sebelum akhirnya terhenti. Saat itu, hanya Cheng Yuan yang melanjutkan langkah pergi dengan Yuan Feng berdiam diri, serius melempar pandangan pada dua orang yang menjauh.
"Katakan, apa yang ingin kau bicarakan?" Tak menoleh apalagi memandang balik, layaknya terdapat tembok pemisah di hadapannya.
"Ini kali pertama kau mengunjungi kediamanku setelah hari pernikahan kita. Cheng Yuan ... apa sebenci itu kau padaku hingga tega tak menemuiku sekalipun? Bahkan saat Fuqin dan semua keluargaku terbunuh ... kau ...."
"Bukankah sudah jelas kukatakan pada malam pernikahan kita, apa kau lupa?"
"Kupikir, kau akan memberikan sedikit kebaikan padaku ... mengingat hubungan masa kecil kita dulu. Apa benar, tidak ada lagi kesempatan padaku meskipun sangat kecil?" tanya Lu Ring, lirih dalam tangisan.
"Kau tahu jawabannya, tidak perlu bertanya lagi," jawab Cheng Yuan dingin.
"Aku akan berubah, aku janji akan bersikap seperti apa yang kau inginkan ... Cheng Yuan, diriku tidak lagi memiliki siapa pun. Hanya dirimu yang kumiliki, jika kau juga bersikap seperti ini padaku ... aku benar-benar tidak tahu bagaimana harus menjalani hidupku ....
"... Aku tidak akan memaksamu menyukaiku, yang kuinginkan hanyalah sedikit kepedulianmu ... hanya sedikit saja, bisakah?" Berlinangkan air mata, pandangan memohon dan belas kasih pun terus Lu Ring tunjukkan.
"Kepedulian ...? Apa kau memikirkan bagaimana perasaan Yue Hua?!" Melempar balik pandangan, tajam dipenuhi amarah.
"Kau menghancurkan seluruh keluarganya yang tidak bersalah! Merampas apa yang harusnya menjadi miliknya! Lantas ...! Apa kau memahami? Apa kau merasa iba dan kasihan padanya?"
Cheng Yuan berbalik, menarik napas beratnya. Mencoba sepenuhnya menahan emosi yang selama ini tertahankan. Bahkan, berkecak pinggang.
"Sejak hal itu kau lakukan padanya, diriku sudah sepakat untuk tidak lagi memiliki hubungan apa pun denganmu. Termasuk, hubungan dekat masa lalu kita."
"Cheng Yuan ... hiks ... hiks ...."
"Jika kau bersikap baik, hal ini tidak akan sampai seperti ini. Kaulah yang menciptakan situasi kita menjadi dingin ... kaulah yang memutuskan hubungan dekat kita. Maka, tanggung sendiri akibatnya."
"Apa yang bisa kulakukan padamu untuk memaafkanku?"
"Tidak ada yang perlu kau lakukan."
Dengan langkah yakin Cheng Yuan pergi, meninggalkan Lu Ring yang terperosok lemah. Menangis tersengal-segal menatap Cheng Yuan yang semakin dan semakin menjauh dari pandangannya.
"Taizi!"
Cheng Yuan sontak menghapus mata lembapnya, memandang Yuan Feng yang mendekat, terdiam.
"Kenapa ...? Kau ingin memberitahuku bahwa tindakanku barusan kejam?"
"Kau memang kejam, tapi tindakan Lu Ring lebih kejam darimu, tak sebanding malah."
"Terima kasih ... terima kasih sudah mendukungku selama ini."
"Tidak ada orang yang bisa memahamimu lebih baik dariku dan kau, melakukan hal yang tepat. Itulah hal yang selalu membuatku mendukung setiap keputusanmu," jawab Yuan Feng, tersenyum.
Bersamaan dengan itu, gemuruh di langit kini semakin keras. Bahkan, awan-awan putih tak lagi terlihat seolah ketakutan. Gantinya, terlihat lingkaran hitam pada langit. Berawal kecil yang kemudian semakin dan semakin membesar seolah langit bocor, berlubang.
"Apa suara gemuruh itu berasal dari benda itu?"
"Tampaknya begitu," jawab Yuan Feng.
Seiring dengan munculnya benda aneh, angin berkali-kali lipat semakin kencang. Anehnya, arah gerak angin seperti mengikuti benda tersebut, terbang ke sana seolah terhisap bersamaan dengan suara gemuruh yang kini terdengar bagai sangkalala.
"Lihat!" tunjuk Yuan Feng.
Dengan kesulitan Cheng Yuan mengikuti arah tunjuk Yuan Feng yang terperangah, tidak ada kata yang bisa diucapkan. Hal itu juga dialami alam lainnya, lingkaran hitam menghiasai langit biru mereka. Angin ribut menghisap apa pun, termasuk kerlap-kerlip yang menguar, energi alam.
Sontak setiap pasukan yang berjaga membangun suatu perisai, berbondong-bondong menyalurkan energi pada ketua atau pemimpin alam mereka, mengarahkan pada lubang hitam yang kian membesar. Suatu usaha untuk melindungi dan menahan lingkaran hitam dari menghisap habis energi yang dapat menghanguskan alam.
Ketika dua kekuatan bertemu, suara gemuruh yang memekikkan lengkap dengan cahaya merah keluar layaknya lidah api.
"Manipulasi energi alam," gumam Long Jun.
"Kau benar, Zhao Yong menyerang setiap alam seperti yang kau duga, tapi ...! Caranya sudah keterlaluan!" ujar Ta Hai yang mendengkus kesal.
"Mari kita akhiri, semuanya," tekan Long Jun.
Terlihat ratusan ribu pasukan langit lengkap dengan pasukan Gunung Kunlun bergabung, mengenakan pakaian zirah perak dengan jubah putih. Tak terkecuali Long Jun dan Ta Hai juga.
Keduanya tampak gagah dalam balutan pakaian tersebut, mata memandang jauh ke depan. Menampilkan sosok musuh berpakaian zirah hitam dengan jubah merah mendekat, tampak sosok berpakaian zirah merah sepenuhnya mendominasi pada bagian depan. Tentunya memimpin ratusan ribu pasukan yang berbaris rapi di belakangnya.
"Tian Di ...! Maaf jika aku terlambat mengucapkan selamat padamu. Kau tidak akan marah, bukan?"
"Apa ini hadiah yang kau berikan padaku?"
"Bisa dikatakan begitu, bisa pula tidak. Hasil akhir akan menentukan siapa yang akan mendapatkan hadiah. Kau ... atau aku," tekan Zhao Yong.
"Tampaknya tidak lagi ada toleransi yang bisa kuberikan padamu kali ini."
"Kenapa? Kau menyesal dulu tidak menghancurkanku?"
"Zhao Yong, kau sungguh mengecewakan," tekan Long Jun.
"Long Jun! Kau tidak akan mengerti hidupku karena Langit mendukung tepat di belakangmu. Sedangkan aku, aku hanya bisa berusaha dengan caraku tanpa siapa pun di belakangku."
"Jadi ... itulah kenapa kau memaksa mengambil energi alam meskipun tahu resikonya?" Kekecewaan jelas memenuhi sorot mata Long Jun, sedikit mengundang kristal-kristal bening.
"Benar, aku akan menggunakan cara apa pun untuk mengalahkanmu. Bahkan, jika harus mengorbankan kehancuran alam lain."
"Lalu, kenapa tidak kau menghisap habis energi Alam Langit?"
"Karena akan kujadikan alam itu sebagai mahkota kemenanganku, tidak mungkin aku menghancurkannya, bukan?" Zhao Yong menyeringai, menyipitkan mata kelamnya.
Ta Hai melirik sekilas Long Jun yang berkaca-kaca. Bukan amarah melainkan kesedihan. Hal yang sama juga Awen lakukan, melihat Zhao Yong yang mengepal erat tangannya, bukan juga amarah melainkan untuk menyadarkan dirinya agar tidak bersikap lemah. Terbukti dari darah yang menodai zirah merahnya, sebelum akhirnya luka tersebut menghilang dari telapak tangannya yang terkepal.
Sementara setiap alam dan pasukan sibuk melindungi dan menahan lingkaran hitam yang semakin kuat menghisap. Lu Ring yang terpukul dengan ucapan Cheng Yuan kini tampak berdiri di atas kursi kayu kamarnya, meraih kain putih yang menggantung. Dengan tangan gemetar, air mata yang tiada hentinya mengalir dan pandangan kosong ... Lu Ring memejamkan mata, menjatuhkan kursi yang berakhir menampilkan kedua kaki menggantung, bergerak tak karuan hingga akhirnya terdiam, terkulai begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
خيال (فانتازيا)(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...