Kembali dalam gang, keributan masih terjadi. Yue Hua tampak sudah mencapai batas, napas terengah-engah. Namun, tidak membuat dirinya menyerah dan terus melawan serta menangkis semampu yang dirinya bisa. Hingga terlihat pisau melayang, lurus ke arahnya dengan cepat. Sadar tidak bisa menghindar, Yue Hua memalingkan wajah dan memejamkan mata.
TING!!!
"Kusarankan untuk tidak ikut campur urusan kami, Tuan."
Sontak, Yue Hua membuka mata. Melihat sosok berpakaian hitam tertutup jubah dengan tudung kepala menggantung di belakang lehernya.
"Bunuh mereka berdua!"
Dua orang melangkah maju dengan mengepal erat pisau, dalam hitungan detik pertarungan dimulai. Saat itu, Yue Hua melihat sosok yang datang menyelamatkannya adalah seorang pria paruh baya. Terdapat kumis tipis pada wajahnya yang mulus putih, tampak seumuran dengan ayahnya.
Dalam sekejap, dua orang pembunuh berhasil dikalahkan tanpa kesusahan dan tanpa senjata pastinya, menjadikan tiga pembunuh lainnya gemetar dengan membuat langkah tidak tenang serta tangan yang terus berusaha menggenggam pisau agar tidak lepas karna keringat.
"HA ...!"
Ketiga pembunuh menyerang bersamaan. Mengayunkan dan menghunjam pisau, tapi semua serangan berakhir dengan menghunjam udara kosong. Menjadikan Yue Hua yang melihat tersenyum menang tanpa menurunkan kewaspadaan.
BUKK!
"Erghhh ...!"
"Pergi atau ...."
"PERGI!" teriak seorang pembunuh, mengajak semua temannya pergi dengan sangat terburu-buru.
"Terima kasih, sungguh terima kasih sudah menyelamatkanku."
"Lebih berhati-hatilah lain kali," kata pria itu.
Yue Hua mengangguk mengerti sementara pria itu menatap dengan tatapan penuh kerinduan. Kerinduan akan seorang ayah terhadap anak, hal itu sungguh terpancar kuat dari cara dirinya menatap Yue Hua.
"Paman, kau terluka." Meraih tangan kirinya.
Darah membasahi kain pakaian hitamnya, tampak luka sayatan pisau menghiasi lengan dekat sikunya. Tentu, Yue Hua tidak akan meninggalkannya begitu saja. Dirinya membawa pria itu seolah sudah mengenal lama tanpa merasa curiga, keluar dari gang dan berbaur dalam keramaian.
"Paman sudah menyelamatkanku, sekarang adalah tugasku untuk mengobati."
"Sungguh tidak perlu."
"Namaku Yue Hua, Paman bisa memanggil namaku sekarang."
"Yue Hua ... kau sungguh mirip dengan seseorang yang kukenal."
"Siapa?"
"Salah satu anggota keluargaku," jawabnya singkat.
"Paman tunggulah sebentar di dalam. Aku akan pergi membeli obat dulu."
Yue Hua melesat pergi begitu saja, tanpa mendengarkan perkataan balasan akan setuju atau tidak. Berakhirlah, dirinya memilih masuk ke dalam suatu bangunan bertingkat tiga, tampak seperti penginapan yang menyediakan rumah makan dengan banyaknya pengunjung dihampir setiap meja yang tersedia.
"Tuan mau pesan apa?" tanya pelayan.
"Sediakan semua menu terbaik yang kalian miliki."
Pelayan menyajikan teh serta sepiring kacang tanah goreng sedari membuat pelanggannya menunggu pesanan. Saat itu pula, pria paruh baya ini melihat luka sayatan yang mulai menutup dengan sendirinya. Segera, dirinya menurunkan kedua lengannya ke bawah meja, mengarahkan tangan kanan ke arah luka. Tampak cahaya kehijauan dari ujung jari tangan kanannya berpindah ke luka, membuat luka yang tadinya menutup sendiri berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasia(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...