Naura membersihkan semua piala dan medali menggunakan sapu tangan di genggamannya, meletakkan satu-satu di atas karpet. Ini lah kebanggaannya dulu, bisa mendapat senyuman papa hanya meraih benda ini dengan juara pertama.
Sebenarnya Naura ingin membawa ini ke rumah, tapi setelah di pikir-pikir apa lagi alasan dia berpijak di rumah papanya.
"Soal ucapan gue tadi, gue minta maaf." Suara berat tersebut membuat Naura tersentak, menoleh kaget ke arah pintu adik tirinya itu yang berjalan sempoyongan memasuki kamar kemudian berbaring ke ranjang. Naura membiarkan, yang Naura tau Gian dan Gemina berbeda.
"Iya," sahut gadis itu pelan. Naura duduk bersila di karpet kembali dengan kegiatannya, penasaran apalagi yang akan Gian bicarakan karena cowok itu jarang berbicara selama tinggal bersama.
"Lo udah tau siapa suami lo itu?"
"Siapa?"
Gian tertawa walaupun sesaat karena perih semakin terasa di bibirnya.
"Raihan. Raihan suami lo, kan?"
"Iya."
Naura tidak paham bicara Gian yang bertele-tele seakan paham arti tatapan iris cokelat itu Gian mengubah posisinya menjadi duduk sambil mengeluarkan sesuatu di tas yang dia tenteng.
Naura berhasil menangkap benda yang baru saja di lemparkan Gian, buku album sangat di kenalinya.
"Ini kumpulan foto temen-temen aku pas TK. Kenapa ada di kamu?" Sebelas alis Naura naik, bagaimana bisa miliknya di tangan Gian. Benda yang Naura cari selama ini.
Gian bersedekap. "Suami lo buang benda itu di jembatan, beruntung setelahnya gue ambil. Dia temen TK lo kan? Dulunya sering bully lo, gue liat kebanyakan foto lo nangis," sahut Gian.
Setiap ekspresi Naura terus Gian amati, respon Naura yang tertawa justru membuatnya kaget.
"Kalau di ingat, aku malu. Dulu di TK aku termasuk anak perempuan paling cengeng. Ya, Raihan dari dulu nakal tapi kenakalan Raihan sebatas ikut-ikutan."
Gian mendengarkan.
"Hampir semua anak perempuan di ejek, biasa lah geng abal-abal dan Raihan pun ikut. Aku gak tau kenapa jatuhnya Rai yang ke bagian buat aku nangis." Sudut bibir Naura melengkung ke atas, mata bundarnya berbinar. "Selama ini aku ingat! Cuma aku pura-pura lupa."
Gadis yang sedang mengandung anak kedua tersebut berjalan ke meja rias membuka laci di sana, mencari kotak P3K.
"Aku gak tau Raihan sampai buang buku albumnya agar aku gak ingat dan kamu dengan santainya ambil album itu, pasti Raihan buangnya ke tempat yang gak biasa."
Air muka Gian berubah seketika. "Kenapa lo gak marah?" tanyanya bingung. Tubuh Gian menegang mendapati Naura menyentuh punggung tangannya yang membiru.
"Kayaknya Rai yang harus marah, aku udah nipu dia selama ini. Pura-pura gak tau, itu pula alasan dulu setelah Raihan tau aku siapa, dia jauhin aku dengan alasan sibuk dan ujian padahal masih lama," ungkap Naura.
Penuh kehati-hatian Naura memoleskan salep ke lebam Gian, rasanya tidak cocok jika di kulit putih Gian ada bekas luka. Naura tidak yakin luka ini cepat sembuh. Hingga sekarang pun pukulan yang Darel berikan membekas di kulitnya.
"Katanya lo hamil lagi?"
"Iya."
"Lo jangan mikir aneh-aneh seakan gue ceritain ini gue kaya orang jahat yang pengen hubungan lo dan suami lo itu bermasalah."
"Aku tau kamu gak sejahat itu justru aku berterima kasih."
Gian di buat tertegun mendengar ucapan tulus Naura, kali ini kapas sudah di taburi alkohol itu berada di sudut bibirnya.
"Apapun kesalahan kamu sama Papa, jangan di ulangi. Kasian Mama, kamu pun udah kelas dua SMA. Sampai aku nikah kamu harus tau aku masih berharap untuk kuliah, lulus SMA Bintang tanpa di keluarkan."
Pandangan Gian teralih pada penghargaan yang kakak tirinya itu dapatkan. "Lo kan di fitnah sama si brengsek itu. Abian tetap kalah olimpiade sekali pun lo bukan siswi Bintang lagi."
Naura mengiyakan. Ikut meringis melihat banyak lebam di lengan Gian, sang papa benar-benar mengeluarkan emosinya.
"Kenapa kamu gak lari pas Papa pukul, menjauh. Mama sampai nangis, Azka mana?" Naura jadi teringat adiknya.
"Buat apa gue lari? Alasan Papa pukul gue karena gue bukan kakak yang baik buat Gemina. Semua orang udah berusaha cari Gemina dar---"
"Lapor polisi." Naura menyela jika bodygruad saja tidak menemukan Gemina itu berarti seseorang yang menyembunyikan Gemina adalah orang berbahaya.
"Papa menolak," jawab Gian. "Intinya Papa gak mau sebab gue ngomong yang lo bilang itu gue berakhir di pukul."
Naura terdiam, jujur tidak bisa berbuat banyak. Sekali apa yang dikatakan papanya tidak boleh ada penolakan. Kalau pun Naura meminta, dia akan mendengar balasan menyakitkan.
"Tapi gue gak menyerah, orang yang udah culik adik gue harus terima akibatnya, mata di bayar mata bahkan nyawa." Gian melanjutkan sembari kedua tangan terkepal kuat.
****
Part ini adalah jawaban dari part 11-13. Siapa itu Raihan di masa lalu Araku🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Raihan dan Naura [END]
Teen FictionNaura Rafia Hayden memiliki arti bunga dan cahaya. Dulu ia berjanji akan memberikan cahaya kepada orang lain layaknya kunang-kunang dan ingin seperti bunga yang bermekaran. Semuanya berubah sejak kejadian itu! Tawanya berganti menjadi rasa sakit Nam...