Un perfect love

821 85 2
                                    


Mentalnya dikuatin lagi ya. Semesta semakin berlebihan bercandanya.

--Nemu--

"Lucu ya"

Reza membidik Laras tajam "Apa?"

"Hahah" Laras tertawa gambar, hatinya hancur dan pikirannya kacau. Ia tidak tahu harus apa sekarang. Rasanya seperti ingin pergi saja dari dunia ini.

"Kenapa ketawa?"

Gadis itu menatap langit-langit kamarnya. Matanya seperti mencari jawapan atas segala yang terjadi padanya. Apa ini balasan atas segala dosa-dosanya?.

"Semesta yang gue ketawain hahaha!. Disaat gue mengharapkan dia ada selalu di samping gue" matanya memanas menumpahkan cairan bening dari pelupuknya.

"Dia malah pergi. Sedangkan orang yang gua harap pergi sejauh mungkin, dia malah hadir kembali hahaha!"

"Gua pergi" laki-laki itu beringsut dari duduknya, matanya memerah. Bukan tangis namun amarah yang agaknya semakin bergelora.

"Hmm"

Saraf-sarafnya berhenti bekerja, tidak memberi respon gerak atau perkataan lebih dari deheman singkat itu.

"Jalanin kehidupan lo kaya anak SMA normal"

Gadis itu terkekeh ringan, setelah semua kejadian ini? Setelah mendengar semua penjelasan? Setelah mengetahui seluruh rahasia? Dan kini ia di minta menjalani kehidupan dengan normal?

"Nggak ngotak!" gumamnya ringan.

Reza menatap nanar gadis itu dari kejauhan "jadi Laras yang dulu. Itu lebih baik. Oh ya, kalau Lo mau bales dendam sebaiknya jangan bunuh diri dulu!" usulnya sebelum laki-laki itu keluar dari apartemen Laras.

"Gue nggak ngerti!"

"Gue nggak paham!"

"SPATIA? Dendam? Kejahatan? Masa lalu? Aarrrrgh!"

Racau gadis itu sambil terus menjambak rambutnya sendiri. Semua penjelasan Reza seakan terus berputar seperti kaset rusak di kepalanya.

Flashback

"Pergi! Lo orang jahaat! Pergi! Jangan deketin gue! Pergi!"

"Ras"

"Pergii aaarrgh! Jangan! Gue bilang jangan mendekat!"

"Ras lo--"

"Shit! Lepas nggak! Lepasss!"

"LARAS! Liat gua! LIAT!"

Laras membuka matanya sedikit, tubuhnya bergetar saat wajah Reza yang pertama kali ia lihat. Air matanya jatuh tanpa di suruh, benaknya selalu mendengungkan satu kata. Lawan! Lawan! Lawan!.

Dengan tangan yang masih bergetar gadis itu meraih apapun yang dapat ia gunakan sebagai senjata. Tangannya meraih gunting dari atas nakas. Dengan wajah yang masih di tangkup kedua tangan besar lelaki di depannya, Laras melayangkan serangan, dengan brutal tentunya.

Grepp!

"Tadi pisau sekarang gunting?" Reza menatap kedua manik hitam itu lekat.

"Gue--"

Deg!

Terpaku. Sekujur tubuhnya beku, Reza memeluknya penuh perlindungan. Jika ini Reza yang dulu, Laras akan menjitaknya. Tetapi kini, sekedar membalas pelukan laki-laki ini saja rasanya canggung.

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang