3 Tahun Kemudian.
Seorang gadis dengan rambut terkuncir setengah, mengenakan pakaian putih bersih memanjang hingga ke ujung kaki layaknya gaun, sementara bagian rambut yang tergerai dibiarkan menutupi punggung hingga pinggang rampingnya. Tampak dirinya keluar dari ruangan dengan membawa baskom berwarna keemasan, bertemu dengan seorang pria berpakaian putih berjubah hijau muda, berambut hitam panjang tergerai sepaha dengan tusuk konde emas mengikat sebagian rambutnya.
Pada tangan kanan, dirinya membawa kipas berlukiskan gunung yang dipenuhi pepohonan hijau lengkap dengan burung dan air terjun serta beberapa kata kecil yang tak terlihat jelas. Dirinya mengipas-ngipas, menyapa gadis pelayan yang ditemui lalu masuk ke dalam ruangan.
Jauh memandang di sana, akan terlihat papan berwarna biru bertuliskan emas 'Paviliun Awan Hijau' yang menggantung. Tepat bagian depan paviliun terdapat halaman kecil yang hijau lengkap dengan pohon bonsai berdaun dolar menghiasi, sementara hampir seluruh bagian bangunan dari paviliun ditutupi dengan warna alami kayu yang tampak bersinar seperti emas di bawah matahari kekuningan. Memiliki lantai marmer berwarna hitam mengkilap dengan bagian pintu dan jendela dilengkapi kertas putih, menutupi setiap rongga dari ruas kayu yang tampak seperti potongan bambu.
"Apa kau jatuh cinta dengan paviliun ini atau sedang tidak ada kerjaan?"
"Bukan paviliun yang membuatku datang melainkan dirimu," kekeh Ta Hai.
Tatapan serius Long Jun berhasil menghentikan Ta Hai yang bercanda, dirinya melipat kipas dengan sekali hentakkan lalu melihat sekitar ruangan dengan memukul-mukul telapak tangan kirinya dengan kipas.
Ruangan yang cukup besar, berhiaskan lilin-lilin yang ditempatkan pada kerangka besi setinggi setengah meter lebih dengan bentuk layaknya pohon pada setiap sudut ruangan, juga porselen dan beberapa lukisan alam hijau yang menggantung cocok untuk menyambut tamu, jika masuk lebih dalam lagi akan disapa oleh ruang pribadi untuk minum teh atau mengobrol dengan orang terdekat. Pada sisi lain, akan terlihat ruang atau kamar tidur pribadi Long Jun.
Hal menakjubkan lainnya dari paviliun ini adalah bagian belakangnya yang luas. Di mana terdapat rumah kaca yang dipenuhi dengan tanaman hijau dalam pot serta rak yang dipenuhi gulungan bambu yang menumpuk dan terikat rapi. Sementara rak lainnya memiliki laci-laci kecil, setiap laci memiliki label nama yang tertulis. Tampaknya berisi tanaman obat yang sudah dikeringkan.
Selain rumah kaca ini, hal menakjubkan lainnya adalah halaman belakang, di mana terdapat alam luas yang dipenuhi dengan gunung hijau menjulang tinggi mengelilingi, aliran air sungai tenang dengan air terjun di kejauhan meramaikan suasana.
"Kalau kau hanya merasa bosan maka kusarankan kau kembali sebelum muridmu kemari dan mengganggu meditasiku," ujar Long Jun.
"Baiklah, aku hanya mampir sebentar melihatmu ....
"... Bagaimana? Kau sudah membaik, bukan?"
"Tentu," jawab Long Jun, menatap seolah sepasang matanya tersenyum.
"Syukurlah, aku begitu khawatir saat melihatmu terluka parah waktu itu."
Long Jun bangun dari posisi meditasi, dirinya hanya mengenakan pakaian putih dengan rambut hitam panjang tergerai sepenuhnya. Namun, tidak mengurangi ketampanannya sedikit pun.
"Memilikimu sebagai teman dekatku ... mungkin berkat untukku," ujar Long Jun, tersenyum kecil.
"Apa perlu aku panggilkan pelayanmu?" tanya Ta Hai.
