Intimindasi adalah kekuatan terbesar kekuasaan.
Wajar memang.
Tapi.
Tidak normal.Didepan sana sebuah vidio amatir sedang diputar. Terlihat Adhisty sedang menumpahkan es teh manis ke baju sang junior. Terlihat sekali Adhisty sedang mem-bully adek kelasnya yang malang.
Dari jarak sedekat ini Adhisty dapat melihat Chika tersenyum simpul seakan kartu as sudah ada digenggamannya. Seperti dugaannya juga Ibu Renita tercinta ada dipihak gadis itu. Mendukungnya mati-matian entah untuk maksud apa.
Pak Fery terlihat mengepalkan erat tangannya mencoba menyembunyikan amarah yang memuncak. Sedangkan Bintang duduk dengan tegang seakan tak berkutik.
Suasana mencekam? pasti. Bahkan AC diruangan itu pun tak dapan menurunkan suhu panas yang tiba-tiba melanda.
Vidio berdurasi 5 menit itu pun berhenti. Namun tak menghentikan ocehan panjang dari guru wanita satu itu. Rasanya seperti mendengar kereta yang sedang lewat. Panjang lebar padahal intinya sudah jelas.
Dia menyalahkan Adhisty!.
"Jadi gitu pak. Chika datengin saya terus nyeritain kejadian tragis ini. Sungguh anak yang malang" Bu Renita mengelus puncak kepala Chika "Saya ngak nyangka Adhisty sebagai ketua OSIS yang sangat saya banggakan bisa melakukan hal seperti ini" dan sekarang mata elang guru itu membidik Adhisty.
Boleh tidak Adhisty menguncir mulut guru itu dengan karet gelang yang biasa pakdenya gunakan untuk mengikat bungkus bubur. Sebagai guru bahasa Indonesia setiap diksi yang dipilih guru itu wajib diacungi jempol.
"Ada guru Bk tapi konsultasi ke guru bahasa. Hubungan kalian sangat dekat hm?" ucap Adhisty tanpa basa-basi "Setau saya Ibu Renita juga tidak mengajar kelas sebelas bukan?"
Reaksi yang ditujukan Bu Renita sangat tidak bersahabat "Emang salah kalau Chika mau curhat ke saya. Walau pun saya tidak mengajar dia. Saya tetap saja gurunya"
Adhisty mengangguk pelan "Saya tidak mempermasalah kan itu. Saya hanya bertanya, tidak lebih" ujarnya.
Adhisty mengeluarkan amplop coklat yang pernah diberikan Reza padanya. Didalamnya ada beberapa foto dan satu flashdisk.
"Tang tolong"
Bintang yang mengerti situasi langsung mengambil alih flashdisk yang di berikan padanya. Membawanya ke depan yang sudah tersedia laptop didepan sana.
Dengan cekatan Bintang mengotak-atik laptop itu dengan fashdisk yang sudah terpasang tentunya. Tak berapa lama proyektor yang menyorot ke layar menampilkan satu vidio.
"Play" titah Jordi.
Tak ada pergerakan. Bintang tak bergeming sedikit pun, karena yang Ia tunggu saat ini perintah dari ketosnya.
"Play" titah Adhisty.
Jordi mendecih. Menatap datar kearah Bintang lalu selanjutnya melakukan hal yang sama pada Adhisty.
Sedetik kemudian vidio itu mulai diputar. Suara jeritan serta ringisan menggema keseluruh ruangan.
"Lo ngak usah sok cantik! Karena cuma gue yang paling cantik disini!"
"Am-ampun Chik, am-pun"
"Apa ampun lo bilang! Makan tuh ampun!"
Jemari juniornya bergerak gelisah diatas meja menandakan Ia sedang terancam. Bagaimana tidak didepan sana sebuah vidio menampilkan dirinya yang sedang menindas siswi lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...