Tidak semua marah harus di
lampiaskan.
Tidak semua sedih harus di perlihatkan.Ada waktunya.
Ada tempatnya.<dan gue punya rasa>
Gadis itu memandang kagum saat lagi dan lagi pangerannya di tengah lapangan sana berhasil menjaga gawang sehingga terhindar dari kebobolan.
Senyumnya tak henti-hentinya mengembang. Tidak lupa ia mengambil beberapa foto laki-laki itu secara diam-diam.
Sementara itu pemilik ponsel yang di gunakan gadis itu menggerutu tidak jelas di sampingnya. Tapi gadis itu tidak peduli.
Merasa di abaikan laki-laki disampingnya ujuk suara "Gua nggak rela pacar gua make hp gua untuk paparazi selingkuhannya!"
Adhisty mendengus kesal, bukannya laki-laki itu yang bilang ia akan melakukan apa pun asalkan Adhisty mau membantunya.
"Katanya mau lakuin apa pun!" sindir gadis itu.
"Ya nggak nemenin lo mantau selingkuhan lo juga!".
Adhisty menatap horor laki-laki di sebelahnya "sekali lagi lo bilang pangeran gue selingkuhan. Gue robek mulut lo!" ancam gadis itu. Yang dibalas decakan laki-laki di sampingnya.
Kedongkolan dihatinya memunculkan sebuah ide.
GREEP!
"RAJA LAKNAT!" gadis itu menggembungkan pipinya menahan napas yang ingin keluar. Wajahnya sudah merah padam karena menahan malu.
"Lepasin gue nggak! Ketek lo bau bego!" dengan sekuat tenaga ia mencoba menarik kepalanya dari kempitan tangan laki-laki itu.
"Ini hukuman karena lo ngagumin cowok selain gua" itu suara Raja sepertinya laki-laki itu sengaja membesarkan suaranya agar di dengar oleh seseorang di tengah lapangan sana.
"ADHISTY! Kok lo gigit sih anjir!" merasakan rasa sakit di sekitar lengan atasnya membuat Raja spontan melepaskan gadisnya.
Sementara Adhisty sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur. Malu kalau sampai laki-laki di tengah lapangan itu menyadarinya. Namun, baru saja ingin lari lagi-lagi ia di cekal, kali ini Raja melingkarkan tangannya di leher Adhisty.
Deg!
Adhisty membeku di tempat, deru napas Raja menerpa tengkuknya menciptakan respon aneh pada tubuhnya. Ntah mengapa dunia di sekitarnya seakan berjalan lambat, suara orang-orang disekitarnya pun seakan menghilang.
"Lo tembus"
Gadis itu masih blank seakan tidak peduli dengan apa yang di dengarnya. Membuat Raja menjewer telinga gadis itu gemas lalu mendekatkan mulutnya kearah organ pendengaran gadis itu.
"WOII!"
Adhisty terjingkat tanpa sadar kepalanya membentur dagu laki-laki dibelakangnya ini.
"Adooh!"
"Sory, gue kaget sumpah!" dengan cepat Adhisty memutar tubuhnya guna melihat kondisi Raja. Dan dengan cepat juga Raja kembali memutar tubuh Adhisty supaya membelakanginya.
Laki-laki itu mencoba menutupi noda di rok gadis itu.
"Lo kenapa sih!" kesal gadis itu.
"Lo pura-pura budek apa emang budek sih!" balas Raja gemas.
"Hah?" Adhisty yang masih tidak mengerti hanya merespon sekenanya.
"Lo tembus Dhis" Raja berbisik tepat di telinga gadis itu. Laki-laki itu tersenyum tipis saat melihat telinga gadisnya memerah.
Wajah Adhisty seketika memucat dengan pelan mata elang gadis itu melirik ke sekitarnya. Ia baru sadar bahwa saat ini mereka berdua menjadi pusat perhatian.
Adhisty sekarang ada di koridor kelas XI posisi yang sangat strategis karena dapat dilihat oleh semua yang ada di tengah lapangan. Belum lagi para juniornya kelas XI yang memandangnya kepo.
"Te-terus gimana?" tanyanya sedikit gugup.
"Jalan aja lurus ke depan" titah laki-laki itu membuat Adhisty membelalakkan matanya, di depan sana banyak murid laki-laki. Bagaimana jika keliatan, lagian Adhisty tidak tahu tembusnya banyak atau tidak.
"Jalan!"
"Tapi?"
"Jalan sayang" ungkap Raja dengan penuh penekanan.
Adhisty dengan ragu-ragu mulai melangkah maju, sejalan dengan langkah kaki gadis itu semua junior laki-laki tiba-tiba menunduk.
Adhisty berhenti "kenapa?" tanyanya bingung.
Raja hanya mengendikkan bahunya, tangan laki-laki itu terus mendorong bahu Adhisty memaksa gadis itu untuk terus berjalan.
Sementara saat Adhisty kembali meluruskan wajahnya. Laki-laki dibelakangnya kembali memasang wajah sangarnya seraya bibirnya membentuk kata 'NUNDUK!' tanpa bersuara.
Tanpa mereka sadari ada tatapan tidak bersahabat dari seseorang di tengah lapangan sana.
****
"Makasih"
"Untuk?"
"Celana olah raga lo. Emm besok gue balikin" gadis itu menatap celana olah raga Raja yang ia kenakan terlihat kebesaran memang, belum lagi gulungan tebal di bawah sana membuat Adhisty bertanya-tanya sependek apakah ia?.
"Kek make sarung gitu" cibir laki-laki itu yang di balas pelototan tajam oleh Adhisty.
"Oh ya tadi Reza chat gua"
Adhisty yang sedang melipat roknya menghentikan pekerjaannya "Ada info apa?".
"Laras udah siuman, pulang sekolah kita besuk bareng" usul Raja.
Adhisty bersyukur dalam hati ini sudah empat hari semenjak gadis itu dinyatakan koma. Akhirnya ia sudah siuman. Adhisty harus cepat-cepat memberi tahu Laras tentang keinginan terakhir Tania. Semoga saja Laras bisa menerimanya dan berubah.
"Nggak usah Ja gue bareng Reza aja" tolak Adhisty halus.
Raja menarik training yang di kenakan gadis itu membuat Adhisty lebih mendekat padanya. Mata keduanya saling bersibobrok.
"Si letoy udah duluan, dia di telpon sama bodyguard-nya Laras" tangannya terulur meminta Adhisty duduk di sebelahnya "katanya Laras ngamuk sambil neriakin nama Reza" Adhisty mengambil tempat di sisi laki-laki itu, bibirnya melengkung membentuk senyuman namun sorot matanya meredup.
"Gua bingung Dhis" Adhisty menoleh menatap laki-laki itu dari samping "Setiap gua ketemu tuh cewek entah di acara perusahaan atau di sekolah. Keliatannya kek nggak ada masalah, di ledekin satu sekolah dia santai-santai aja tuh. Tapi kok..." Raja menghembuskan napasnya kasar "bisa begini?".
"Dia marah kok pas diledekin!" Adhisty tersenyum lembut "dia juga sedih pasti waktu nggak ada yang mau jadi temannya"
Gadis itu berdiri dari duduknya lalu melangkah mengambil roknya yang sudah terlipat.
"Tapi nggak dia lampiskan dan perlihatkan saat itu juga" ujarnya denga rok di dekap di depan dada, gadis itu melangkah kearah Raja mendekatkan wajahnya dengan wajah laki-laki itu.
"Ada waktunya. Ada tempatnya" sedetik setelahnya Adhisty tersenyum hingga memunculkan deretan gigi putihnya.
BRAAAK!
"JAUHIN BADAN LO DARI RAJA GUE!"
Don't forget vote and coment ya guys;*
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...