Raihan tau tindakannya tadi sangat salah. Tanpa melawan saat kakaknya melayangkan satu pukulan di pipinya, dia hampir babak belur jika Kiara dan Dara tidak menghentikan.
Dia mengamati Sila yang memeriksa perut Naura, kakinya seakan di paku tidak bisa bergerak mendekat ke ranjang. Duduk di kursi berhadapan dengan jendela kamar, di sana Naura merintih kesakitan dan dress yang dipakainya banjir keringat.
Sila bilang ini namanya kontraksi palsu.
Raihan tidak mengerti, sepanjang berjalan ke rumah dan Sila juga selesai praktik di rumah sakit Permata menuju ke rumahnya selama itu pula dia bertubi-tubi meminta maaf dan untuk kesekian kali Naura tersenyum di balik rasa sakit di perutnya sembari berbisik. "Kamu tenang, tadi itu salah paham." Itu justru membuat hatinya remuk.
"Kamu kenapa di sana? Ke sini." Sila melepaskan sarung tangan, berseru cukup di dengar Raihan. "Ara baik-baik aja, aku baru selesai menyuntikkan obat pereda sakit. Insiden di Mall sesuai apa yang kamu katakan itu efek kaget, Naura perlu istirahat apalagi dia hamil muda!" sambungya panjang lebar.
Pemuda itu menurut, matanya semakin merah lalu menaiki ranjang dan duduk di samping Naura yang berbaring.
"Seharusnya kamu bisa jadi suami yang baik, sebentar lagi kamu akan memiliki tanggung jawab kamu lebih dari itu, seorang ayah. Kamu perlu mendengarkan penjelasan orang lain, jangan langsung bertindak." Wanita bersetelan jas putih tersebut berkata lembut yang mendengarnya paham itu memiliki banyak makna.
Raihan membasahi bibir. Benar, dia bukan lah suami yang baik. Sering melakukan kesalahan berakhir Naura imbasnya, entah untuk keberapa kali Raihan tidak bisa menjaga selain itu emosinya susah di kontrol.
"Kamu jan--"
"Iya, faktanya gue emang bukan suami yang baik. Gue seolah ingin kembali membunuh anak gue, nggak bisa jaga Ara lalu Raina meninggal!"
Sila menggeleng, maksudnya tidak seperti itu. Belum sempat menjelaskan suara Naura lebih dulu menghentikannya.
"Maafin Rai, Kak. Aku berterima kasih ... Kak Sila mau ke rumah kami padahal jarak dari rumah sakit cukup jauh," ucapnya parau.
Sila tersenyum mengemasi semua barangnya, memasukkan ke tas. "Aku pulang dulu, di nakas itu vitamin. Kalau yang tablet pereda sakit. Ingat ya kamu harus istirahat."
Kepergian Sila membuat kamar itu di selimuti keheningan, Raihan mengamati Naura sebelah tangannya merapikan rambut Naura yang menutupi kening.
"Kamu pasti bosan aku bilang maaf."
"Iya, congek telinga aku."
Raihan tertawa keras yang pasti tawanya bukan lah tawa di buat-buat. Kenapa Naura selalu memberikan sesuatu yang bahkan sulit Raihan dapatkan, ketulusan. Hatinya yang sakit perlahan pundar dengan perasaan meringan.
"Wajah kamu kenapa?" Jemari itu terangkat kemudian menekan lebam biru di pipi Raihan bergeser ke hidung terdapat bekas darah.
"Tenang. Raihan Dipran itu strong ... hukuman dari Kak Neon karena aku udah buat kamu kesakitan," jawab Raihan.
Naura menghela napas, seharusnya tidak bertanya. Raihan pernah mengatakan paling takut pada kakaknya apalagi dalam keadaan marah, selama ini dia bersikap berani di hadapan kakaknya hanya topeng, namun jika berduaan Raihan hendak kencing.
Raihan yang melihat Naura tersenyum ikut tersenyum lebih lebar, lesung pipinya tercetak jelas. Raihan sedikit bergeser, menyibak hati-hati dress panjang Naura kemudian memberikan pijitan lembut di kulit perut Naura.
Kelopak mata Naura terpejam, sisa nyeri itu berganti dengan rasa nyaman. Giliran Naura yang tertawa mendengar Raihan berbicara pada perutnya lebih tepatnya bayi mereka nanti.
*****
"Kita berdua udah tau bos siapa penculik Nona Gemina?" ucap laki-laki berbadan tambun itu seraya menarik kursi lalu menunjukkan laptop ke hadapan pemuda di dekatnya. Gian.
"Jelasin." Jemari Gian terkepal kuat, layar itu memperlihatkan rekaman CCTV di salah satu apartemen, adiknya berjalan membawa kantong belanja di ikuti seseorang, wajahnya tidak terlalu jelas sebab tertutupi tudung jaket.
"Yang menculik Nona Gemina bernama lengkap Danika Nagiswara. Danika sendiri, salah satu anak pembisnis yang orang tuanya bekerja sama dengan Tuan Darel. Saya tidak tau apa Tuan Darel ikut campur dan membiarkan saja anak perempuannya di kurung." Laki berpakaian serba hitam itu menjeda ucapannya. "Dan Danika adalah teman Raihan Dipran, suami kakak tiri, bos!" lanjutnya.
Gian tertegun sebentar, menghubungkan semuanya. Kesimpulannya semenjak Naura kehilangan bayi pertamanya gara-gara Gemina, pasti Raihan membalas. Membuat Gian bingung, bagaimana bisa Danika ikut campur dan berakhir menculik sang adik.
"Apa lo tau nomor apartemen si Danika itu, gue bakal keluarin adik gue dari sana. Gue perlu penjelasan Gemina," sahut Gian datar.
Gian akan melakukan segala cara, adiknya sangat berharga. Dia tidak akan membiarkan seorang pun melukai adiknya termasuk mental Gemina yang semakin terganggu. Kesalahan Gemina memang fatal, tapi jangan sampai hal yang tidak di inginkan Gian terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raihan dan Naura [END]
Teen FictionNaura Rafia Hayden memiliki arti bunga dan cahaya. Dulu ia berjanji akan memberikan cahaya kepada orang lain layaknya kunang-kunang dan ingin seperti bunga yang bermekaran. Semuanya berubah sejak kejadian itu! Tawanya berganti menjadi rasa sakit Nam...