Kacau

1.5K 166 8
                                    



"Ella ada temen kamu tuh!"


Mendengar pakdenya memanggilnya membuat Adhisty yang tadinya berniat untuk meminum obatnya lebih awal akhirnya mengurungkan niatnya itu, dua butir obat ditangannya Ia letakkan kembali kedalam botol tidak lupa Ia menyimpan kembali botol tersebut ketempat yang Ia yakini tidak dapat dijangkau pakdenya.

Tok...tok...tok

"Ella?"

Dengan gesit Adhisty menyimpan botol ditangannya "Iya pakde sabar!" tangannya membuka laci kecil di lemarinya, meletakkan botol itu disana lalu menguncinya tidak lupa Ia menyimpan kuncinya di dalam tas agar pakdenya tidak mengetahuinya.

Setelah dirasa aman Adhisty mulai melangkahkan kakinya keluar kamar memastikan siapa temannya yang dengan kurang kerjaannya mendatangi kediamannya. Pasti molusca!. Lagian siapa lagi yang tahu rumahnya kecuali Reza dan Fik...

"Fikran?"

Adhisty mengucek matanya memastikan bahwa ini bukan hanya halusinasinya, apa mungkin benturan di kepalanya membuatnya gila?.

Adhisty mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali berharap halusinaainya itu sirna, namun nihil! Fikran tetap berada ditempatnya, duduk manis diatas kursi kayu yang biasanya Adhisty duduki.

Tunggu!

Kalo yang ada didepan sana beneran Fikran itu berarti...Fikran memberinya lampu hijau? Fikran sudah mulai membuka hatinya untuk Adhisty?. Astaga Adhisty menutup mulutnya dengan tangan, menahan teriakan histeris yang siap untuk menggelegar.

"Sial!"

Adhisty mendecih pelan Ia lupa dengan penampilannya yang seperti gembel di pinggir jalan. Menyedihkan.

Dengan gerakan pelan cewek dengan rambut yang dicepol asal itu memutar tubuhnya berharap orang yang ada di depan sana tidak menyadari kehadirannya.

"La!"

Baru saja kakinya ingin melangkah, suara sang pakde sudah mengintrupsinya. Saat ini Adhisty berharap memiliki kekuatan super sehingga bisa membuat portal dan membawa tubuhnya pergi dari sini.

"Ella kok malah diem aja disitu toh nduk?"


Memejamkan mata lalu memutar tubuhnya perlahan, Adhisty belum berani membuka matanya Ia masih perlu waktu untuk menerima keadaan ini! Ok Ia terlalu lebay! Tapi tetap saja Adhisty perlu waktu. Jika boleh sampai besok.

"Kamu kelilipan la? Kok mejem gitu?"

Jika boleh juga Adhisty ingin mengelem mulut pakdenya dengan lem cina. Persetan jika Ia akan masuk neraka karena di cap anak durhaka, yang pasti sekarang Ia malu. Malu menampakan wajah kucelnya seperti ini.

Adhisty mengernyit heran saat merasakan sentuhan lembut dikenangnya "Nggak panas kok, apa Ella pening?" Adhisty membuka matanya menatap pakdenya yang menatapnya khawatir. Ok Ia menarik pemikiran lucnut nya tadi.

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang