Keluarga itu apa?

1.1K 111 8
                                    

Penderitaan itu seperti akar. Saat ia semakin kuat menancap ke bumi. Maka sekokoh itu pula pohon yang akan tumbuh di atasnya.

Kau tidak akan mudah roboh bahkan jika berkali-kali tersakiti.

(ADHISTY FLAGELLA)

"Dhis mobil ono suruh pindahin!" Si empunya nama memalingkan wajahnya "yang itu bang?" tunjuknya pada mobil berwarna silver yang terparkir di tempat yang salah, di sudut ruangan sana Paijo menyatukan telunjuk dan ibu jarinya seakan menjelaskan kata 'iya'.

Dengan yakin Adhisty menghampiri mobil itu mengetuk ringan kacanya "Permisi!" mata sayunya melihat siluent seorang wanita di dalam sana "Maaf ibu atau mbak bisa tolong pindahkan mobilnya! Soalnya menghalangi jalan masuk!" merasa tidak ada respon balik gadis itu kembali mengetuk kaca mobilnya.

"Permisi! Bu atau mb--" suaranya tertahan di tenggorokan saat kaca mobil diturunkan dan memunculkan orang yang tidak asing baginya.

"Boleh minta waktunya sebentar? Lily!"

Tubuhnya membeku di tempat posisinya yang sedikit membungkuk pun tak di hiraukannya. Ada rasa sesak yang tiba-tiba menjalar saat putaran memori masa lampau kini kembali terlintas. Dan wanita ini! Wanita yang selalu Adhisty kecil harapkan datang. Dan untuk sekarang sepertinya harapan itu sudah tak di butuhkannya lagi.

"Maaf saya sibuk!" balasnya acuh tak acuh lalu melangkah kembali untuk melanjutkan pekerjaannya "Demi bunda kamu Lily tante mohon" langkahnya terhenti, tangan gadis itu mengepal kuat di samping tubuhnya. Terik mata hari siang itu menambah rasa panas di tubuh dan pikirannya. Dengan terpaksa ia menjawab "Oke!"

Wajahnya menegas "Bang! Adhisty izin!" setelah mendapat persetujuan gadis itu langsung masuk ke dalam mobil mengambil tempat di jok belakang. Sepanjang perjalanan hanya sepi yang menemani keduanya. Ya mereka yang dulunya asik sekarang terasa asing.

Tiga puluh menit jarak tempuh yang mereka lalui hingga sampai di sini. Sebuah ladang luas dengan satu pohon bagur besar, entah sudah berapa lama ia tidak menginjakan kaki di tempat ini.

"Itu rumah lama kalian" wanita itu menunjuk sebuah pondokan tua yang tak terawat. Gadis itu ingat saat dirinya pertama kali di bawa kesini sebelas tahun silam menjadi awal buruk atas kehidupannya.

"Saya dulu sering kabur kesini" manik wanita itu memandang sendu "cuma untuk bertemu kamu--lily" wanita itu tertawa parau seakan menertawai dirinya sendiri.

Wanita yang di perkirakan berumur 35 tahunan itu semakin melangkah maju mendekatkan dirinya pada bangunan itu dengan tenangnya. Sementara Adhisty.

Perasaannya berkecamuk, setiap langkah terasa amat berat baginya. Bertahun-tahun ia mencoba melupakan kejadiaan itu, namun yang ada pristiwa itu selalu hadir dalam mimpi buruknya. Melekat erat, seakan menunjukan pada dirinya saat ini bahwa ia tak boleh melupakannya.

Itu mengapa Adhisty selalu membutuhkan obat bahkan sekedar untuk tertidur lelap.

"Jangan jadi penakut!"

Suara yang entah dari mana datangnya muncul di benak gadis itu.

"Kamu harus bisa berdiri sendiri"

Kakinya gemetar saat menaiki anak tangga menuju pintu pondokan. Ada banyak film masalalunya yang seakan terputar.

"Lily mau jadi apa?"

"Ily mau punya toko bunga yang gedeee banet bunda!" ucap gadis keci itu girang.

"Toko bunga?" gadis itu mengangguk cepat membuat pipi tembamnya bergetar "alasannya?"

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang