Naura tidak menceritakan kejadian di rumah papanya begitupula Lovia karena jika itu sampai ke telinga Raihan bahkan ke yang lain maka masalah akan tambah rumit. Beruntung saat Lovia mengamuk semuanya sedang duduk di teras hanya pengasuh Azka pada saat itu di belakang rumah.
"Bunga matahari untuk anniversary satu tahun kita!"
"Bukannya udah lewat."
Senyuman Raihan luntur kemudian meletakkan buket bunga tersebut ke tengah meja bundar, sekarang keduanya berada di salah satu hotel dan Raihan sengaja menyewa kamar paling atas sesuai permintaan Naura yang ingin melihat pemandangan kota.
"Gagal romantisnya," gumam Raihan. Naura tersenyum geli sambil tangannnya terulur mencubit pipi Raihan. Padahal dia hanya bercanda, akhir-akhir ini Raihan memang sibuk dengan pekerjaannya tidak ada waktu untuk mereka bersama namun semuanya terbayar seharian ini keduanya tidak lepas, saling menempeli.
"Ya, kan. Udah lewat." Telunjuk Naura menusuk-nusuk pipi Raihan untuk menatapnya. "Liat aku dong! Sayang." lanjutnya tertawa.
"Maunya di suapin." Raihan berkata pelan untungnya Naura mendengarnya.
"Sesusah itu ya bilang minta di suapin," balas Naura ketus kemudian menyuapi Raihan dengan kentang gorengnya. Membuang waktu saja, pantas Raihan dari tadi memberikan kode sebelum memberikan bunga dan Naura dibuat heran.
Raihan mendelik lalu meraih cepat jemari Naura, tubuh Naura sedikit condong ke Raihan. Memastikan perut Naura baik-baik saja, Raihan ikut berdiri tak lama mendekatkan wajahnya.
"Emang kamu pengen durhaka sama suami?"
"Yang ada kamu durhaka sama aku."
"Masa?"
"Iya!"
"Aku cari istri baru, yang lebih-lebih bening dan cantik dari Naura Rafia Hayden."
"Oke, aku juga bakal cari suami mirip artis korea atau enggak ada jerawat, kalem. Bukan malah yang bar-bar terus banyak maunya lagi."
Raihan tersindir keras semakin mendekatkan wajah bahkan jarak pun pupus, hidung mancung Raihan menempel di hidung Naura, menyeringai. Buru-buru Raihan menahan punggung Naura menyadari gadis ini hendak menjauh.
"Di kening aku jerawatnya cuma satu. Kalau gara-gara jerawat kamu pengen cari suami baru, kenapa harus artis korea? Nikan atau si kakak Alta kamu itu cocok toh." Raihan teringat sahabat Naura yang kuliah itu sudah lama keduanya tidak bertemu, terakhir kali saat Alta menghadiri pernikahannya.
Giliran Naura yang kesal. "Terserah aku dong! Jauh-jauh kalau gak aku ludahin nih." Dia serius, tidak tau kakinya pegal. Keadaan setengah membungkung.
Sadar akan hal itu ekspresi Raihan berubah, hampir membahayakan istrinya itu apalagi posisi Naura yang salah.
"Kaki aku jadi kesemutan," ucapnya. Membiarkan Raihan menyelonjorkan dua kakinya ke kursi.
Raihan memijit pelan Naura hingga telapak kaki Naura, diam-diam Naura tersenyum mendapati Raihan sampai meniup-niupnya di menit kesepuluh barulah Naura berdiri dan Raihan bersiap menggendong.
"Aku bisa jalan, udah gak kesemutan. Kita ke balkon liat sunset." Walaupun Naura mengatakan lembut, Raihan tetap keras kepala.
"Jangan sampai kamu kenapa-napa, kandungan kamu baru tiga bulan, di saat itu kita harus hati-hati. Kamu lupa yang Kak Sila bilang?"
Naura mendengus, membiarkan Raihan memeluknya dari belakang. Ini lebih tepatnya cari kesempatan, Naura memang gampang lelah dan pinggang sampai pinggulnya sering sakit.
Naura menolak saat Raihan menyuruhnya duduk, lebih tertarik berdiri di sisi pembatas balkon. Raihan melakukan hal sama, berdiri merapat di samping istrinya menikmati langit senja.
Telapak tangan Naura berada di dagu Raihan, jemari mulusnya kembali memainkan pipi Raihan. Iris berbeda tersebut saling menembus, pancaran itu berbinar-binar yang mereka tau di sana tercipta kebahagiaan. Tidak selamanya hidup itu selalu ada badai, jangan sampai pondasi dibangun, harus hancur karena badai itu. Kebahagian terasa lengkap jika bersyukur, Naura selalu ingat ucapan mendiang mamanya.Raihan merangkul bahu Naura erat, lalu menunduk sebatas mempertemukan bibirnya. "I love you, Ara. Terima kasih memberikan sinar di hidup Raihan Dipran," bisiknya halus.
*****
Di kantin kampus Nikan dan Danika menyadari gadis jangkung berambut sebahu itu jelas menjauh, duduk sendirian di sudut kantin. Tentu keduanya paham penyebab Lovia bersikap seperti itu.
"Lovia marah besar pas Ara rekam suaranya," tutur Nikan tertawa mengejek. "Dia naksir lo, elo. Danika! Lovia kaya macan malu-malu liat lo."
Pemuda bertindik hitam itu meletakkan ponselnya. "Dan sekarang Lovia jauhin gue, kata Rai dia malu. Gue baru denger dia merasa insecure. Biasanya toh cewek gak peduli soal penampilan."
Nikan kaget. "Maksudnya apa? Itu berarti cinta Lovia sama lo gak bertepuk sebelah tangan gitu?" tanyanya.
Danika tersenyum miring seraya membuka bungkusan permen karet. "Gue perlu menghargai perasaan Lovia, kenapa gak dicoba, kita berdua pacaran."
Nikan tidak mampu menyahut sementara itu Danika berdiri, berjalan santai ke sudut kantin. Sepasang matanya menatap lurus gadis tersebut yang tertunduk dalam.
******
Ramein vote dan komennya. Vote aja nggak papa itu udah buat aku semangat😍 bantuin votenya 1k ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raihan dan Naura [END]
Teen FictionNaura Rafia Hayden memiliki arti bunga dan cahaya. Dulu ia berjanji akan memberikan cahaya kepada orang lain layaknya kunang-kunang dan ingin seperti bunga yang bermekaran. Semuanya berubah sejak kejadian itu! Tawanya berganti menjadi rasa sakit Nam...