Kontrol

1.2K 122 14
                                    

Awalnya menenangkan.
Lalu, mengacaukan perasaan.

-Adhisty-
_____________________

Mungkin bagi mereka menyeret suatu hal ke arena persidangan bukan lah hal yang sulit, laporan berkedok sensasi atau malah pemuas ego semata. Sehingga, adil kini jauh dari artinya. Memberi meski seharusnya tak diberi. Menerima meski seharusnya tak diterima.

Apakah salah jika ada yang beranggapan hukum mulai berteman dengan uang? Seharusnya tidak salah
bukan.

"Kasusnya sudah jelas pem-bully-an! Udang-udangnya pun sudah ada, kami bisa menuntut nona Adhisty bahakan sekolah ini"

Kenapa jadi serumit ini?

Tujuan Adhisty ingin mengklarifikasikan masalah ini agar mata mereka terbuka bahwa selama ini putri mereka bertindak semena-mena dengan dalil kekuasaan sang ayah.

Tapi sepertinya perkiraan Adhisty meleset, bukti yang disodorkan pun tak terlalu berarti. Rasa kasih sayang seakan menutupi segala kesalahan yang Chika perbuat.

"Boleh saya lihat?"

Pertanyaan itu cukup mampu menyadarkan Adhisty dari lamunannya. Firman menyodorkan tangannya membuat Adhisty melirik arah pandang pria itu. Foto-foto itu. Tanpa banyak berceloteh Adhisty segera memberikan bukti foto yang Ia punya.

Manik biru cerah milik pria disampinya mampu membuat siapapun tak bosan menatapnya termasuk Adhisty. Manik indah itu menyusuri satu persatu foto ditangannya.

"Putar ulang vidionya!" tegasnya tak terbantahkan "Dari awal sampai akhir tanpa ada penjedaan!" Matanya beralih pandang kearah Bintang. Bak tersihir refleks laki-laki di depan sana menjalankan apa yang diperintahkan.

Suara-suara lengkingan kembali terdengar namun tak sedikitpun berdampak pada sikap setiap orang yang ada di ruangan itu. Semuanya tetap tenang menerka kembali adegan-adegan yang terpampang didepan mata.

Dapat Adhisty lihat pria disampingnya terkekeh, mengusap plipisnya sekilas dengan gerakan elegan.

"Lelucon macam apa ini?" tanyanya dengan sedikit tersenyum "Tuan! Anda menuduh klien saya melakukan aksi perundungan bahkan setelah kalian melihat rekaman ini?" pria itu menaikkan sebelah alisnya "Pengadilan bukan stand up comedy!"

Tak ada yang bersuara seakan membiarkan sang pengacara terus menunjukan skill kepunyaannya.

Pria itu berdiri dari tempatnya, menggeser sedikit kursi yang Ia duduki sehingga menimbulkan suara decitan akibat gaya gesek yang tercipta "Konyol! Ini perdebatan yang sangat konyol!" ucapnya di sela-sela kekehannya.

"Ini kasus pem-bully-an atau...penuduhan berencana?" pria itu tertawa renyah "Anda cerdas Pak Jordi. Saya akui kecerdasan anda" pria itu beranjak dari kursinya.

Adhisty tidak mengerti, ada apa ini? Dua kata itu, apa maksud dari penuduhan berencana? Adhisty benar-benar tidak ngeh.

"Menurut informasi yang saya dapat" pria itu melangkah kearah kepala sekolah "Chika adalah salah satu siswi percobaan. Apakah benar pak kepala sekolah?" serangan dadakan. ucapnya pelan tepat dibelakang sosok Pak Fery yang sedang duduk.

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang