vidio3

648 77 11
                                    


Aku hanya ingin melindungimu, mengerti arti dari setiap kegilaanku, lalu pergi. Istirahat.

--Raja--

"Glen, gua mau tanya"

Pelayan pribadi abangnya itu tersenyum lembut. Keheningan sempat menerjang mereka beberapa saat lalu. Hingga akhirnya Raja mengeluarkan suara bindeng miliknya.

"Silahkan tuan. Jika saya bisa...maka akan saya jawab"

Raja beberapa kali kembali mengepalkan tangannya. Padahal Glen sudah melarang, namun saat bayangan mengeringkan itu muncul. Hanya rasa sakit di tangannya lah yang bisa menyadarkannya.

"Gua ngerasain hal aneh. Namanya selalu muncul waktu gua terpejam bahkan akhir-akhir ini waktu gua sepenuhnya sadar pun bayangan dia muncul. Gua marah dan tersenyum secara bersamaan waktu inget dia. Gua mau terus liat dia, di saat dia menjauh gua ngerasa menggila. Gua mau dia di sini" Raja menepuk-nepuk lantai sebelahnya.

Hampir kembali meneteskan air mata, Raja buru-buru mendongak. Menatap kosong langit-langit mansion abangnya.

"Gua jadi sensitif kalau menyangkut dia. Gua takut dia pergi, tapi gua terlalu canggung untuk bilang 'tolong jangan pergi', dia bahkan bisa buat gua sejenak melupakan orang yang gua sayang" Raja menelan salivanya susah "gua kenapa Glen?"

"Anda kalah tuan"

Raja menurunkan pandangannya dan air matanya kembali meleleh. Malu, dia benci terlihat lemah tetapi bayangan buruk itu selalu menghampirinya.

"Maksudnya?"

Glen tersenyum samar "Anda kalah dalam permainan hati. Dan sekarang anda jatuh, bahkan sudah kelewat dalam untuk kembali memanjat keatas"

Raja menggeleng "Tapi gua punya Dewi! Gua yakin gua sayang dia. Lagian...gua baru Deket dua bulan ini sama dia" ujar Raja menegaskan "Gua nggak mungkin jatuh cinta. Mustahil, mungkin gua cuma kasihan?"

"Sakit nggak?"

Raja melihat Glen menekan bekas lukanya.

Raja menggeleng.

"Kalau yang ini? Sakit?" Pelayan itu menunjuk tepat di jantung Raja.

"Nggak tau" suaranya serak, khas orang menangis.

"Terus kenapa Aden nangis? Luka nggak sakit. Dada nggak sakit. Kenapa nangis?"

"Nggak tau"

Kembali tersenyum Glen mengusap pundak Raja lembut.

"Den. Saya ketemu istri saya waktu saya kegelincir ke dalam selokan. Sejak saat itu saya terus merindukan sosoknya. Saya tidak tahu kenapa, padahal kami pertama kali bertemu. Saya tidak tahu, yang pasti saya ingi sekali lagi, lagi dan lagi melihatnya"

Raja mendengarkan saksama.

"Jangan di pecahin pake logika Den. Nggak akan pernah ketemu, tapi...rasain pakai ini" pria itu menyentuh dadanya "karena terkadang kita tidak pernah tahu, kapan dan dimana kita telah jatuh" lagi-lagi pria paruh baya itu tersenyum, sepertinya itu keahliannya"tiba-tiba sudah dalam saja. Tiba-tiba hati kita sudah di porak-porandakan saja"

Raja mengerti, tetapi dia masih tidak percaya.

"Saya mau sendiri"

"Tuan yakin?"

"Hm"

"Baik kalau gitu tuan, saya akan membereskan kekacauan di bawah"

"Hm"

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang