Aku kira kamu matahari, ternyata
Kamu hanya pelangi.
Penuh warna namun hanya
Muncul untuk sesaat._______ Adhisty ______
Kalau ada nominasi laki-laki paling nyebelin di dunia ini. Adhisty yakin Raja lah juaranya.
Sekarang jam setengah enam pagi. Bahkan ayam jago tetangganya pun belum berkokok.Sedangkan Raja dengan trening dan kaus oblong yang melekat ditubuh nya sudah stand bay didepan pintu rumah Adhisty. Dengan entengnya laki-laki itu berujar.
"Joging yok!"
Gendeng!
Sorot mata Adhisty yang mulanya sayu sontak langsug membelalak mendengar ajakan gila itu. Apa perlu Adhisty ke Psikiater, takut saja kalau sekarang Ia sedang berhalu sinasi.
Telunjuk Adhisty terulur kearah hidung Raja. Ia menjawil hidung mancung laki-laki itu memastikan jika dihadapannya sekarang beneran manusia.
Bisa saja kan laki-laki ini kloningan Raja yang dikirim langsung dari neraka. Setan misalnya.
"Dhis!"
What the...
"Raja?" tanya Adhisty kaget.
"Setan Dhis!"
Apa tadi Adhisty bilang, laki-laki dihadapannya itu setan. Bukan Raja. Dengan enteng Adhisty menutup kembali pintu rumahnya. Melupakan sejenak apa yang baru Ia lihat.
Tok tok tok
Ketukan pintu kembali terdengar. Adhisty kesal
bukan kepalang, Ia berniat membacakan ayat kursi jika
setan itu belum pergi juga.Tok tok tok.
Adhisty menggeram kesal dengan kasar Ia membuka pintu lebar-lebar.
"Allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta'khużuhụ sinatuw wa lā na'ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi'iżnih,"
Adhisty mengangkat telapak tangannya keudara. Tepat didepan wajah sosok itu. Ia mengingat adegan ini dilakukan oleh ustad saat merukiyah di tv.
Matanya refleks memejam takut Raja berubah ke sosok setan nya.
"ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai'im min 'ilmihī illā bimā syā', wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya'ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm"
Adhisty membatin masih dengan mata terpejam. Kok ngak bau gosong ya? Biasanya setan yang dibacakan ayat kursi kan kebakar. Apa kalau setan kebakar ngak ada baunya?.
"Gua kebal sama begituan!"
Mampus. Apa Adhisty harus membacakan yasin? Baru setan itu terbakar.
"Idiot!"
Adhisty membuka matanya spontan. Siapa yang setan itu katai idiot? Dirinya? Hei Adhisty selalu masuk tiga besar dari kelas sepuluh.
"Siapa yang idiot!" tanya Adhisty sarkastik.
"Cewek di depan gua"
Kepala gadis itu menengok kebelakang siapa tau ada sosok kuntilanak dibelakang nya atau suster ngesot, sundel bolong apapun macam setan yang berjenis kelamin perempuan.
"Ke idiotan yang hakiki!".
Adhisty meluruskan kembali pandangannya. Tatapannya menghunus tajam kearah laki-laki itu.
"Lo ngatain gue idiot?" sinisnya.
"Baru sadar?"
Telinga gadis itu rasanya panas. Seperti ada satu botol balsem yang di oleskan ke organ pendengaran nya itu.
"Lo setan laknat. Balik sono keneraka!" sinis Adhisty.
"Gua manusia!"
"Setan!"
"Manusia!"
"Setan!"
Raja menghela napas pasrah.
"TERSERAH!"
Dengan malas laki-laki itu berbalik arah. Kikikan kecil terdengar mengiringi kepergiannya. Dengan cepat Raja memutar tubuhnya, netranya menyorot marah kearah Adhisty yang sedang menahan tawa.
"Lo..."
"Tunggu sebentar!" Adhisty menggerak kan tangannya seperti memberhentikan sesuatu "Gue siap-siap dulu" lugas nya. Gadis itu nyelonong pergi begitu saja, meninggal kan Raja dengan segala unek-unek nya.
••••
Sebentar versi cewek memang berbeda. Sebentar versi cewek itu artinya 'lo tunggu dia sampe berlumut' atau sama dengan lama pake banget.
Dari mata hari belum muncul sampe sekarang. Sepertinya sang surya sedang menertawakan Raja di ufuk timur sana.
"Ayok! Sorry rada lama ya"
Raja yang mulanya duduk lesehan di depan pintu kini mengangkat bokong nya yang terasa keram untuk berdiri.
Raja tersenyu getir, apa tadi katanya. Rada lama? Haruskah Raja berteriak ditelinga gadis itu.
GUA BERJAMUR WOI NUNGGUIN LO!
"Lo mau joging apa ke mall?"
Raja memandang penampilan Adhisty dari atas sampai bawah. Kemeja putih, levis hitam,dan sepatu sekolah yang warna nya terlihat memudar. Belom lagi tas selepang kecil yang terlihat...usang.
"Bisa ngak usah cerewet?"
Lelah berdebat Akhirnya Raja memilih diam. Merasa tak ada tanggapan gadis itu mulai melangkahkan kakinya.
Raja memilih mengekor dibelakangnya. Beberapa lama mereka berjalan akhir nya Raja menyadari sesuatu.
"Ini joging?"
Dengan enteng gadis itu menjawab "Bukan lah!"
Seandanya pluto membuka pendaftaran penduduk baru. Sudah Raja kirim Adhisty kesana.
"Gua mau joging!" tegas Raja.
"Yaudah sono!"
Raja mendecih pelan.
Sabar Ja Sabar.
Raja yang awalnya mengekor sekarang mulai menyamakan langkah mereka "Lo mau kemana?"
Gadis itu melirik Raja dari ekor matanya "Sekolah" jujurnya.
"Ngapain?" tanya Raja penasaran.
Adhisty mendengus "Harus banget gue ceritain?"
Raja menatap datar Adhisty yang seperti nya harus dinobatkan menjadi 'Queen of the kampret girl'. Sebatas sabar aja ngak cukup buat ngadepin Adhisty.
"Ngak juga" balas Raja datar sedatar datarnya.
Tidak terasa halte bus tinggal berjarak beberapa langkah lagi. Sudut bibir laki-laki itu tertarik sedikit. Hanya sedikit.
"Berapa jarak yang kita tempuh?"
"700m" mungkin lanjutnya Adhisty dalam hati "Lumayan kan lo jalan 700m udah termasuk olah raga tuh" cetus Adhisty.
Sepertinya malaikat mikail sedang menjalankan tugasnya pagi ini. Buktinya baru saja gadis itu tiba di halte. Bus langsung datang. Rezeki anak salehah.
"Gue duluan byee!" Adhisty melambaikan tangannya sekilas pada Raja.
Dalam jarak yang terbentang semakin jauh Raja menyunggingkan smirk licik milik nya.
Raja ngak pernah gagal dalam misinya pada siapapun.
Kita liat aja nanti Adhisty Flagella.
Don't forget vote an coment ya guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...