Berlian Yang dibuang ke kotak sampah.
Tetap saja berharga.
Seperti disambar petir disiang bolong, semuanya shok, menutup mulut mereka dengan tangan, memandang getir seorang gadis yang tersungkur dilantai.Mereka merasa iba, namun tak mampu berbuat apapun atau mungkin tak berani? Ntahlah, yang pasti tak ada satupun makhluk di ruangan itu yang berani bergerak barang sedikit pun dari tempatnya, walaupun hanya sekedar melihat keadaan gadis itu.
"Maaf Chika gu-gue ngak sengaja," suaranya tercekat, nada bicaranya mendadak gugup.
"Maaf?" Gadis yang lebih dominan mensejajarkan tinggi keduanya, dengan tubuhnya sedikit membungkuk ke depan. "Gemetaran huh? Memang gue semenakutkan itu?" Sindirnya dengan nada lembut namun penuh tekanan.
"Bukan, maksud gue...."
"TERUS KENAPA LO TAKUT!" Gambarnya Chika cepat.
wajah gadis itu tambah pucat pasi saat manik matanya tidak sengaja beradu dengan milik Chika. Belum lagi efek bentakan dadakan Chika membuat matanya semakin panas, rasanya seluruh air mata sudah tertampung di atas pelupuk. Hanya menunggu waktu untuk turun.
"Ma-af, Chik gue nggak se-ngaja. Gue bakal ganti rugi," ucapnya susah payah disela-sela isakannya.
Pandangan Chika membidik tepat wajah gadis itu. "Lo tau istilah mata dibalas mata?" Alunnya pelan, satu tangannya sudah berada di puncak kepala gadis itu.
"Punya mulut kan? JAWAB!" Pekikan itu membuat anak-anak lain curi-curi pandang. Di pojok kantin sana gadis yang lebih dominan sudah menjambak gadis di bawahnya.
"Ma-af, gue bakal lakuin apapun! Ma-af," semakin lama suara gadis itu semakin tenggelam dalam Isak tangis.
Chika menggeram kesal gadis dihadapannya itu benar-benar menyebalkan.
"Girl's!" Tangannya terulur mengisyaratkan para cenayangnya untuk mengambilkan sesuatu "Kecap!"
Chika berdiri.
Dalam hitungan detik satu botol kecap sudah ada digenggamannya, dan untu detik berikutnya semua isi botol itu sukses mengguyur kepala gadis dibawahnya.
Dapat Chika lihat kecap itu merembes hingga keseragam putih gadis itu, seringai puas tercetak diwajahnya.
"OMG!"
Sekali lagi semua murid yang ada disana kembali membelangakkan matanya, membuka mulut mereka lebar-lebar untuk melampiaskan kekagetan mereka.
"Siapa yang nyiram saos ke baju gu..." kata-kata Chika tertahan dibibir saat melihat sorot mata tajam dari seniornya "Kak Adhis" sebutnya sedikit kaget.
Dan semua murid yang ada di kantin siang ini pun sama kagetnya.
Adhisty tersenyum kecut saat pandangannya jatuh pada gadis yang masih setia terisak dibawah sana. Lemah!.
"Pergi!"
Adhisty berdecak bukannya pergi malah tangisannya semakin pecah "Kalo lo ngak pergi dalam hitungan ketiga" Adhisty menghela napas "Semua yang ada disini bakal kena imbasnya."
"Satu!"
Adhisty dapat lihat beberapa anak cewek mulai berlari kearah gadis itu.
"Dua!"
Mereka mulai membopong tubuh itu pergi dari hadapannya.
"Ti...."
Adhisty meringis melihat punggung gadis itu apa perlu diancam baru mau menolong? Cih! Krisis solidaritas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...