"Raihan Dipran bin alm Farel Dipran, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak saya, Naura Rafia Hayden binti Darel Hayden dengan maskawin berupa seratus gram emas dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya, Naura Rafia Hayden binti Darel Hayden dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
Seruan sah mengisi ruangan luas tersebut, semua tamu undangan tak pernah luput dari pandangan di meja tengah. Tidak berbeda jauh ketiga orang yang akrab dengan pasangan halal tersebut tengah bersorak gembira, Lovia sampai menangis haru beda lagi Danika dan Nikan saling memeluk.
Raihan tersenyum lebar, cukup sekali walaupun Raihan gugup ternyata bicaranya lancar setelah memberikan kecupan di kening istrinya, Raihan langsung menyalami ayah mertuanya itu.
"Makasih, Ayah."
Darel mengangguk sekilas lalu berdiri setiap langkah pria itu pergi, Naura terus memandangi. Bolehkah dia mengira sang papa merasakan kehilangan, namun nyatanya Darel justru bersikap biasa saja bahkan dulu Darel pernah bermaksud mengusirnya.
"Hei, kenapa?" Raihan mengusap lengan Naura. "Jangan nangis, ini hari bahagia kita. Aku yakin papa kamu sayang sama kamu buktinya dia restuin kita. Bukannya kamu tau selama ini kamu selalu dijaga suruhan papa kamu."
Naura tidak mengerti ucapan Raihan, namun hatinya meringan. Dia tidak lagi sendiri, sahabat masa kecilnya itu kini telah menjadi suaminya dan mereka akan tinggal bersama, melalui suka dan duka.
"Sekarang kamu harus ikutin rencana aku."
"Maksud kamu?"
"Rencana bertemu Abian, biar dia tau kalau kamu udah punya aku dan cowok brengsek itu menyesal." Raihan menyahut penuh dendam sambil tangan kanannya terulur di depan Naura.
Naura terkekeh geli jika bertemu Abian dulu adalah sesuatu yang menambah luka baginya, sekarang Naura sudah bertekad untuk melupakan seperti yang dikatakan Raihan, kebersamaan keduanya menghilangan trauma dia selama ini.
Tidak menunggu lama mencari pemuda berkacamata itu ternyata duduk sendiri dengan tangan memegang ponsel, tepat ketika Raihan berdehem Abian mendogak. Air muka itu menunjukkan reaksi kaget apalagi saat pandangannya bertemu gadis di sebelah Raihan.
"Sekarang percaya kan kalau gue dan Ara nikah." Kemudian Raihan menatap Naura. "kamu tau nggak sih, sayang. Masa mantan brengsek kamu ini enggak percaya!"
Naura mengerjap bingung, jujur tidak ingin ikut campur urusan dengan Abian namun bukan Raihan menurut begitu saja.
"Aku nggak tau...." Akhirnya hanya itu yang keluar dari mulut Naura, kegugupannya semakin bertambah saat mereka berakhir menjadi pusat perhatian.
Raihan melingkarkan tangannya di pinggang Naura, dagunya terangkat angkuh membalas memandangi Abian.
"Harusnya lo menyesal melakukan itu, dasar gak punya malu! Perempuan sebaik Ara lo sakitin dan bahkan tanpa minta maaf," ucapnya sinis. "Gue berharap atas apa yang lo lakuin buat lo menyesal seumur hidup."
Abian bergeming seakan hilang kata-kata hingga kemunculan dua orang mendekat hanya mempunyai satu tujuan itu pun terpaksa salah satunya.
"Gemina."
"Selamat Kak Ara, semoga lo bahagia sama dia." Tepat setelah itu Gemina mengulurkan tangan dan semua yang melihatnya pasti sadar senyuman di bibir itu sebatas paksaan.
Naura hendak menerimanya dihentikan Raihan seraya pemuda itu berujar ketus. "Pasti Ara bahagia, emang gak kaya lo. Udah numpang tapi bahagianya malah merebut hak milik orang lain."
Apa pernikahan mereka memang tepat untuk dijadikan balas dendam? Naura mencoba menarik pergelangan tangan Raihan, bukannya bergerak tubuh Raihan tetap di tempat.
"Gue ke sini itu terpaksa disuruh nyokap. Mana mau gue datang acara ini, kalian benar-benar nggak tau terima kasih!" jawab Gemina
"Lo yang nggak tau terima kasih, anjir! Dasar cewek sialan!" Raihan mendesis tajam. Naura gelagapan emosi Raihan tidak terkendali, pemuda itu menyuruhnya untuk tidak menangis di hari bahagia tapi kenapa Raihan meluapkan amarahnya.
"Sayang." Naura membasahi bibir, pipinya mulai memanas. Barusan dia memanggil Raihan dengan sebutan sayang. Oke, tidak ada yang salah malah berhasil menarik perhatian Raihan. "A--aku pengen duduk," sambungnya tergagap.
*****
Aula hotel itu mewah, di dekorasi taburan kelopak bunga mawar. Karpet merah panjang menuju ke arah di mana kedua pasangan tersebut duduk.
"Raihan pake jas itu lebih ganteng, penampilannya nggak urakan lagi!" bisik Lovia di sebelah Naura.
Sudut mata gadis cantik itu melirik nama yang di sebut Lovia tengah berbicara, yang dia ketahui teman akrab termasuk Danika dan Nikan.
"Rai juga bilang dia undang para mantannya, nggak mungkin kan mantan Rai sesama gender?" gumam Naura.
Lovia terbahak. "Ya, mana mungkin! Palingan pas acara puncak nanti malam, lo nggak marah Rai undang mantannya?"
Beruntung Lovia mengingatkan Naura hampir lupa jika malam harinya masih berlanjut, Kak Neon mengatakan acara puncak resepsinya akan bertempat di taman, tepatnya belakang hotel.
"Aku percaya sama Rai, begitupula sebaliknya Rai percaya sama aku. Rai pengen para mantannya tau kalau dia menikah itu bukan candaan!"
*****
Mereka udah nikah loh😍 rumah tangga Raina akan kah lancar atau muncul prahara, tetap stay ya sama ceritanya😍
sebelum itu vote dan komen dulu ya🌟 vote aja udah buat aku semangat. Terima kasih sudah baca ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raihan dan Naura [END]
Teen FictionNaura Rafia Hayden memiliki arti bunga dan cahaya. Dulu ia berjanji akan memberikan cahaya kepada orang lain layaknya kunang-kunang dan ingin seperti bunga yang bermekaran. Semuanya berubah sejak kejadian itu! Tawanya berganti menjadi rasa sakit Nam...