Long Jun mengangkat tangan kanan, tanda bahwa tidak perlu. Dirinya tampak sedang mengenakan jubah biru tua yang tergantung, terlihat berat karna tebal dan panjangnya dengan bagian lengan yang lebar. Dalam sekejap, rambut yang tergerai telah tertata. Terkuncir setengah dengan pita berwarna senada dengan jubahnya, tergantung memanjang menghiasi setengah rambutnya yang tergerai sepaha.
Dirinya melangkah, menyibakkan jubah lengannya dan teh tersaji begitu saja di atas meja lengkap dengan beberapa cemilan seperti manisan buah serta kue osmanthus.
"Akan lebih baik jika kau tidak membuatnya dengan sihir."
Long Jun hanya terdiam, menuangkan teh pada cangkir giok putih. Seketika, aroma manis dan segar bunga osmanthus memenuhi ruangan.
"Sudah lama aku tidak berkunjung ke tempatmu ... apa ada yang berubah di sana?" tanya Long Jun.
"Gunung Kunlun tidak akan pernah berubah, tidak peduli berapa lama waktu berlalu. Yang berubah hanya orang-orang di dalamnya." Ta Hai menyesap tehnya.
"Tambahan murid lagi?"
"Hhmm ...."
"Ta Hai ... jika ... aku bilang jika." Long Jun tampak berpikir untuk mengatakan atau tidak.
"Tentu aku akan mendukungmu, menjadi yang pertama ikut bergabung dengan pasukanmu." Ta Hai mengambil sepotong kue osmanthus, melihat kue tersebut lalu tersenyum.
"Bukankah itu yang kulakukan tiga tahun lalu," ujar Ta Hai lagi lalu menyantap kue dengan satu gigitan kecil.
Hanya senyum yang Long Jun tunjukkan, menyesap teh dalam cangkir kecil dengan selembar kelopak bunga osmanthus kuning menghiasi.
"Kau berani melepaskan mantan sahabatmu dari kematian, tapi di sisi lain kau khawatir dia akan melakukan hal yang lebih kejam lagi ....
"... Terkadang ... aku tidak mengerti dengan pikiranmu," ujar Ta Hai, sedikit mendesah.
"Sulit untukku ...."
Aku juga terkadang tidak paham dengan diriku sendiri. Jelas-jelas tahu akibatnya jika melepaskannya hidup-hidup, tapi ... aku masih melakukan hal itu seolah diriku sedang bertaruh.
"Baiklah, jangan pikirkan apa pun dan fokuslah pada penyembuhanmu." Ta Hai mendorong piring kue osmanthus.
"Seseorang datang," ujar Long Jun sambil mengambil sepotong kue.
"Mereka memang tidak mengizinkanku bersantai sejenak."
"Shifu! Shifu!"
(Shifu itu berupa panggilan yang berarti guru)
"Ta Hai Shifu!"
"Di sini! Ada apa?!"
"Shifu, aku murid kesepuluh Chen Ming memberi hormat pada Shifu dan Dewa Long Jun."
"Bangunlah, katakan ada apa. Jika bukan masalah besar seperti waktu sebelumnya maka bersiaplah dengan hukumanmu," kata Ta Hai dengan nada tidak serius.
"Telah terjadi sesuatu, harap Shifu segera kembali."
"Urus urusanmu," ujar Long Jun.
"Aku akan menemuimu lagi nanti." Ta Hai segera bangun dan melangkah pergi.
"Ta Hai ... jangan segan untuk meminta bantuanku."
"Hmmm!" Sambil mengangguk sekali.
Sepeninggalan Ta Hai dan Chen Ming, Long Jun hanya berdiam menikmati aroma teh dan menyesapnya. Dirinya kemudian bangun, berpindah posisi dan duduk kembali dalam posisi meditasi dalam kamarnya. Tenggelam dalam dunia yang tenang, sementara angin datang meniup pohon bonsai di halaman, menjatuhkan sehelai daun hijau sebelum akhirnya terbang bebas di udara layaknya sedang berpetualang ke alam yang luas, menjatuhkan diri ke atas tanah tandus.
Tempat yang jauh sekali berbeda dengan Paviliun Awan Hijau yang sejuk dan indah. Dengan kata lain, berbanding terbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...