Banyak perubahan yang terjadi setelah perkataan Azura pada saat itu, kini sepupunya tersebut tinggal di rumah sang kakak. Azura sendiri gadis berdarah campuran Indonesia dan Jerman. Menghabiskan waktu berlibur di negara papanya.
Raihan menyadari akhir-akhir ini ekspresi Naura sering berubah bahkan tingkahnya, biasanya Raihan bisa menebak suasana hati istrinya, kini agak susah. Naura selalu mengejutkan termasuk dengan duduk di meja kerjanya.
"Kamu ngapain?" Naura yang sedari tadi menatap dalam Raihan mengalihkan atensinya ke laptop.
"Aku di suruh Kak Kiara sama pegawai lain buat kolom pengeluaran bulan ini, tau aja aku gak suka matematika. Untung ada aplikasi hitungan," jawabnya.
"Harusnya kamu berterima kasih ke Kak Kiara, izinin kamu punya ruangan pribadi. Siapa yang dulu-dulu ngeluh cium bau kaos pegawai lain kumpul sama mereka?" Naura menggeleng heran.
Raihan tersindir keras, memang awal mulanya bekerja di kantor sepupunya Raihan selalu mengeluh mencium bau tak sedap, menahan mual. Menunggu tak sabaran jam makan siang perlu beberapa bulan akhirnya Kiara memberikan ruangan pribadi.
"Kamu sibuk kaya gini aku malah sakit hati."
"Maksudnya?"
Naura membuang muka, tidak peka sedikit pun. Di detik kelima Naura merasakan jemari Raihan membelai pipinya walaupun begitu Naura tetap kesal suaminya itu tanpa menatapnya hanya fokus pada layar laptop.
"Kamu lupa tadi Kak Kiara bilang pasti kamu denger, kan. Katanya besok juga boleh ... aku mau jalan-jalan," ucap Naura.
"Kalau kita hari ini punya banyak waktu luang kenapa besok, Yang? Malam deh kita kencan. Kamu mau ke mana?" Raihan menyahut lembut kemudian beralih mengusap lengan Naura.
Gerakan Naura yang tiba-tiba merebut laptop dan menutupnya kuat membuat Raihan kaget dan refleks berdiri, sama halnya perempuan bergaun selutut itu melompat pelan turun dari meja.
"Aku nggak suka dicuekin! Tadi pagi kamu juga nggak morning kiss!" seru Naura.
Raihan bergeming benar-benar tidak paham, kepalanya berdenyut sakit memikirkan tingkah Naura lima hari belakangan. Ada saja dimata istrinya itu sikapnya salah untuk itu Raihan sering berhati-hati.
"Kayaknya kelupaan. Sini deketan aku cium." Raihan mengulurkan tangan sebelum itu meminta laptopnya, di sana banyak file penting selama dia bekerja. Raihan tidak ingin karena Naura tersulut emosi tanpa sengaja barangnya jatuh.
Senyuman Naura mengembang, berbinar begitu saja menurut patuh. Raihan melihatnya semakin gemas istrinya itu layaknya anak kecil yang polos.
Berdiri berhadapan Raihan sedikit menunduk, memiringkan kepalanya kemudian bibir berbeda itu saling bersatu, Raihan tersenyum samar melihat Naura menikmati semuanya dengan kelopak mata yang terpejam masalah sepele Naura hampir marah dan Raihan akan mengingat hari ini.
******
Sore itu, Danika dan Nikan di buat takjub di kedai kopi rencana pertemuan di akhir pekan walaupun kurang satu, sebab Lovia sibuk tugas kuliah yang katanya menumpuk.
"Gimana mainan lo?" tanya Raihan santai menatap lurus Danika seakan paham pemuda bertindik itu langsung mengibaskan tangan.
"Tenang aja, gue kasih makan. Dia tinggal di apartemen gue sekarang. Orang tua gue setuju anaknya mandiri padahal gak tau yang sebenarnya," jelas Danika sambil tersenyum miring.
Nikan di sebelah Danika menepuk bahu sahabatnya itu. "Kualat lo, ingat dia perempuan."
"Persetan gender, setiap malam dia wajib di bawah kungkungan gue!" Danika berdecak kesal. Raihan duduk di sebrang ikut puas, baginya Danika sudah mewakili dendamnya karena dia kehilangan bayi perempuannya. Lagipula Raihan anti tangan sucinya harus memegang sampah busuk.
"Kalian bertiga bahas apaan?" Suara lembut itu membuat ketiga laki-laki itu menyadari satu hal, Raihan menepuk puncak kepala istrinya itu dengan senang hati saat Naura memeluk lengannya.
"Kucing Danika disumpalin obat biar gak bunting, Ra." Nikan tertawa puas setelahnya meringis sakit kakinya di tendang kuat di bawah meja.
"Kucing? Emang ada kucing gak bunting cuma disumpalin obat?" Naura menaikkan sebelah alis.
"Ada, Yang. Ini kucing jelek terus busuk lagi!" tutur Raihan. Bibirnya berkedut merasakan Naura semakin merapatkan tubuh, jelas sekali kedua orang di sebrang kembali tertegun bukan hanya di meja tengah itu, tetapi pelanggan lain pun ikut penasaran.
"Itu Ara, kan? Mukanya gemesin. Beruntung deh si Rai." Nikan berbisik, nyalinya ciut bersitatap dengan Raihan seakan sadar tengah dibicarakan.
"Makanya cepet nikah lo berdua, punya istri manja itu enak. Sirik bilang lo!" ketus Raihan.
Berikutnya Raihan meringis sakit pipinya di pukul Naura, apa ada yang salah atas ucapannya? Naura menegakkan tubuh sambil bersedekap.
"Aku enggak manja!"
"Kamu manja, Yang. Buktinya tadi sandaran."
"Itu biar mereka tau kamu udah punya istri. Kamu gak sadar ya diliatin mereka." Telunjuk Naura mengarah satu-satu ke sudut kedai, raut wajahnya masam. Di mana banyak perempuan berseragam putih abu-abu terus menatap meja mereka, bahkan ada yang terang-terangan memasang muka sok imut.
Danika dan Nikan menyemburkan tawa, sudah biasa sebelum menikah pun Raihan dan keduanya sering seperti ini. Ketiganya punya karisma kuat masing-masing yang mampu membuat lawan jenis terpesona.
*****
Sengaja update siang. Kayaknya sampe part 70 gak beda jauh lah sampe angka segitu. Masih ada yang belum terungkap
Ramein vote dan komennya ya. Vote aja nggak papa itu udah buat aku semangat😍

KAMU SEDANG MEMBACA
Raihan dan Naura [END]
Teen FictionNaura Rafia Hayden memiliki arti bunga dan cahaya. Dulu ia berjanji akan memberikan cahaya kepada orang lain layaknya kunang-kunang dan ingin seperti bunga yang bermekaran. Semuanya berubah sejak kejadian itu! Tawanya berganti menjadi rasa sakit Nam...