"Berhentilah, Zhao Yong ... berhentilah."
Bergetar terlingkupi cairan bening, pandangan tak bisa lepas dari sosok misterius yang muncul. Akan tetapi, senyuman mengembang bersamaan dengan sebulir cairan bening luruh dari mata merahnya yang sendu, terjatuh ke dalam sungai. Menghilangkan sosok bercahaya di sampingnya, kembali masuk dalam kalung taring serigala bersamaan dengan hilangnya kelopak tao hua.
BOOM!!!
Baik Zhao Yong atau Long Jun, keduanya mendapat pukulan kuat tepat di dada, memuntahkan darah segar. Entah Long Jun melihat tidak keanehan yang dialami Zhao Yong barusan, tapi yang pasti hal tadi bukanlah ilusi pikiran Zhao Yong semata, setidaknya itu yang dipercayai Zhao Yong dalam situasi dan posisi kacau ini.
Barusan ... apa kau yang melakukannya padaku, Long Jun?
Long Jun terkesiap, dirinya bahkan memejamkan mata sesaat sebelum melihat kembali ke arah Zhao Yong yang kini tampak serius dengan garis rahang terpampang tajam.
Ayong, lihatlah banyaknya perubahan Zhao Yong kini ... sangat berubah sampai diriku sendiri berada dititik tak bisa melakukan apa-apa selain balas melawannya. Namun, dirinya masih bisa tersenyum berkatmu.
Zhao Yong kembali merentang lebar kedua tangannya, tampak cahaya merah berpendar dikedua tangan hingga sekujur tubuh. Menjadikan lingkaran hitam menghisap berkali-kali lebih kuat dari sebelumnya. Menghancurkan apa pun termasuk orang-orang, seolah melahap habis dalam sekali hisapan kuat tersebut.
Merasa situasi semakin berbahaya, Long Jun melayangkan pedangnya mengubah menjadi pedang raksasa tiga bagian. Menyalurkan energi pada ketiga pedang dengan bantuan petir yang berhasil memanggil sinar langit. Mengeringkan air sungai, menguap layaknya gelembung kecil yang kemudian saling menyatu membentuk gumpalan air raksasa, bergabung dengan ketiga pedang. Bahkan, mengeras lalu melebur menjadi debu halus yang berakhir menjadi senjata bagi Long Jun, pisau angin yang tak tampak wujudnya, tapi dapat dirasakan keberadaannya saat angin berembus ke arah Zhao Yong.
Untuk menghindari serangan, Zhao Yong mengubah wujud dirinya menjadi naga hitam. Terbang ke sana-sini dengan mulut terbuka lebar seolah melahap angin, tampak cahaya putih berpendar dari mulutnya.
Saat itulah, Long Jun memanfaatkan energi alam halaman belakang buatannya ini untuk bergabung dengan dirinya, merentangkan kedua tangan sebelum akhirnya membuka mata. Menyaksikan Zhao Yong yang kini berhasil menghancurkan pisau angin, mengembalikan air sungai serta pedang Long Jun ke semula, begitu pula dengan Zhao Yong yang kini telah kembali ke wujud aslinya.
Meskipun Zhao Yong berhasil lolos dari serangan, tapi kalung taring serigala miliknya tak-lah begitu, membuat fokusnya buyar dengan mengalihkan seketika pandangan pada kalung yang terlepas. Tanpa sadar Long Jun telah melesat, menghunjam pedang tepat pada jantungnya. Sementara kalung taring serigala yang mati-matian Zhao Yong inginkan, kini malah jatuh ke dalam genggaman Long Jun.
Saat itu pula, segel yang mengurung Yue Hua berpendar lemah. Begitu pula dengan lingkaran hitam yang mulai mengendur kekuatan hisapnya. Sontak Awen yang merasa tidak beres mulai terlihat khawatir, dirinya bahkan terkena serangan Ta Hai cukup kuat hingga terpental bermeter-meter jauhnya, memuntahkan darah segar.
