Note : update malam ini untuk menemani kaum jombloku yang hanya diam, silahkan dibaca kawanku semoga malam minggu kalian menyenangkan xixixi.
HAPPY READING!
.
.
.
.Arjuna kini tengah menunggu dokter yang memeriksa Kusma, ia sudah menyuruh Mamanya untuk pulang dan beristirahat. Mengingat Mamanya belum pulang ke rumah.
Lama menunggu membuat Arjuna sedikit takut sekarang, ia tidak bisa diam mondar-mandir didepan pintu ruangan rawat inap Kusma. Namun tiba-tiba ada yang membalikkan tubuhnya paksa dan memberikan sebuah pukulan dipipi Arjuna.
Bugh!
Arjuna yang tidak siap pun langsung tersungkur, ia memegang sudut bibirnya yang kini mengeluarkan sedikit darah. Arjuna mendongak untuk melihat siapa yang berani-beraninya memukulnya.
"Ren--"
Bugh!
"Brengsek! Lo apain Zelinda sampe dia depresi kayak gitu hah!" Ujarnya setelah memukul kembali Arjuna.
Arjuna berusaha bangkit dan menatap Reno penuh tanya. "Maksud lo apaan sih Ren?! Dateng-dateng main pukul gitu aja!" Sentak Arjuna.
Reno tersenyum miring. "Kenapa? Pukulan itupun gak sebanding sama apa yang udah lo lakuin ke Zelinda anjing!" Baru saja Reno ingin memukul Arjuna kembali, namun sebuah tangan menghalanginya.
"Ren udah! Lo gak bisa main pukul orang sembarangan gitu! Apalagi ini dirumah sakit." Reno menolehkan wajahnya kearah samping, dan terlihatlah dua temannya Raka dan Revan.
"Dia udah gak waras Van! Gak ngerti lagi gue sama dia! Udah ilang kali nyali gentle nya sampe berani berbuat kaya gitu ke cewek!" Ujar Reno yang masih emosi.
Revan mencoba menenangkan Reno, sedangkan Raka membantu Arjuna duduk di kursi tunggu. Mereka masih melayangkan tatapan mautnya.
"Pendem emosi lo Ren, jangan gegabah. Kita bisa omongin ini baik-baik." Ucap Raka.
Reno berdecih. "Omongin baik-baik lo bilang? Dia udah bikin anak orang gak perawan Rak! Dia ngelakuin itu tanpa berpikir sama sekali! Terus abis merawanin dia tinggal gitu aja di rumah. Siapa yang gak emosi?!" Ujar Reno menggebu-gebu.
Raka dan Revan nampak kaget dengan ucapan Reno barusan, namun segera ia menetralkan emosi juga. "Bener apa yang dibilang Reno Jun?" Tanya Revan hati-hati.
"Itu privasi." Jawab Arjuna yang membuat Reno ingin sekali kembali memukul wajah didepannya ini.
"Jawab yang bener anjing!" Sentak Reno.
Arjuna tak menjawab, ia membuang arah pandangnya kearah lain.
"Jun, gue ngerti banget lo cemburu sama Abay tadi. Tapi lo juga harus bisa nahan emosi lo, pikirin jalan yang paling bener. Lo berdua itu udah bukan orang pacaran lagi, lo udah jadi suami. Harusnya lo bisa ngelurusin masalah dengan baik-baik, bukan malah ngerusak. Iya gue ngerti banget kalo itu udah jadi hak lo, tapi emang pantes lo ngelakuin itu dengan keadaan marah? Zelinda pasti sakit hati banget, pikirin mentalnya Jun. Kalo dia bener-bener depresi gimana? Kalo dia sampe phobia gimana? Dan ini poin yang paling penting, kalo sampe dia hamil gimana? Lo berdua sama-sama masih sekolah, apalagi Zelinda. Dia pasti belum siap buat itu, harusnya lo bisa berpikir panjang Jun. Gimana kedepannya, jangan mentingin emosi. Itu gak bisa nyelesain masalah, yang ada Zelinda makin benci sama lo." Ujar Raka panjang lebar, mencoba agar Arjuna mengerti.
Arjuna mengacak rambutnya frustasi. "Terus gimana Rak?! Lo gampang ngomong begitu, gue yang ngejalaninnya susah!" Ucapnya.
"Kalo sayang pasti bisa! Lo bilang udah mulai sayang sama Zelinda tapi lo malah nyakitin! Di cerain beneran tau rasa lo!" Cibir Reno, ia sudah benar-benar kesal dengan Arjuna yang bertingkah seenaknya.
"Nasi udah jadi bubur, Zelinda udah terlanjur benci sama lo! Sikap lo itu tadi ngeyakinin dia kali lo cuma main-main, gak serius! Makannya kalo punya otak tuh dipake! Bukan buat pajangan doang! Nyesel kan lo sekarang!" Lanjut Reno yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Arjuna.
Raka melerai. "Udah deh Ren! Jangan mancing-mancing!" Tegasnya.
"Keluarga pasien?"
Semua orang sontak berdiri saat sang dokter tiba-tiba keluar dari ruangannya, mereka mendekat dan menanyakan bagaimana kabar Kusma sekarang.
"Gimana keadaannya sekarang dok?" Tanya Arjuna.
Dokter itu menggeleng pelan. "Saya rasa pasien harus segera menjalani operasi transplantasi sel induk sekarang. Kondisinya yang sangat menurun membuat kadar sel darah putih pasien menjadi tinggi dan mengalami anemia. Kelenjar getah bening dan hati pasien pun sudah mengalami pembesaran." Ujar dokter itu menjelaskan.
Raut wajah Arjuna langsung pucat. "Lakukan dok! Lakukan apapun supaya gadis itu sembuh! Berapapun saya akan bayar asal pasien itu sembuh!" Ujar Arjuna sambil menatap mohon kearah dokter.
Teman-teman Arjuna langsung menatap Arjuna nyalang, memang spesies laki-laki macam Arjuna sangat sulit untuk diberitahu. Mau diceramahi sampai gumoh pun tidak bakal didengarkan.
Dokter itu mengangguk. "Baik, saya akan carikan pendonor secepatnya. Harap Masnya untuk mengisi beberapa persetujuan diruang administrasi." Arjuna langsung mengangguk dan pergi menuju ruangan yang dibilang sang dokter.
Reno, Raka, dan Revan memijat kepalanya pening melihat tingkah temannya itu.
"Kali ini gue dukung keputusan Zelinda buat cerai sama laki-laki gak berguna macem dia." Ujar Reno
.
.
.
."Udah dong Zel jangan nangis, udah ya."
Kini semua teman Zelinda berada dirumah Zelinda, mereka berusaha menenangkan Zelinda yang terus menangis saat mendengar kabar dari Revan jika Kusma akan dioperasi malam ini. Mama Arjuna pun langsung kembali ke rumah sakit padahal ia baru saja sampai di rumah dan duduk dengan Zelinda untuk berbicara.
"Apa yang gue harapin dari mereka hiks, mereka nganggep gue ini apa?! Kenapa dia gak mati aja sekalian Nay?! Kenapa mesti harus dioperasi?! Kenapa dokternya gak bunuh aja tuh perempuan?!" Teriak Zelinda frustasi. Hatinya hancur, hancur sehancur hancurnya sekarang.
"Zel udah! Ngapain lo mikirin laki-laki brengsek macem dia sekarang hah?! Jangan lemah Zelinda jangan lemah! Jangan kayak gini cuma karena satu cowok brengsek yang ninggalin lo! Cowok tuh banyak gak cuma satu di dunia ini! Banyak yang lebih baik dari dia! Kalo dia ninggalin lo, tinggalin dia juga! Jangan mau kalah sama dia! Tunjukkin kalo lo juga bisa berbuat kayak dia!" Ujar Lala sambil memegang bahu Zelinda yang semakin bergetar, ia tidak tega melihat sahabatnya sendiri rapuh seperti ini.
Mereka semua ikut menangis saat Zelinda tangis Zelinda semakin kencang, terdengar sangat rapuh wanita didepannya ini. Dengan segera mereka berikan pelukan ke Zelinda dengan erat, mencoba memberi kekuatan dan semangat untuk sahabatnya ini.
Jangan pernah memintaku untuk menerima orang lain. Bagaimana bisa dengan mudahnya kamu mengatakan hal seperti itu, sedangkan aku bersusah payah untuk mengejar dirimu dalam pelukanku. Kalau inginmu tidak lagi bersamaku, baik aku akan mundur. Semoga dengan begitu kamu sadar, jika bertahan itu sangat melelahkan.
-ZelindaIP.
Jangan komen part ini kependekan, karena ini tuh emang pendek 😭 maklum aku baru ngetik, masih anget soalnya hahaha.
Dahlah aku lelah sama Arjuna yang dibilangin batu, silahkan para readersku tunjukkan aksi kebar-baranmu untuk menghujat Arjuna disini.
Beri terus dukungan untuk mempercepat pengupdetan ya kawankuu🥰
Seeyouuu sayanggg❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE U KETOS!
Teen FictionMenikah? Dengan teman seangkatannya sendiri? Orang yang biasa dijuluki bad boy? Dikenal banyak orang? Disegani wanita? Bahkan beberapa guru pun ada yang tertarik dengan ketampanan wajahnya? Inilah yang dirasakan seorang Zelinda Ifdia Pratama saat in...