[78] Mitoni

141K 13.1K 7.6K
                                    

Note : Setiap kota itu adatnya pasti berbeda-beda, tapi disini aku pake adat yang ada di kotaku sendiri ya kawan. Jadi kalo beda ya mungkin emang loyalitas kota kita beda, oghey?

HAPPY READING!!
.
.
.
.

Kini Zelinda dan Junia sedang berada di dapur, mereka sempat mengobrol banyak tentang sekolah hingga katanya Junia sedang dekat dengan laki-laki. Zelinda hanya memberikan sedikit ilmu agar nantinya Junia tidak di sia-siakan.

"Denger-denger katanya kemarin Kak Kusma ke Jakarta ya Kak?" Tanya Junia.

Zelinda mengangguk. "Iya, bahkan gara-gara dia Kakak hampir cerai." Jawabnya.

Junia menghela nafas beratnya. "Mereka salah, harusnya jangan disatuin. Tapi yang penting udah baikan kan sekarang?" Tanyanya lagi.

Zelinda kembali mengangguk. "Iya, tapi kita gak tau nantinya. Semoga aja Arjuna bener-bener berubah." Ujarnya.

Junia menatap Zelinda tulus lalu tersenyum, melihat Kakak sepupunya yang diperlakukan seperti itu sebenarnya membuat dirinya ikut sakit hati. Apalagi mereka sama-sama perempuan, Junia bisa merasakan bagaimana sakitnya jika dirinya menjadi Zelinda. Ia jadi tidak habis pikir dengan Kakaknya itu.

"Tapi Kakak tau gak kalo Kak Kusma sekarang udah sembuh?" Zelinda menatap kaget ucapan yang dilontarkan oleh gadis didepannya ini.

"Serius kamu Jun?" Tanyanya tak percaya, hatinya tiba-tiba menjadi resah mendengarnya.

Junia mengangguk. "Iya Kak, Kak Kusma kan udah ikut terapi lebih dari setahun. Dan Alhamdulillah sekarang membuahkan hasil, dia jadi sembuh." Ujarnya.

Tubuh Zelinda tiba-tiba menjadi lemas, rasa takut sudah mulai menyelimuti dirinya sekarang.

Junia tersenyum melihatnya, tangannya perlahan menggenggam tangan Zelinda yang berada di meja. "Tapi Kakak gak usah khawatir, sekarang Kak Kusma udah tunangan kok." Ucapnya.

Zelinda langsung mendongak. "Tunangan?!" Tanyanya heboh.

Junia mengangguk. "Iya tunangan, dia tunangan sama orang Jakarta juga loh Kak. Tapi dia kuliah disini, terus Junia gak tau seterusnya si. Mas Juna lebih tau, Kakak tanya aja sama dia." Jawabnya.

Zelinda menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Tolong katakan pada Zelinda, ia harus bagaimana sekarang. Senang? Atau sedih?

"Zel!"

"Dalem Ibu."

Zelinda menoleh mencari orang yang memanggilnya tadi, Ibunya memang sudah datang bersama Junia saat sampai. Mereka ternyata satu mobil dan Zelinda tidak tahu, memang sangat keterlaluan Ibunya itu.

"Sini!" Suruh Ibu.

Zelinda menurut, ia bangkit diikuti Junia dibelakangnya yang ikut kepo. Mereka berjalan menuju dapur, dimana Ibunya berada.

"Kenapa?" Tanyanya, di dapur sangat banyak orang yang sedang memasak. Mungkin untuk selametan besok.

Mama dan Arjuna pun ada disitu. "Kamu bikin rujak ya?" Tanya Ibu.

Kening Zelinda mengerut. "Rujak?" Ujarnya mengulang kata Ibunya tadi.

Mama mengangguk. "Iya nduk rujak, salah satu adat tujuh bulanan di Jawa ya bikin rujak. Tapi yang bikin harus kamu karena kamu yang hamil." Ujarnya.

Wajah Zelinda langsung berubah menjadi cemas. "Tapi, Zelinda kan gak bisa bikin rujak." Ucapnya lirih.

Semua langsung tertawa mendengarnya. "Orapapa mbak e, gampang kita dibelakangnya ngasih tau bumbu-bumbunya. Mbak Jelinda tinggal meluni wae." (Nggak papa mbaknya, gampang kita dibelakangnya ngasih tau bumbu-bumbunya. Mbak Zelinda tinggal ikutin aja) Ujar salah satu Ibu-Ibu yang sedang memasak itu.

I LOVE U KETOS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang