cowok kaca mata

1K 100 5
                                    

Tantang batasanmu

(ADHISTY FLAGELLA)



Untuk saat ini semilir angin menjadi kenikmatan tersendiri bagi anak-anak XII MIPA1 untuk sekedar duduk-duduk santai di pinggir lapangan. Upacara bendera di tambah jam olahraga pagi menambah daftar tanggungan mereka di hari ini, itu belum termasuk tiga jam pelajaran kimia setelah ini.

"Permisi kak!" Anya yang sedang mengipasi dirinya dengan tangan akhirnya menoleh, gadis itu tersenyum manis pada laki-laki berkacamata di hadapannya dapat ia tebak bahwa lelaki itu adalah adik kelasnya "iya ada apa?" ramahnya.

Anak itu menunduk malu, di tangannya terdapat dua kuntum bunga dengan jenis yang sama namun warna berbeda "bisa bicara dengan kak Adhisty?" ungakapnya sedikit gugup.

Anya tersenyum. Kali ini seyuman yang berbeda "Dhis! Ada penggemar lo nih!" laki-laki itu gelagapan saat kakak kelasnya meneriaki dirinya seperti itu, semakin dalam lah ia menunduk.

Sementara Adhisty di tengah lapangan sana membidik tajam Anya, teman sekelasnya satu itu benar-benar bermulut toak!

"Manis loh" ucap Anya pelan dengan cengir kuda andalannya.

Adhisty mendelik tajam lalu dengan cepat memindahkan fokusnya ke seseorang yang katanya adalah penggemarnya. Adhisty memindai orang itu dari atas sampai bawah, merasa ada hal yang ganjil akhirnya gadis itu berlari menghampiri fans-nya itu.

"Iya?" ucap gadis itu ambigu setelah mereka terpaut tiga langkah "kakak suka mawar merah atau putih?" tak butuh waktu lama untuk gadis itu memilih dengan yakin ia menjawab.

"Putih!"

***

Tiga puluh satu murid harus rela di jemur di bawah terik mata hari hanya karena nilai. Ini lah yang membuat mereka semangat belajar agar nilai tidak goyah. Karena sistem setiap guru yang terbilang menantang.

Hari ini kimia, seperti biasa setelah bab yang di bahas selesai mereka akan melaksanakan tes kemampuan diri. Peraturannya sudah jelas sejak awal, mereka di beri soal plus di beri waktu lima belas detik untuk menimang-nimang apakah mereka sanggup mendapat nilai di atas KKM.

Jika mereka bilang sanggup mereka harus menyiapkan satu hukuman saat nilai mereka di bawah target. Intinya hukuman itu dari mereka, untuk mereka dan oleh mereka. Sudah berasa demokrasi bukan?.

"Panas ish!" Anya menggerutu kesal "harus banget ya milih hukumannya di jemur gini!" sebalnya dengan tangan yang sibuk mencepol rambutnya yang tergerai.

"Harusnya kusus untuk Anya bersiin seluruh toilet aja" sinis Anjani kandidat siswi MIPA1 yang paling judes dan ngenes secara bersamaan.

Anya berdecak "iya sih iya. Yang jomblo dari lahir selalu bener!" balas gadis itu dua kali lebih menohok.

"Kok, lo, bawa-bawa jomblo sih anjir!"

"Stop!" sang ketua kelas menatap mereka berdua tajam "jangan karena keributan lo orang kita semua kena lagi! Jangan egois! Pikirin kawan kita yang lain" Rio mengungkapkan dengan pelan namun penuh penekanan.

Semua mendadak diam saat guru mereka menghampiri dengan raut wajah tak terbaca "don't say yes if you want to say no! don't say no if you want to say yes!" ucapnya dingin sembari berkacak pinggang.

Adhisty menghela napas barat. Kalau semisal tadi mereka bilang tidak sanggup mungkin hukumannya akan lebih parah dari sekedar di jemur di bawah sang surya. Pernah dulu mereka bilang tidak sanggup dan guru itu menyuruh mereka membuat makalah dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Bukan disitu masalahnya! Tapi pada deatline yang hanya dua hari! Bayangkan itu kimia loh, kalau bahasa sih mending tinggal menghapal lah ini? Ah sudah lah.

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang