Di sisi lain, kediaman Cheng Yuan. Terlihat Yuan Feng sedikit terburu-buru, menghampiri Cheng Yuan yang sedang membaca buku. Kemudian, membisikkan sesuatu yang mengubah wajah seriusnya tampak bersinar senang.
"Kau yakin?!"
Yuan Feng mengangguk, mantap sekali dengan binar mata yang tak kalah senangnya dari Cheng Yuan. Yang berakhir dengan keduanya pergi meninggalkan kediaman.
Sama halnya dengan Yue Hua yang baru saja mendapat kabar dari Paman Ming. Binar mata serta senyum lebar menghiasi wajahnya, menjadikan Paman Ming ikut tersenyum melihatnya.
"Paman yakin?"
"Tentu saja, tapi ingat untuk selalu waspada."
"Yan Guniang," panggil WanWan dari luar kamar.
"Ada apa?"
"Tn. Yan ingin bertemu," jawab WanWan.
"Baiklah, aku keluar sebentar lagi."
Yue Hua memandang kembali Paman Ming sebelum akhirnya menghilang, merapikan dirinya sesaat di depan cermin sebelum keluar.
"Fuqin," panggil Yue Hua, mendekat.
"Kenapa kau tampak kurus begitu?"
"Mari bicara sambil duduk."
Yue Hua meminta WanWan untuk menyiapkan teh serta camilan, meminta pelayan lainnya meninggalkan ruangan setelahnya.
"Niang, baik-baik saja, bukan?"
"Khawatirkan dirimu dulu, melihatmu yang kurusan seperti ini akan membuatnya khawatir."
"Hmmm." Yue Hua mengangguk mengerti.
"Pernikahanmu akan segera diselenggarakan dalam 10 hari. Persiapkan dirimu dan jangan memikirkan apa pun, Fuqin pasti akan melindungimu semampu mungkin. Jangan terlalu khawatir."
"Fuqin," panggil Yue Hua menitikkan air mata.
"Jangan menangis, semua akan baik-baik saja."
Tak kuasa melihat Yue Hua, pelukanlah yang dapat diberikan. Menepuk-nepuk lembut bahu putrinya dan mengusap pergi air mata, tergantikan dengan senyuman. Di saat itu, WanWan masuk yang membuat Yue Hua sontak mengalihkan pandangan ke sebelahnya WanWan.
"Cheng Yuan!"
"Kalian bicaralah, aku pergi dulu."
"Fuqin, sering-seringlah datang mengunjungiku."
Hanya anggukan yang Yue Hua terima, melihat kepergian ayahnya yang sempat menepuk bahu Cheng Yuan. Tepukan yang berarti menyerahkan keselamatan serta kebahagiaan Yue Hua, mempercayakan Yue Hua padanya.
"Tidak akan ada masalah jika kita bersama sekarang?"
"Tidak akan, kujamin dengan nyawaku," jawab Cheng Yuan.
Keduanya sontak tertawa kecil, saling memandang dalam yang berhasil membuat WanWan serta Yuan Feng pergi meninggalkan ruangan tanpa diminta. Akan tetapi, lain halnya dengan aura penuh kemarahan yang terpancar dari kediaman kanselir. Bahkan, dari luar sudah terdengar suara teriakan Lu Ring lengkap dengan suara guci porselen yang pecah.
"Apa Fuqin benar-benar akan membiarkan wanita itu menjadi Taizifei?!"
"Bisakah tenangkan dirimu dulu? Apa ini sikap yang kuajarkan padamu?!"
"Fuqin, aku tidak bisa menerima hasil ini. Bukankah Lao Hu harusnya membantu kita, lalu kenapa? Kenapa?" Lu Ring menangis, terduduk lemas di lantai.
"Pengkhianat! Tidakkah kau tahu itu?!" teriak kanselir murka, menghantam keras sekali meja dengan kepalan tangannya.
Zhao Yong hanya menyeringai puas, semakin banyak air mata yang Lu Ring keluarkan semakin besar menggambarkan hati senangnya.
"Hapus air matamu!"
"Huangtaihou," panggil kanselir, memberi hormat.
Ibu suri mengulurkan tangan, membantu Lu Ring bangun lalu menghapus air mata dengan sapu tangan sutra merahnya.
"Kita masih punya waktu untuk menghentikan pernikahan," ujar ibu suri yakin.
"Huangtaihou, punya rencana?" tanya kanselir.
"Masuklah!"
Langkah kaki terdengar, bayangan pun terlihat mendekat ke arah pintu. Melangkahkan kaki masuk dengan kanselir, Lu Ring serta Zhao Yong yang berdiri tepat di samping kanselir terperangah dengan sosok asing. Sosok wanita tua berusia pertengahan 50an dengan membawa tongkat kayu.
"Ini ...?" tanya kanselir, melemparkan pandangan tak mengerti kepada ibu suri.
Ibu suri tersenyum licik, mengeluarkan kotak kayu lalu membukanya. Menunjukkan isinya pada Lu Ring dan kanselir.
"Huangtaihou, ini ...?!" ujar kanselir terkejut.
"Lakukan maka pernikahan pasti batal."
"Ini terlalu berbahaya, jika ketahuan maka ... hanya hukuman mati yang akan diterima," ujar kanselir.
"Apa yang perlu ditakutkan? Akan jauh lebih menakutkan jika pernikahan itu berlangsung," ujar ibu suri.
"Lakukan, aku setuju," ujar Lu Ring mantap.
"Zhao Yong! Ambillah barang itu," titah kanselir.
Segera Zhao Yong menuruti, mendekati ibu suri dan mengambil kotak yang mengejutkan kanselir. Kotak yang berisi orang-orangan seukuran telapak tangan yang terbuat dari jerami lengkap dengan nama Yue Hua di atasnya. Saat itu, wanita tua yang diketahui sebagai cenayang memberikan satu kotak lagi kepada Lu Ring, berisi orang-orangan jerami lengkap dengan jarum di dalamnya.
"Tanamkan orang-orangan yang bertuliskan nama di sekitar kediamannya, maka Lu Guniang bisa menyiksa korban. Bahkan, membunuh hanya lewat tusukan jarum pada orang-orangan itu," ujar cenayang sambil menunjuk kotak di tangan Lu Ring.
"Akan kunikmati pertunjukan hingga dirinya tewas," gumam Lu Ring.
"Zhao Yong, kupercayakan padamu untuk menanam boneka itu," ujar kanselir.
"Aku mengerti, percayakan padaku."
Tatapan mantap penuh keyakinan ditunjukkan, berbalik dan melangkah pergi dengan seringaian licik, menghilangkan diri layaknya mengikuti angin saat di luar kediaman. Tiba di suatu tempat yang tak asing, kediaman yang bertuliskan 'tan hua'. Memunculkan kotak kayu pada tangan kanan, kemudian melayangkan hingga tertanam, terkubur dalam tanah di bawah pohon halaman depan.
"Apa yang kau lakukan?"
Tampak sosok Paman Ming muncul, berdiri tepat di belakang Zhao Yong. Meraih tangannya dan berakhir menghilang bersama, tiba di tengah hutan bambu yang damai lengkap dengan suara gesekan dedaunan.
"Barusan ... apa itu?" tanya Paman Ming.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...