Bukan Kamu (ekstra part)

1.3K 74 4
                                    

Wujud yang sama.
Namun tidak untuk rasa nyamannya.

--Adhisty--



Sore hari terlihat lenggang. Dulu biasanya gadis itu akan pulang dengan mengenakan angkutan umum. Atau minta jemput Reza secara sembunyi-sembunyi. Tapi kini, secara terang-terangan Reza berjalan di sampingnya. Yang lebih menghebohkan lagi, Fikran dan Rena. Dua orang yang biasanya selalu berwajah masam saat bertemu Adhisty. Kini memasang wajah secerah mentari saat bersamanya.

"Pulang bareng gue gih. Percuma punya mobil kalo temen ndiri masih naek bus, gua jual aja kali nih mobil"

Rena menendang ban mobil miliknya. Pasalnya sejak tadi Adhisty ribut sekali ingin pulang naik bus.

"Yaang mulia ratu. Hamba budak setiamu, telah menyiapkan motor Supra yang biasa kita tunggangi"

Adhisty memutar bola matanya malas, meskipun berubah keren tetap saja watak asli Reza itu menyebalkan. Bawaan lahir kayaknya, setau Adhisty cowok itu kini telah memiliki banyak fans. Namun tetap saja hatinya berlabuh pada Laras.

"Mending Lo tebengin Laras cui. Liat noh, kayaknya jemputannya belom Dateng" Fikran berseru saat meliat Laras yang celingak-celinguk di depan gerbang. Mata elang Reza auto mode on.

"Wokeeh!"

Adhisty mendecih, "tidak setia anda wahai budak!"

Fikran menaik-turunkan alisnya.

"Bareng aku ya" cengirnya lebar.

"Ogah! Nanti gue hilap" ungkap Adhisty, entahlah perasaannya kini hanya mengenggab Fikran sahabatnya. Meskipun dia sadar Fikran terus mendekatinya.

Tiinn!

Mereka semua menoleh. Menatap mobil hitam yang memasuki area parkir dengan ugal-ugalan. Kaca diturunkan memunculkan sosok pria tanpan, manik mata biru laut memancarkan aura menenangkan saat menatapnya.

"Bang Firman!" Adhisty berlarian kecil menghampiri pria itu, pintu mobil di bukanya lebar-lebar "Gila lu bang. Satu bulan ngulang gitu aja! Mana bawa si setan laknat juga lagi" Firman mengacak surai hitam Adhisty yang di potong hingga batas pundak "setelah bangun, lo makin pecicilan ya. Jadi terlihat...normal" Firman menimbang-nimbang ucapannya saat menatap keceriaan di wajah gadis itu, satu bulan ini mengubah banyak hal sepertinya.

"Setan mana?"

Ketenangan manik biru cerah itu terusik, menimbulkan percikan-percikan air yang membuatnya serapuh kaca. Firman mengulas senyum lebar.

"Kangen banget nih sama Raja?"

Adhisty mendengus, membuah wajahnya kesamping.

"Hidih. Males ngangenin orang yang malah pergi pas gue masih sekarat! Mau dia mati juga gue nggak peduli!"

Diam.

Adhisty mendongak, menoleh ke kiri di mana teman-temannya berada. Wajah mereka menjadi muram. Jangan lupakan insting kuat gadis itu. Jatuh dari gedung enam lantai membuat kesadarannya hilang, namun tidak untuk kemampuannya.

Adhisty dapat merasakan aura sekitarnya berubah suram. Ada yang salah dengan yang dia katakan? Dia sering bercanda seperti itu d Ngan Raja. Apa yang salah?.

Firman menngepal tangannya erat.

"Raja nggak pergi, dia selalu ada bersama Lo"

Suara rendah Firman memecah suasana. Adhisty menyerongkan tubuhnya, berpaling menatap lurus Fiman.

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang