Kehidupan itu seperti film.
Konflik adalah bumbu
Dan cinta pemanisnya.__________ Rifan _________
Helaan napas panjang keluar dari mulut gadis itu. Rasanya Ia baru saja keluar dari situasi yang membuatnya hampir lepas kontrol. Dicuekin oleh Fikran masih lebih baik dari pada menahan amarah saat mengetahui dirinya akan berhadapan langsung dengan Jordi.
Berpikir pendek sangat sering dilakukan saat amarah sedang meletup-letup. Buktinya tanpa pikir panjang Adhisty bergerak mengeluar kan benda pipih mungil yang ada dalam saku bajunya.
Adhisty
Nanti malem temuin gue di tempat biasa.
Tulisan 'terkirim' muncul dilayar ponsel miliknya. Tanpa ambil pusing Adhisty kembali menyimpan benda itu kedalam saku baju.
Merasa tak ada yg diperlukan lagi tujuan gadia itu hanya saku sekarang. Kelas. Karena Ia sudah kehilangan dua jam pelajaran.
Adhisty melangkah melewati lorong panjang kelas sepuluh.
Karena tidak sabaran Adhisty memilih memotong jalan dengan menyebrangi lapangan, karena kelasnya ada dilantai dua disebrang lapangan itu. Adhisty tau lapangan itu sedang digunakan untuk bermain futsal hanya saja Ia tidak terlalu memperhatikan kelas mana yang sedang bermain.
Tanpa fikir panjang Adhisty melewati lapangan tersebut, Ia yakin telah mengambil jarak aman dari para pemain futsal. Ntah karena terlalu terburu-buru atau apa Adhisty tidak menyadari bahwa seorang pemain ada yang menendang bola dengan keras, dan sialnya bola itu melenceng dari perkiraan si pemain dan malah mengarah ke Adhisty.
Saking fokus dengan langkahnya Adhisty tak menyadari bahaya yang sedang mengincarnya.
"Awas Dhis!"
Adhisty menghentikan langkahnya dan sialnya lagi mendengar namanya dipanggil Adhisty malah menoleh kepada ntah siapa yang memanggilnya.
Buugh!
Dan hal yang tak diinginkan pun terjadi bola itu tepat mengenai kepala Adhisty lebih tepatnya bagian jidat cewek itu. Pandangan Adhisty langsung kabur rasanya seberti ada beban puluhan kilo menghantam kepalanya, tubuhnya limbung kebelakang dan detik berikutnya semuanya gelap.
•••
Hari ini adalah jadwal kelas Fikran untuk olah raga, setelah selesai rapat Ia langsung menuju ke ruang ganti untuk mengganti seragam putih abu-abunya dengan baju olah raga yang tadi telah Ia ambil dari loker.
Dikarenakan hari ini guru olahraga yang bersangkutan tidak dapat hadir, alhasih kelasnya boleh olah raga bebas asalkan tidak kekantin. Para siswa memilih bermain futsal dan para siswi ada sebagian yang menonton dan ada sebagian voli.
Para siswi terlihat bermain lebih santai dibandingkan para murid cowok yang bermain sedikit menggunakan otot. Bola digiring kesana dioper kesini belum lagi cuaca hari ini cukup panas membuat permainan mereka semakin menantang.
Fikran sendiri berperan sebagai kiper, Ia mengawasi setiap pergerakan bola selalu siap seandainya bola datang ke gawangnya. Terlihat Rian sang ketua kelas mengoper bola kearah Ichal dan dengan semangatnya Ichal menendang bola kearah gawang lawan.
Sayangnya bola yang ditendang malah melenceng dan betapa kagetnya mereka saat tiba-tiba ada seorang siswi yang dengan santainya melewati lapangan. Sadar siapa yang dalam bahaya Fikran refleks berteriak "Awas Dhis!" paniknya.
Buugh!
Tubuh cewek itu langsung tersungkur lemah di bawah terik matahari siang.
Disaat yang lainnya masih bengong melihat tubuh sang ketua OSIS yang terjatuh di atas lapangan yang cukup panas. Kaki Fikran refleks bergerak membawa tubuhnya kearah cewek itu.
Saat sudah ada dihadapan tubuh Adhisty, Fikran berjongkok lalu dengan mudahnya mengangkat tubuh Adhisty yang terbilang cukup enteng. Bahkan Fikran tak merasa kesulitan sedikitpun, Fikran membawa tubuh lemah Adhisty ke UKS.
Dapat Fikran lihat beberapa tatapan aneh dari teman sekelasnya belum lagi beberapa juniornya yang tiba-tiba berhamburan keluar dari dalam kelas. Namun Fikran tak terlalu mempermasalahkan hal itu.
Dengan cepat Fikran membopong tubuh lemah Adhisty kearah UKS melewati beberapa guru yang tampak khawatir. Dan tanpa Fikran sadari juga ada tatapan tak senang diujung lapangan sana. Ya kekasihnya yang sedang duduk di pinggir lapangan menatap nanar kepergian Fikran.
•••
Fikran meletakkan tubuh lemah Adhisty diatas ranjang, dapat Fikran lihat lebam keunguan dibagian pelipis kiri cewek itu belum lagi matanya yang terlihat sedikit sembab mungkin efek menangis tadi.
"Dhis...Adhisti?"
Dengan pelan Fikran menepuk-nepuk pipi Adhisty mencoba membangunkannya namun gagal cewek itu masih tetap memejamkan matanya.
"Permisi biar saya periksa dulu"
Fikran menyingkirkan tubuhnya mempersilahkan petugas kesehatan memeriksa Adhisty.
"Dia baik-baik saja mungkin sedikit syok dan lebam dibagian kening, bisa di kompres menggunakan es batu" penjaga UKS itu menepuk jidatnya pelan "Saya lupa kita tidak punya es batu sekarang"
Mendengar pernyataan itu, Fikran langsung memutuskas meninggalkan UKS. Bukan! Fikran bukan pergi untuk kembali ke kelas tetapi lebih tepatnya Fikran keluar dari UKS menuju kantin untuk membeli suatu hal.
Nah apa yang Ia lakukan sekarang yang pasti Ia tidak tahu. Tapi ada bagian dari dirinya yang menginginkan melakukan hal ini. Walau Fikran merasa...
Kaya ada yang aneh, tapi apa?
Sebenarnya ini aku revisi karena yang kemarin itu terlalu racau.
Hufft yaudahlah Monggo dibaca, semoga makin semangat bacanya.
Don't forget vote and coment 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...