Manusia punya harapan semesta punya kenyataan..(Unknow)
Setiap manusia pasti punya harapan akan tetapi semesta selalu mengingatkan bahwa ia memiliki kenyataan. Seperti Adhisty ia juga memiliki harapan saat pertama masuk ke sekolah ini, ingin tahu? Haha tetapi sungguh harapan gadis itu sangat klasik.
Adhisty hanya ingin menjadi gadis biasa, seorang siswi yang tak perlu di kenal siapapun. Ia ingin memiliki banyak teman yang menerimanya apa adanya, dan ia ingin lulus dengan tenang. Namun semesta menyeretnya pada kenyataan bahwa gadis itu harus mendapatkan hal yang berkebalikan dengan harapannya.
"Kita itu kerja bakti, bukan ngerumpi!" Adhisty menghampiri para siswi yang malah berkerumun sambil bergosip ria "temen yang lainnya sibuk kalian malah enak-enakan duduk!" dari jarak jauh gadis itu memelototi dua siswa yang malah asik dengan ponsel masing-masing. Mereka yang kaget pun langsung bergegas membantu temannya yang lain.
"Kak Adhis tolong bantuin sih!" Adhisty menoleh mendapati juniornya yang kesulitan mengangkat kotak sampah yang penuh terisi "tunggu!" gadis itu menghampiri juniornya dan mulai mengangkat kotak sampah ke tempat pembuangan akhrir.
"Makasih ya kak" kata siswi tadi dengan tangan yang mengelap dahinya yang penuh peluh. Adhisty hanya tersenyum singkat sebelum kembali ke koridor kelas XI.
Adhisty tersenyum lega saat melihat murid-murid yang lain mulai bahu-membahu membersihkan lingkungan sekolah mereka. Ini sebenarnya kegiatan rutin di CENDIKIA setiap satu bulan akan di adakan kamis bersih.
Kegiatan ini di lakukan untuk mempererat kebersamaan dan rasa gotong royong serta melatih mereka-mereka yang biasanya apa-apa di sediakan pembantu menjadi sedikit mengerti arti mandiri.
"Sil sebelah sana udah beres?"
Gadis di ujung koridor kelas XI itu mengacungkan kedua jempolnya "berees komandaan!"
Adhisty menggeleng pelan sikap kekanakan Sila bukannya gemas malah membuat Adhisty eneg! Ya bagaimana lagi kali ini Adhisty dan Sila yang mendapat tugas membantu kelas XI, padahal biasanya ia dapat bagian dengan Bintang.
Tapi apa daya sudah tiga hari ini wakilnya itu tidak masuk sekolah karena izin ke luar kota katanya sih ada urusan keluarga. Jujur Adhisty sedikit merindukan laki-laki itu walaupun saat bersamanya Adhisty akan naik darah.
Praak!
Kekhikmatan di sekitarnya tiba-tiba terusik. Suara benda terjatuh membuat beberapa murid menoleh ke arah sumber suara tak terkecuali Adhisty pastinya.
Di ujur koridor sana tampak Sila dengan pandangan kosong dengan ponsel yang sudah terkapar di lantai. Sebelah tangannya yang sedang memegang kain pel gemetaran.
Merasa ada yang tidak beres Adhisty yang sedang mengangkat seember air langsung meninggalkannya begitu saja.
"Lo kenapa Sil!" gadis itu sedikit mengguncang pundak Sila, namun tak ada respon "Sil!" bentaknya sekali lagi.
Satu bulir air mata jatuh dari pelupuk mata sekertaris OSIS itu "Bi-n-tang" ucapnya dengan nada bergetar.
Adhisty mengernyitkan keningnya "Bintang? Kenapa dia?" bukannya mendapat jawaban Sila malah menangis sesenggukan sambil bersimpuh. Perasaan Adhisty semakin kacau saat anggota OSIS yang lain menghampirinya dengan mata yang sedikit sembab.
"Bintang kenapa! Kenapa lo orang diem aja!" sekali lagi mereka malah menangis. Adhisty yang sudah emosi akhirnya menarik kerah salah satu anggotanya.
"Aidan! Bintang kenapa? Kenapa lo orang semua nangis!" laki-laki itu adalah seksi kebersihan dalam OSIS.
"WOI!" bentak Adhisty membuat Aidan menunduk "Bin-bintang" suara laki-laki itu tercekat di tenggorokan membuat Adhisty semakin frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...