pertandingan

668 74 1
                                    

--Dan Gue Punya Rasa--

"Gue Rena, mantan tim eksekusi SPATIA. Tujuan gue kesini, bawa balik Arum...dengan selamat. Yang gue korbankan kebebasan gue" suara gadis itu bergetar di ujung kalimat.

Gelenyar panas merayapi kedua matanya saat gadis itu membidik manik hitam milik sahabat Tania. Arum Permatasari, dulu Rena berjanji kepada mendiang Tania akan membebaskan Sahabatnya itu.

"Gua, Reza Ferdinan. Mantan tim eksekusi SPATIA, tujuan gua, bales dendam. Gua pertaruhkan harga diri gua!" Lantang, seakan dia tidak pernah takut akan kalah.

Masih dalam kondisi telungkup, Fikran meremas tanah di bawah telapak tangannya. Menyalurkan seluruh afeksi yang mengalir terbawa aliran darahnya "Gua Fikran Gulama, akan selalu melindungi Adhisty. Dengan jiwa gua sendiri!" Jika Adhisty mengorbankan jiwanya untuk orang lain, maka Fikran akan melindungi Adhisty dengan segenap jiwa yang dia miliki.

Senyap. Semua perhatian menuju pada satu suara.

"Elang personal dan Adhisty bersama tim. Good luck!" Peluit ditiup. Tandanya permainan dimulai.

Seluruh lampu gedung tersebut di matikan, sebenarnya mereka bisa menggunakan Flashlight smartphone. Tetapi itu akan membuat elang mengetahui posisi mereka. Sekarang mereka hanya menggunakan sinar laser merah guna mencari tikus tersebut.

"Pencar" putus Adhisty.

"No, terlalu berbahaya kalo kita berpencar" ujar Rena, gadis itu terus menajamkan daya pengelihatannya untuk mencari tikus sialan itu "Anjir, tikusnya banyak! Tapi nggak ada tanda merahnya!" Gerutu gadis itu saat berhasil menangkap seekor tikus putih.

"Gua setuju sama Adhisty! Kemungkinan ketemunya kalo kita mencar itu gede" balas Reza, sebenarnya ada maksud lain dari ucapannya. Jika dia terus bersama seperti ini rencananya tidak akan berhasil "Gua pergi sendiri, Ren Lo ke bagian lantai dua. Pastikan kalian aman!" Reza berlari menjauh, diikuti Rena yang mulai melangkah pelan ke lantai dua. Meskipun dengan desahan tidak terima.

"Dhis gua ikut lo" putus Fikran.

Adhisty menghela napas berat "Fik kita di sini bertanding, bukan ngedate!" Tegasnya, laser mungilnya terus di arahkan ke segala tempat.

"Tujuan gua ngelindungin Lo"

Adhisty mendecih "Kalo Lo mau lindungi gue" gadis itu memutar tubuhnya "menangin game ini. Simpel kan?" Gadis itu kembali melangkah, mencari ke segala titik. Dimana tikus itu berada.

Fikran terdiam, berpikir sejenak sebelum mengambil langkah lebar menuju ruang bawah tanah. Dulu, Galuh menemukan tikus yang di minta di sana, karena laki-laki itu bilang. Tikus suka tempat lembap.

"Bukan ternyata" gadis itu merengut saat mendapati tikus, namun itu bukan targetnya. Telinganya dengan jelas mendengar langkah kaki menjauh "udah pergi" gumamnya tenang.

Di tempat lain Reza berkeliling, mencari targetnya. Bukan tikus, melainkan bajingan tengik bernama Elang itu. Orang yang pernah menipu bapaknya, dan si brengsek itu pula yang menyebabkan bapaknya mengalami kecelakaan. Dari dalam lubuk hati yang terdalam Reza bersumpah akan membunuh orang itu.

Tangannya kuat-kuat menggenggam belati besar. Mengendap-endap menyusuri semua ruangan. Telinganya tidak lengah, bahkan untuk suara langkah tikus sekalipun.

Matanya bergerak-gerak cepat, mencari-cari ke segala arah. Memeriksa satu persatu bilik yang ada. Merasa targetnya tidak ada di sana, Reza memilih mencari di tempat lain.

Sedangkan Fikran sedang sibuk dengan sekumpulan tikus. Di ruang bawah tanah banyak sekali tikus yang dia dapatkan, jika mendapat tikus yang bukan targetnya Fikran akan menaruhnya ke dalam tas yang ia bawa. Tujuannya jelas, agar dirinya tidak mendapatkan tikus yang sama. Kepala laki-laki itu sedikit pening mendengarkan suara cicitan tikus dari dalam tasnya.

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang