Saat malam tiba, seperti yang diminta kanselir. Zhao Yong membawa cenayang ke kediaman ibu suri. Memeriksa kondisi dengan kekuatan batinnya.
"Beritahu mereka bahwa semua baik-baik saja. Jika kau membocorkan apa yang kau ketahui, maka bersiaplah membayarnya dengan kehidupanmu."
"Siapa kau?"
"Bukan urusanmu siapa aku, yang perlu kau lakukan hanya turuti perkataanku."
Cenayang sontak berakhir memuntahkan darah segar, memegang dadanya seolah terpukul kuat dengan napas terengah-engah. Saat itulah, dirinya melirik Zhao Yong dengan mata gemetar.
Aura ini ... sudah pasti bukan manusia.
"Aku bisa saja membunuhmu, hanya dalam sekali hentakkan jari saja. Cobalah jika kau tidak percaya."
"Semua baik-baik saja," ujar cenayang, lirih.
"Kau yakin?" tanya kanselir.
"Tentu, tidak ada ilmu sihir. Kurasa ini hanya penyakit fisik saja."
"Besok, panggilkan tabib istana lainnya. Jika masih tidak tahu maka carikan tabib luar istana yang kompeten," ujar ibu suri lemah.
"Baik, serahkan padaku," ujar kanselir yakin.
Lu Ring mendekat, membantu menyuapi air lalu menghapus keringat ibu suri. Sementara Zhao Yong membawa pergi cenayang keluar dari istana. Dengan cenayang yang sesekali melirik, berhenti melangkah ketika Zhao Yong berhenti. Tampak sepasang mata cenayang dilingkupi ketakutan, mendesah kecil sebelum akhirnya memberanikan diri memandang Zhao Yong.
"Pergilah sejauh mungkin dari kota ini. Jangan biarkan Kanselir berhasil menemuimu atau aku yang akan memusnahkanmu saat itu juga."
"Makhluk apa sebenarnya kau?"
"Manusia sepertimu tidak pantas tahu."
Binar mata kelam Zhao Yong sontak berhasil mendiamkan mulut cenayang yang tampak ingin mengatakan hal lainnya. Berakhir memilih menyelamatkan hidupnya dengan berlalu pergi begitu saja, terganti akan kedatangan Paman Ming yang memunculkan diri tepat di samping Zhao Yong. Masih menatap ke arah cenayang yang berbaur dalam gelapnya malam, menghilang dari pandangan.
"Kapan kau akan membunuh Huangtaihou?"
"Tentu, sesegera mungkin," jawab Zhao Yong.
Keduanya tersenyum, melihat ke arah istana. Pasalnya, Zhao Yong telah memutuskan ilmu guna-guna cenayang tersebut, yang seharusnya menyerang Yue Hua berpindah pada ibu suri. Tentu, tidak akan sulit bagi seorang iblis seperti Zhao Yong melakukan hal itu, bukan?
Sementara, boneka yang sempat ditanam pada halaman depan kediaman Yue Hua telah melebur halus berbaur dengan tanah, alias musnah. Oleh karena itu, sakit yang diderita Yue Hua tidak ada hubungannya sama sekali dengan ilmu guna-guna. Semua hanya permainan Zhao Yong dengan Paman Ming, menipu kanselir dan Lu Ring agar tidak menimbulkan kecurigaan.
***
"Bagaimana bisa ini terjadi?"
"Mungkin Langit benar-benar menghukum."
"Sungguh menyeramkan, bahkan tidak ada tabib yang bisa menolong."
"Ini pasti hukuman para dewa. Ingatlah, sudah berapa lama Klan Lu berkuasa dalam istana ini dengan cara kejam."
"Tutup mulutmu jika tidak ingin kehilangan nyawa."
Segera para pelayan yang berkumpul bubar, melihat kanselir dan Lu Ring berlalu dengan buru-burunya, tampak akan ke kediaman ibu suri. Bukan tanpa alasan, kini tiga hari sudah berlalu, semua telah dikerahkan kanselir untuk mencari tabib. Sementara ibu suri terus dan terus dalam kondisi lemah hingga tak lagi sadarkan diri sekarang. Bahkan, raja tidak peduli dan memfokuskan persiapan pernikahan Cheng Yuan dan Yue Hua yang akan segera diselenggara dalam beberapa hari lagi, termasuk masalah lainnya yang ada, yang saat ini menjadi bahasan dalam aula utama.
"Bagaimana kasus di desa sekitar?" tanya raja.
"Masih kacau, tapi tidak sekacau sebelumnya, dikatakan ada sosok dua pria yang membantu," jawab Cheng Yuan.
"Apa sudah diketahui dari mana asal usul kekacauan?"
"Huangdi, mungkin hal yang akan kusampaikan akan terdengar aneh. Akankah bersedia mendengarnya?"
"Katakan."
"Menurut korban, yang menyerang mereka bukanlah manusia melainkan sosok makhluk aneh."
Bisik-bisik terdengar, banyak yang menyangkal hal yang tidak masuk akal. Namun, tidak ada yang berani menyuarakan pendapat dengan lantangnya pada aula istana yang luas itu.
"Untuk saat ini, kirimkan pasukan ke desa. Cari tahu tepatnya apa yang terjadi dan cegah hal buruk masuk ke dalam kota," tegas raja.
"Aku pribadi yang akan ke sana," ujar Cheng Yuan.
"Tidak, biarkan Yuan Feng yang memimpin pasukan sementara ini."
"Huangdi, biarkan aku ikut. Selama diangkat menjadi Taizi, diriku belum pernah memberikan apa-apa untuk negara serta rakyat. Izinkan aku kali ini sebelum pernikahanku." Cheng Yuan memohon.
"Taizi bijaksana!" seru semua menteri.
Cheng Yuan memandang raja dengan penuh harap juga keyakinan, tidak ada keraguan. Raja hanya diam sesaat sebelum akhirnya tersenyum kecil.
"Baiklah, lakukan."
"Terima kasih, Huangdi."
"Ingatlah untuk kembali sebelum pernikahanmu tanpa terluka sedikit pun."
DUNG ...! DUNG ...! DUNG ...!
Semua mata memandang ke arah luar, bersujud dengan wajah menghadap lantai. Sementara raja dan Cheng Yuan saling bertukar pandang, sebelum akhirnya memberi hormat.
"Bersiaplah untuk upacara pemakaman," ujar raja.
Berbeda dengan suasana aula yang sepi, kediaman ibu suri kini dipenuhi suara tangis yang terdengar kuat, semua pelayan dan dayang bersujud meraung menyuarakan ibu suri. Tak terkecuali Lu Ring yang terduduk di samping mayatnya, diam dengan air mata mengalir deras.
"Kuatlah, kekuatan Klan Lu masih belum hilang," ujar kanselir.
"Pernikahan akan segera dilaksanakan dan sekarang, Huangtaihou ...."
Lu Ring menelan sisa perkataan, tak sanggup menyuarakannya berkat isak tangis memenuhi kerongkongan. Zhao Yong yang melihat tampak puas, mengalihkan pandangan kepada kanselir yang berusaha menenangkan Lu Ring.
Tak lama akan menjadi giliranmu ... bersiaplah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...