Dasar Hati Gembel

1.5K 158 5
                                    

Seharusnya,
aku tak jatuh cinta Saat hujan.
Karena saat hujan menyapa sesakku terulang,
Bersama genangan yang bernama kenangan.

Ig @boediman.inc



Semenjak kejadian Adhisty yang tiba-tiba menangis histeris dipelukannya membuat Fikran semakin penasaran dengan sosoknya. Ayolah selama tiga tahun Adhisty selalu menggangunya tetapi malah perlakuannya akhir-akhir ini yang berhasil memporak-porandakan logika Fikran.

Adhisty tukang bully, Adhisty yang cuek, Adhisty yang cerewet, Adhisty yang kuat, Adhisty si tokoh antagonis semua gambaran itu sudah terpatri sejak awal dalam otak Fikran. Tetapi sekarang? Adhisty yang menangis, Adhisty yang ketakutan, Adhisty yang lemah itu semua membuat pemikiran Fikran kacau.

Seakan asumsinya dari awal terpatahkan begitu saja. Mana yang Adhisty sebenarnya? Sikuat atau silemah?

"Fikran kamu dengerin aku nggak sih?"

"Apa?"

"Tuh kan kamu nggak dengerin aku! Percuma aku ngomong panjang lebar kalo kamu nggak peduli!"

Fikran memijat pelipisnya yang berdenyut sakit, Ia lupa kalau Aulia sedang bersamanya dan fikirannya malah melayang entah kemana "Maaf gua lagi nggak konsen, jadi gimana?"

"Nggak tau! Kalo nggak peduli nggak usah sok-sok peduli!"

Suara kursi digeser memenuhi pendengaran Fikran, matanya menatap Aulia yang berdiri dari tempat duduknya semula "Dan itu berlaku untuk sebaliknya" setelah mengatakan itu kekasihnya pergi meninggalkannya.

Lihatlah sekarang apa lagi maksud dari perkataan kekasihnya? Rasanya Fikran ingin mengutuk seluruh wanita di dunia jika la tidak ingat mamahnya seorang wanita juga. Kenapa wanita selalu rumit dipahami seperti kode-kode rahasia yang harus dipecahkan?.

Sungguh Ia ingin menjadi agent intelegent untuk sehari saja!

"Aul kenapa?"

Fikran menatap frustasi kearah orang yang baru saja mendatanginya, orang itu duduk tepat dimana Aulia duduk tadi.

"Jangan bilang kalian putus!"

Pletakk.

Jitakan mulus Fikran berikan kepada orang disampingnya "Mulut lo mau gua sobek!"

Disana disamping Fikran Ichal sang sahabat sedang mengelus jidatnya yang habis dianiaya "Sensi amat Lo kek cewek PMS!"

Fikran tak membalas cibiran sohibnya Ia lebih memilih pergi karena Ia butuh waktu untuk menenangkan fikirannya.

"Lah elu mau kemana njir?"

Fikran yang sedang bad mood akhirnya menjawab dengan asal-asalan.

"Mati!"

"Titip tiket kesurga woi!" Ledek Ichal.

Ichal terkekeh saat Fikran membalas ledakannya dengan mengacungkan jari tengahnya.

Fikran melangkah menjauh dari sahabatnya Ia ingin ke tempat dimana biasanya Ia melepas segala penatnya, namun niatnya Ia urungkan saat ada gerombolan anak IPS yang sudah lebih dulu menempati tempat itu. Rufftop tepatnya, tempat melampiaskan segala kekesalannya.

Kakinya melangkah ketempat lain, tempat yang cukup sepi karena biasanya jarang para murid mendatanginya. Taman belakang sekolah. Tepat kakinya berhenti bergerak didekat sebuah kursi taman. Gerimis turun.

Bukannya menghindari tetesan air yang terjun bebas dari awan, Fikran malah mendudukkan bokongnya dibangku panjang itu. Memejamkan matanya sejenak tentang segala kegundahannya.

"Awas masuk angin"

Fikran membuka matanya memastikan siapa yang menggangunya. Adhisty? Fikran masih fokus menatap cewek yang dengan santainya mendudukkan diri disebelahnya.

"Gue tau gue cantik, tapi biasa aja dong ngeliatinnya"

Fikran mendelik tak suka "kepedean!" Ketusnya, karena setelahnya mereka hanya saling diam. Menerka setiap moment yang mereka lewati, membiarkan rintikan hujan membelai kulit masing-masing.

"Lo inget ngak Fik, waktu pertama kita ketemu" Adhisty menengadah kan kepalanya keatas "waktu itu juga hujan dan..." Adhisty menjeda ucapannya lalu tersenyum "dan gue langsung lumpuh sama pesona Lo" Adhisty terkekeh pelan mengingat kejadian waktu itu.

"Astaga gembel banget hati gue ya?" Ucapnya di sela-sela tawanya.

Fikran menolehkan kepalanya ke samping kiri dimana Adhisty berada, Fikran kembali menatap wajah wanita itu, tawanya, kerutan pada matanya yang menyipit, senyumannya.

Tunggu!

Mengapa Fikran malah memperhatikannya? Biasanya Ia tak peduli dengan apa yang dilakukan gadis ini! Mengapa Fikran segitu pedulinya? Mengapa?

"Gua nggak inget!"

Dapat Fikran rasakan Adhisty mendecih tak suka dengan apa yang Ia rasakan.

"Udah gue duga sih!" Kesal cewek itu.

Suasana kembali hening. Fikran pun tak berniat pergi walaupun suasana terasa akward. Ia lebih memilih memejamkan kembali matanya. Merasakan keheningan yang entah mengapa membuatnya nyaman.

"Lo tau Fik hujan itu membawa dua perasaan buat gue, yang pertama sedih dan yang kedua bahagia"

Fikran tak bergeming dan memilih terus mendengarkan ocehan Adhisty dalam diam. Namun tetap logikanya berputar kenapa sedih dulu baru bahagia? Namun hanya benaknya yang berkata, karena mulutnya tetap bungkam.

"Bahagia karena setiap hujan gue bisa keinget pertemuan pertama kita dan sedih karena..."

Adhisty kembali memotong ucapannya tapi anehnya Ia tak kembali melanjutkan kata-katanya. Fikran membuka matanya menatap lurus kewajah panik Adhisty "sedih karena?" Curiga Fikran.

"Eh itu karena...karena Lo nggak suka sama gue! Jadi...jadi lo bawa kenangan buruk! Ya kenangan buruk"

Fikran menatap tajam kearah Adhisty meskipun cewek itu menjawab pertanyaannya, tetap saja kalau hanya hal seperti itu kenapa harus panik? Fikran memilih bodo amat dengan hal itu. Toh itu bukan urusannya.

"Gue pergi dulu ada urusan"

Mengapa harus meminta izin saat pergi? Toh dia datang pun tanpa disuruh kan?.

"Hem" Fikran hanya berdehem singkat, dan dapat Ia dengar langkah kaki menjauh.

Dan tanpa mereka sadari dari atas sebuah ruangan, terselip tatapan tidak suka karena kebersamaan singkat Fikran dan Adhisty.

"Dan akhirnya coretan itu benar-benar mengganggu!" Sinis orang diatasi sana.


Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang