Chapter 49

53 12 153
                                    

Dalam istana, tepatnya di bawah pohon willow pinggiran kolam. Tampak jelas Paman Ming bersama dengan Zhao Yong. Memperlihatkan Zhao Yong yang hendak melangkah pergi, mungkin mengabaikan perkataan Paman Ming.

"Jika kau tahu siapa Yue Hua ... kau tidak akan bersikap tak peduli seperti ini," tekan Paman Ming.

"Aku memang tidak tahu dan tidak mau tahu, karena urusanku hanya ingin menghancurkan Lu Ring, menyiksanya dalam kehidupan ini. Bukan memedulikan atau mengkhawatirkan manusia bernama Yan Yue Hua itu." Zhao Yong berbalik, memandang lekat Paman Ming.

"Paman, berhentilah. Keselamatan Yue Hua bukanlah tanggung jawab kita."

"Jika dia meninggal, kaulah yang akan menyesalinya."

"Aku bahkan tidak mengenalinya jadi bagaimana bisa menyesal?"

"Dia tidak bersalah!" teriak Paman Ming.

"Kanselir, tidak akan melepaskannya. Tidak peduli di mana pun pada akhirnya, Yue Hua akan terbunuh di tangan kanselir dan itu ... adalah jalan hidupnya ....

"... Aku tidak akan berkompromi dengan Kanselir. Jika aku melakukannya, maka Kanselir akan curiga padaku dan kepercayaan yang selama ini susah-susah kubangun akan runtuh dalam sekejap."

Tanpa menunggu lagi, Zhao Yong segera melangkah pergi dengan langkah pasti. Tidak peduli dengan apa pun yang dikatakan Paman Ming untuk mengubah pikirannya. Hingga, langkah kaki pasti tadi perlahan berubah ragu yang kemudian terhenti. Perlahan, Zhao Yong berbalik dengan mata bergetar, penuh tanya.

"Barusan ... apa maksudmu, Paman?"

"Yue Hua ... dia adalah reinkarnasi Ayong. Kekasih yang kau rindukan selama ini! Ayong!"

"Tidak mungkin ... Paman pasti bohong demi mengubah pikiranku, bukan?"

"Menurutmu kenapa diriku sangat peduli pada Yue Hua? Sampai diriku rela tinggal dalam Alam Manusia tanpa kembali ke Alam Roh."

"Tentu karena Lu Ring, bukankah?"

"Itu hanya alasanku yang kesekian, alasan utamaku tentu ingin bersama dengan Yue Hua. Melihatnya kembali tersenyum dan hidup baik-baik saja ....

"... Jika kau tidak percaya denganku, kau bisa datang ke kediaman Cheng Yuan. Di sana, kau bisa memastikan sendiri benar tidaknya perkataanku."

Dalam sekejap mata, tak lagi terlihat keberadaan Zhao Yong selain Paman Ming seorang yang tampak menyesal, memandang kolam tenang dengan menopangkan sebelah tangannya pada pohon willow yang menari-nari.

Kenapa semua jadi seperti ini?

***

Tiba dalam kamar Cheng Yuan, Zhao Yong menggunakan perisai tak terlihat pada dirinya, melangkah ke sekitaran ruangan tersebut dengan pandangan mengedar ke segala arah. Melihat Cheng Yuan yang terduduk lemah, bahkan Zhao Yong mengikuti arah pandang Cheng Yuan yang memandang lurus akan sesuatu. Sesuatu yang berhasil membelalakkan kedua pasang mata Zhao Yong, menggetarkan mata serta hatinya. Dengan perlahan, Zhao Yong menghampiri lukisan yang tergantung. Menyentuh wajah Yue Hua yang tersenyum, menitikkan air mata penuh kerinduan.

"Taizi! Aku kembali!"

"Cheng Yuan!" panggil Yuan Feng lagi.

Masih tidak ada respon apa pun, Yuan Feng sontak membangunkan Cheng Yuan yang terkulai lemah. Berkali-kali pula dirinya mencoba menyingkirkan Yuan Feng menjauh, tak ingin diganggu.

Plak!

"Sadarlah! Apa kau lupa siapa dirimu?!" Memandang penuh khawatir, Yuan Feng mencengkeram kedua lengan dan menatap lekat Cheng Yuan. "Taizi! Cheng Yuan ...!"

"Jangan panggil aku Taizi! Diriku bukan Taizi, diriku hanya pecundang yang tidak bisa melindungi wanitaku sendiri!"

"Jika kau bersikap seperti ini maka kau benar-benar akan menjadi pecundang. Yue Hua masih hidup, lantas benarkah kau akan melihatnya terbunuh!?" teriak Yuan Feng, menyadarkan.

"Kanselir tidak akan membiarkannya tiba di pengasingan hidup-hidup. Sekarang, dirimu masih belum terlambat melindunginya! Jadi kumohon sadarlah!"

Mendengar perkataan Yuan Feng barusan, seketika mengubah mata penuh kerinduan Zhao Yong menjadi tajam penuh amarah, mengepal erat tangannya. Begitu suara tangis Cheng Yuan pecah, sosok dirinya pun menghilang mengikuti tiupan angin yang masuk. Saat itu pula, sorot kehidupan Cheng Yuan kembali menyala.

"Yuan Feng, bantu aku keluar dari kurungan ini. Yakinkan Huangdi untuk membebaskanku ....

"... Aku harus bertemu Huangdi," tambah Cheng Yuan.

Tanpa menunda, Yuan Feng segera meninggalkan kediaman dengan Cheng Yuan yang sudah kembali ke dirinya yang seorang putra mahkota. Cheng Yuan yang penuh tekad dan keyakinan, keyakinan akan menyelamatkan Yue Hua apa pun dan bagaimanapun caranya. Hal itu terpancar jelas dan nyata saat matanya penuh akan sosok lukisan Yue Hua.

Sementara Yue Hua sendiri, kini telah berada di luar kota. Tak lagi terdengar suara orang-orang, yang ada hanyalah suara tapakan kuda serta roda tandu saat bertemu dengan kerikil-kerikil jalanan. Lengkap dengan suara daun pepohonan yang menari-menari dengan luwesnya, menjadikan kicauan burung sebagai musiknya.

"Siapa?!"

Pengawal tampak was-was, tangan ditempatkan pada gagang pedang, siap menarik keluar kapan pun dengan mata yang terus mengedar ke sekitar. Perlahan, dengan perlahan terus maju hingga ....

TING!

Wush ...! Wushh!

"Lindungi Yan Guniang!"

Kicauan burung kini tergantikan dengan suara pedang yang berbenturan dengan anak panah, melesat dengan cepatnya dari berbagai arah, membuat kewalahan para pengawal.

Namun, tidak dengan Yue Hua yang masih duduk termenung. Bahkan, ketika para penyerang keluar dari persembunyian, menyerang mereka dalam jumlah tak berimbang. Mengantarkan satu per satu pengawal kerajaan ke dalam kematian hanya dengan sekali libasan dan tusukan pedang saja.

Begitu anak panah kembali di arahkan, tapi kali ini lurus pada Yue Hua yang terkurung. Saat itu, Yue Hua menatap langsung penyerang dengan mata kosongnya. Memejamkan mata, pasrah akan setiap hal yang akan dirinya alami.

Sedetik ...

Dua detik ...

Tiga detik ...

Bahkan, semenit kemudian ....

Tak merasakan apa pun, Yue Hua kembali membuka mata. Anehnya, bukan dirinya yang terkapar bersama dengan para pengawal kerajaan, melainkan para penyerang berpakaian hitamlah yang terkapar tak bernyawa. Tidak ada darah ataupun luka, yang ada hanyalah tubuh pucat dan kaku.

BRAK!

Dengan hanya sekali libasan tangan, Paman Ming berhasil menghancurkan kunci bahkan pintu tandu berjeruji kayu, memandang penuh khawatir Yue Hua.

"Kita pergi dari sini."

Paman Ming mengulurkan satu tangannya, tidak ada sambutan atau reaksi sedikit pun dari Yue Hua selain berdiam diri. Sontak, Paman Ming mengalihkan pandangan kepada Zhao Yong yang terdiam menatap Yue Hua. Masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"Paman, minggirlah," lirih Zhao Yong.

Alohomora : The Three Realms (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang