Arjuna memarkirkan mobilnya didepan halaman rumah Zelinda, diliriknya Zelinda kini yang terlelap. Saat dirinya pulang ke rumah ambil mobil tadi, benar apa yang mertuanya bilang sebelum ia berangkat ke Bali, jika beliau akan pulang. Sebenarnya Arjuna ingin memberitahu Zelinda, tetapi lebih dulu gadis itu mengeluh lelah dan tertidur jadi Arjuna tidak jadi memberitahu.
"Zel bangun." Arjuna menepuk pipi Zelinda pelan, namun gadis itu terlihat tak terusik sama sekali.
"Zel." Arjuna menepuk sekali lagi, namun nihil.
Arjuna mendengus pelan, tolong ingatkan dia jika Zelinda memang sangat kebo sekali.
Arjuna tak menyerah, tiba-tiba otaknya mendapat sebuah ide untuk menjahili Zelinda kali ini. Senyum liciknya terbit.
TIN!!!!!!!!!!!!
"WOI!!" benar sekali Zelinda langsung bangun, kini wajahnya seperti orang bodoh yang kebingungan.
Ia melihat kanan kiri hanya melihat pekarangan rumah, tatapannya langsung menatap tajam Arjuna yang disampingnya. "KAGET GUE ANJING!" Teriaknya kesal, benar-benar rasanya Zelinda ingin sekali menangis.
Kalian pasti bisa merasakan, jika sedang mengantuk lalu dibangunkan paksa. Rasa ingin marah, memaki, menangis tercampur menjadi satu. Itulah yang Zelinda rasakan sekarang.
Arjuna tertawa jahat melihat kekesalan Zelinda itu. "Makannya kalo dibangunin itu langsung bangun! Cewek ko kebo banget!" Cibir Arjuna.
Zelinda hanya mendengus kesal, kalian pasti tau apa yang terjadi jika ia menjawab, tidak akan ada habisnya. Kadang Zelinda juga suka heran, itu mulut Arjuna kayaknya salah pasang. Soalnya kalo apa-apa gak mau kalah, nyerocos terus ngejawab setiap Zelinda berbicara.
"Buruan turun! Udah nyampe dari tadi, jangan lupa kopernya bawa sendiri! Gue juga capek bolak-balik dari tadi." Ucap Arjuna.
Zelinda menurut, ia juga merasa kasihan sebenarnya dengan Arjuna. Tugasnya selama seminggu mengawasi ratusan anak pasti sangat melelahkan, dan tadi ia bolak-balik mengambil mobil. Namun rasa kasihan itu segera sirna saat mengingat apa yang baru saja laki-laki itu lakukan.
Ia pun menyusul Arjuna yang sudah keluar, diambilnya koper yang sudah Arjuna keluarkan dari bagasi, namun langkahnya terhenti saat melihat sesuatu yang terparkir tepat di samping mobilnya saat ini.
"Ini mobil Ayah?" Gumamnya pelan sambil meneliti mobil putih didepannya ini.
Arjuna berhenti di samping Zelinda yang masih mengamati mobil itu. "Iya Ibu pulang dari dua hari lalu, tadi gue mau bilang tapi lo tidur." Ucap Arjuna memberitahu.
Sontak mata Zelinda langsung terbuka lebar, raut wajahnya terlihat sangat bahagia, hingga detik berikutnya ia langsung berlari kencang masuk kedalam rumah tanpa membawa kopernya.
Arjuna berdecak sebal. "Tau gitu gak gue kasih tau tadi, ck!" Dengan berat hati Arjuna mendorong dua koper itu mengikuti Zelinda yang masuk kedalam rumah.
Zelinda membuka pintu rumahnya kasar, membuat beberapa orang yang berada didalam memekik kaget. "Zelinda! Kalo mau masuk rumah itu yang sopan! Ketuk pintu dulu, dibukain baru ma--" Ucapan Zeen terpotong saat Zelinda lanjut berlari tanpa mengadahkan ucapan Zeen tadi.
Ia berlari kearah ruang tengah, dimana Ibu, Ayah, Mertua, dan Kusma yang tengah berdiri karena masih terkejut dengan kedatangan mendadak Zelinda itu.
"Ibuuu! Kangennn!" Zelinda langsung berhambur ke pelukan sang Ibu.
Ibu yang mendapat serangan pelukan mendadak itupun hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah putrinya yang masih saja belum berubah.
"Ibu kenapa gak ngabarin aku kalo mau pulang? Kenapa Ibu malah ngabarinnya Arjuna sama Mama? Ibu udah lupa sama Zelinda? Ibu ingetnya Arjuna anak Ibu? Terus Zelinda menantunya Ibu gitu? Iya?" Tanya Zelinda bertubi-tubi, membuat semuanya tertawa mendengar pertanyaan aneh Zelinda itu.
Ibu melepaskan pelukannya sambil memegang kepala Zelinda, dielusnya pelan rambut cantiknya itu. "Gimana? Udah ada kabar baiknya belum? Masa udah tiga bulan lebih gak ada tanda-tanda?" Tanya Ibu dengan menaik-turunkan alisnya.
Kening Zelinda berkerut tanda ia tidak mengerti dengan arah pembicaraan Ibunya ini. "Hah?" Zelinda tercengang bodoh, ia menatap orang-orang disampingnya ini bergantian, lalu arahannya terhenti saat matanya menangkap Arjuna dibelakangnya sedang duduk santai.
Wajah Zelinda mencoba meminta penjelasan atas pertanyaan ibu tadi, namun Arjuna hanya memijat kepalanya pening melihat ke-begoan Zelinda yang sudah mulai bereaksi.
"Hamil woi! Pregnant! Nggak ngerti juga? Perut lo berisi bayi, manusia yang kecil nan imut-imut lucu gitu! Masa gak ngerti?!" Jelas Zeen menggebu-gebu.
Zelinda langsung mengerti, kini wajahnya langsung menghadap ke sang Ibu yang berada didepannya ini. "Ibu pengen aku hamil?" Tanya Zelinda bodoh.
Ibu langsung mengangguk semangat mendengar pertanyaan itu, membuat Zelinda tertawa geli. "Kalo Ayah gimana?" Tanyanya pada pria dewasa yang tengah duduk memandangi istri dan putrinya itu.
"Sekolah dulu yang bener! Kalo udah lulus baru boleh!" Ujarnya tegas, Zelinda mengangguk setuju.
"Udah dijawabkan sama Ayah?" Ujar Zelinda.
Ibu hanya memberengut kesal, Zelinda dan Ibu pun duduk bersebelahan disofa panjang. "Ya kan udah lama, masa Arjuna nggak kegoda sama sekali sih tidur berdua sama kamu?" Ucap Ibu masih tak terima.
Zelinda memutar bola matanya malas. "Ibu kenapa sih? Tiba-tiba tanya hamil dan sekarang ngomongnya malah nyasar kemana-mana, ini efek kelamaan tinggal di Bandung apa gimana?" Tanya Zelinda sinis.
Semuanya tertawa. "Wajar toh nduk, Mama pun sebenarnya sudah tidak sabar menggendong cucu. Kan seru kalo rumah ini ada suara bayi, jadi gak sepi lagi." Sahut Mama diseberang sana.
Sangat terlihat dari raut wajah perempuan disampingnya yang terlihat kurang suka dengan topik pembicaraan ini.
Zelinda menggeleng tak percaya mendengar permintaan para tetua wanita didepannya ini, benar-benar sudah gila menurutnya. "Yaudah, suruh Zeen aja buat nikah terus bikin anak! Kenapa mesti Zelinda?" Tegasnya sambil memandang laki-laki yang tengah damainya memakai snack dari dalam plastik yang Zelinda bawa.
Zeen melempar snack itu kearah wajah Zelinda dengan kesal. "Kalo nunggu gue lama! Mesti cari calonnya dulu, beda sama lo tinggal bikin terus nunggu jadi!" Jawabnya tak terima.
Zelinda pun ikut tersulut emosi, ia melempar tasnya kearah wajah Zeen itu yang sialnya malah mengenai Arjuna. "Mampus dah tu! Kualat sama suami." Zeen tertawa setan melihat raut wajah emosi Zelinda.
"Setan! Lo pikir bikin anak segampang bikin es jeruk hah?! Langsung jadi gitu!" Zelinda membalas tak kalah nyolot.
"Zelinda! Gak ada berubah-berubahnya ya kamu Ayah tinggal! Sopan sama orang yang lebih tua!" Bentak Ayah membuat Zelinda diam.
Arjuna berdehem mencoba mencairkan suasana, ia bangkit lalu menarik lengan Zelinda untuk mengajaknya masuk kedalam kamar.
"Ish apaan si Jun!" Ia berusaha melepaskan pegangan tangannya namun gagal.
"Kita pamit ke atas dulu ya Ibu, Ayah. Mau istirahat." Pamit Arjuna sopan.
Zelinda hanya mendengus kesal mendengar itu, ia pun akhirnya hanya pasrah mengikuti Arjuna yang berjalan menuju kamarnya berada.
Hallo kawan-kawanku semuanya!
Sebenernya aku mau up dari hari minggu tapi aku belum selesai ngetik part ini, karena emang niat dari awal buat double up:(Ayooo tinggal beberapa part lagi untuk mencapai titik penghabisan! Btw, kalian maunya cerita ILUK tamat berapa chap ni:v
Seeyouuuu next chap everyone!:*
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE U KETOS!
Teen FictionMenikah? Dengan teman seangkatannya sendiri? Orang yang biasa dijuluki bad boy? Dikenal banyak orang? Disegani wanita? Bahkan beberapa guru pun ada yang tertarik dengan ketampanan wajahnya? Inilah yang dirasakan seorang Zelinda Ifdia Pratama saat in...