Sementara Long Jun kini menarik pedangnya yang menancap, tampak cahaya kerlap-kerlip yang selama ini Zhao Yong hisap menguar bebas. Melemahkan tubuhnya lengkap dengan air mata mengalir di kedua sisi matanya bersamaan dengan kemunculan pedang api suci Alam Iblis pada genggaman tangan kanannya.
Dengan mata kembali nyalang, dirinya melesat secepat mungkin. Bahkan bayangannya di atas air tidak tampak sama sekali. Melihat itu, Long Jun tanpa berkedip melempar taring serigala ke atas. Mengumpulkan kerlap-kerlip energi alam yang berterbangan di sekitar untuk disalurkan pada taring serigala, mengubah wujudnya menjadi semakin dan semakin besar.
Long Jun, terima kasih atas kepedulianmu padaku, tapi sayangnya diriku tidak bisa lagi menjadi Fu Rong ... saudara sumpah darahmu yang dulu. Karena seperti yang sudah pernah kukatakan, hatiku sudah berada jauh dari jalanmu dan jalan Wen Rou.
BOOM!!!
Cahaya menyilaukan lagi dan lagi menghiasi halaman belakang ini, jauh lebih menyilaukan dari yang pernah ada. Tak tahu pasti apa yang terjadi di atas sana. Namun, satu hal yang pasti bahwa langit tak lagi gelap dan lingkaran hitam pada setiap alam telah menghilang. Tampak energi alam kembali pada alamnya masing-masing, memberikan kembali warna akan kehidupan.
Tak lagi ada angin kencang atau gemuruh. Yang ada kini hanya puing-puing kekacauan lengkap dengan orang-orang yang terluka. Para Dewa Pengobatan turun serta ke berbagai alam untuk membantu, tak terkecuali dengan Alam Manusia yang dikirim dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang alam lainnya.
Cheng Yuan yang lemah akan situasi kacau saat ini hanya bisa berjalan-jalan di sekitar dengan Yuan Feng yang mengikuti, menghentikan langkah seketika sebelum akhirnya melangkah kembali. Namun, hanya Cheng Yuan tidak dengan Yuan Feng yang justru memilih berbalik pergi dengan senyuman menghiasi wajahnya.
"Kau kembali," ujar Cheng Yuan senyum dengan mata berkaca-kaca.
"Hmm ... aku kembali."
Air mata tak lagi bisa terbendung, baik Yue Hua ataupun Cheng Yuan menangis dalam pelukan hangat. Tak ingin melepaskan, saling berpandang dan saling menghapus air mata. Tersenyum lebar bagai matahari kini yang bersinar cerah.
Sejak peperangan besar-besaran tersebut, istana disibukkan kembali dengan memikirkan masalah dana serta pembangunan kembali. Tentu, di bawah kepemimpinan raja yang telah kembali ke istana. Sementara Cheng Yuan menjadi tangan kanan raja dalam kasus ini dengan Yue Hua yang kembali tinggal dalam kediaman tan hua, berposisi sebagai calon putri mahkota berikutnya.
Raja menjanjikan bahwa pernikahan akan segera dilangsungkan begitu masalah terselesaikan dengan baik. Bahkan, menjanjikan akan membangun nisan keluarga Yue Hua dalam lingkup makam keluarga kerajaan lengkap dengan pemberian gelar anumerta pada ayahnya, Tn. Yan.
Tepat setelah dua tahun kemudian, tampak aula utama istana dipenuhi nuansa warna keberuntungan yakni warna merah.
Terlihat pula sosok wanita keluar dari tandu merah, jubah merah dengan ukiran keemasan menggambarkan tan hua pada bagian belakang yang tergelar indah. Berjalan dengan senyum mengembang dari bibir merahnya, melangkah masuk dalam bentangan karpet merah di mana pada ujung karpet tersebut telah berdiri sosok Cheng Yuan yang mengenakan pakaian serupa, menanti dengan senyuman lebar bahkan mengulurkan tangan yang segera disambut hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...