Tidak tahu apa aku harus percaya, tapi satu hal yang kuyakini ... bahwa dunia ini memang aneh.
Cheng Yuan mengembuskan napas, memejamkan mata dengan kaki yang terus melangkah maju, sedikit lagi hanya sedikit saja dirinya sudah berdiri di ujung jurang. Siap terjatuh dengan air mata mengalir sebelum akhirnya benar-benar menjatuhkan diri dengan pasrahnya, melebarkan kedua tangan, merasakan terpaan angin kuat lalu tersenyum hingga cahaya putih bersinar terang, sangat terang pada permukaan. Melahap habis Cheng Yuan tanpa sisa.
"TIDAK!"
"Cheng Yuan!"
"Huff! Huff! Huff!"
"Kau baik-baik saja?"
"Yuan Feng!"
"Ini aku, syukurlah kau sudah kembali."
"Apa yang terjadi?" tanya Cheng Yuan kebingungan.
"Kalian semua masuk dalam segel ilusi siluman, termasuk desa ini. Yang kalian lihat awalnya semua palsu."
"Palsu?"
"Sejak tiba dan masuk desa, sejak itu pula kalian sudah masuk dalam dunia jebakan siluman. Nyatanya tubuh kalian tergeletak begitu saja."
"Tuan, kau ...?"
"Long Jun, suaranya yang kau dengar itu."
"Lalu, Tuan sendiri?" tanya Cheng Yuan lagi.
"Wen Rou, sahabatnya." Melirik Long Jun.
"Aku Yi Cheng Yuan mengucapkan terima kasih."
"Yang penting semua baik-baik saja," ujar Long Jun santai.
"Kalian semua istirahatlah," tambah Wen Rou.
Setelahnya Cheng Yuan melihat sekitar, para prajurit masih terlihat pucat dan orang-orang desa di sekitar tidak dalam kondisi separah dalan dunia ilusi. Bahkan, tidak tercium aroma busuk atau amis. Terlihat layaknya desa, hanya saja memang sedikit kacau, tidak tampak normalnya sebuah desa. Pasif, kata itulah yang tergambar pada desa saat ini.
Lain halnya dengan istana yang justru aktif. Tidak peduli pelayan atau dayang semua berkumpul, berbisik dengan semangatnya. Yue Hua yang lewat hanya bisa berpura-pura tidak melihat dan mendengar apa pun. Bahkan, saat mata mengawasinya dengan pandangan tidak suka.
"Menyebalkan sekali! Apa kalian pikir aku benar pembunuhnya?!"
Yue Hua memetik cabang willow, mengibas-ngibas ke udara dengan kesalnya. Melihat bayangannya sendiri pada permukaan air sebelum akhirnya mencelupkan cabang willow, mengaduk-ngaduk untuk menghilangkan bayangannya sendiri.
"Apa salahnya cabang willow dan bayanganmu itu?"
"Aku tidak heran lagi dengan kemunculan Paman yang tiba-tiba."
Paman Ming tersenyum, duduk berdampingan. Keduanya hanya diam, memandang cahaya senja yang menghiasi keseluruhan permukaan air kolam. Menciptakan ketenangan pada wajah Yue Hua hingga cahaya senja tergantikan dengan cahaya bulan, tidak lagi tampak bayangan Yue Hua pada permukaan air. Hanya menyisakan Paman Ming yang duduk termenung.
***
"Musim panas yang dingin, apa ini juga ulah para siluman?"
"Entahlah, mungkin begitu," jawab Yuan Feng.
"Kalian semua pulihkan tubuh kalian, istirahat yang cukup," beritahu Cheng Yuan pada semua pengikutnya.
Cheng Yuan keluar diikuti Yuan Feng, melihat sesaat ke arah kemah kemudian melangkah pergi. Terdiam melihat barisan panjang orang-orang dengan membawa mangkuk kosong. Satu per satu menghampiri meja kayu yang dipenuhi uap panas, terlihat dari balik meja sosok Long Jun dan Wen Rou, membagikan sesuatu dengan senyum ramah mereka.
Siapa mereka sebenarnya?
Seolah mendengar isi hati Cheng Yuan, Long Jun melihat dan menghampiri. Keduanya kemudian mencari tempat yang sepi, sementara Yuan Feng pergi menggantikan posisi Long Jun sebelumnya.
"Biar aku bantu."
Wen Rou hanya tersenyum, keduanya pun sibuk membagikan bubur. Anehnya, tidak peduli berapa kali bubur dibagikan, wadah besar itu tidak berkurang sedikit pun. Dengan kata lain, tidak habis dibagikan. Sontak, Yuan Feng melihat Wen Rou yang ditatap balik Wen Rou, terkekeh setelahnya.
"Sungguh terima kasih banyak atas pertolonganmu, jika tidak ... mungkin kami semua akan terjebak dalam dunia segel siluman ataupun mati di sana," ujar Cheng Yuan.
"Sudah tugasku dan juga salah kami yang sudah melibatkan alam kalian."
"Ucapanmu terdengar seolah kau bukan manusia saja."
Cheng Yuan terkekeh dengan Long Jun yang diam. Sadar, Cheng Yuan melihat Long Jun, melihat raut serius yang terpancar. Sontak mendiamkan suasana dengan Cheng Yuan yang tidak mengerti.
"Siluman adalah bagian dari Alam Iblis, kekacauan yang terjadi pada Alam Manusia semua berawal karena konflik antara Alam Langit dan Iblis. Karena itu pula, diriku tidak bisa tinggal diam dan datang kemari bersama Wen Rou."
"Bagaimana aku harus menyampaikan hal ini pada Huangdi? Mungkin orang istana akan mengatakan aku telah kehilangan kewarasan."
"Mau tidak mau kau harus menyampaikannya, begitu siluman mencapai kota ... maka semua akan terlambat."
"Apa maksudmu? Tidakkah kau bisa menghentikannya?"
"Alam Manusia bukanlah bagian dari Alam Langit, diriku tidak bisa sepenuhnya membantu karena itu tindakan terlarang. Sementara siluman berjumlah banyak, bagaimana bisa diriku dan Wen Rou mengalahkan mereka semua. Kecuali ... diriku membawa pasukan langit, hanya saja itu tidak mungkin."
"Lalu apa yang harus kami lakukan? Sebagai manusia bagaimana mungkin bisa mengalahkan siluman?"
"Bawa para siluman meninggalkan alam ini, hanya saja ... itu juga sulit dilakukan. Kecuali ...."
"Kecuali?" sela Cheng Yuan.
"Kecuali pemimpin Alam Iblis sendiri yang memerintahkan."
"Apa? Maksudku, apa itu mungkin?"
"Aku dan Wen Rou sudah menemuinya dan kau tahu jawabannya."
"Tolak ... jika tidak bagaimana mungkin siluman itu masih berkeliaran."
"Apa pun itu, aku dan Wen Rou akan berusaha menghentikan sebisa mungkin. Sisanya, akan kupikirkan."
"Kenapa kau memberi tahu ini semua?"
"Karena kau Taizi ... dan manusia perlu perlindungan dan bantuan kerajaan, bukan kami yang berasal dari alam lain. Tugas kami hanya menghentikan apa yang seharusnya bisa kami lakukan tanpa melanggar alam, sisanya adalah tanggung jawab kalian sebagai sesama manusia dan makhluk alam ini."
Cheng Yuan tersenyum, mengulurkan tangan yang tentunya disambut hangat Long Jun. Berjabat erat yang disaksikan Wen Rou dan Yuan Feng, melangkah mendekat.
"Selama menyandang posisi Taizi, baru kali ini aku merasa diriku berguna."
"Maka kau bersalah terhadap dirimu sendiri selama ini," sela Wen Rou.
"Tidak tahu kenapa kau berpikir begitu, tapi perlu kau ketahui bahwa setiap kehidupan yang diberikan adalah suatu berkah," tambah Long Jun.
Desiran angin menyingkirkan awan, memperlihatkan bulatnya bulan dan terangnya sinar dalam kegelapan. Mungkin tersenyum atau mungkin terharu, yang jelas tidak ada yang berani menghalangi pandangannya hingga kekasih hati menggantikan posisinya, tepat pada langit biru yang berawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...