Jadi gimana?

829 88 16
                                    

Musuh dari musuh kita adalah teman kita ingaat itu selalu


Firman berjalan tergesa di tengah tangisan ibu-ibu yang terus meneriakkan nama seseorang. Mungkin anaknya, entahlah ia tidak terlalu peduli, pria itu berjuang membelah kerumunan manusia yang sibuk Minggiring seorang siswi SMP menuju ruang UGD. Dari sekian banyak opini hanya satu yang dapat ia tangkap. Tabrak lari.

"Permisi saya mau lewat!"

"Eh biasa aja dong mas, nggak usah nyolot!"

Firman tidak menggubris, kakinya melangkah lebar menyusuri koridor yang entah sejak kapan terasa sangat panjang.

"Eh orang kaya tuh! Sombong banget!"

Telinganya masih berfungsi dengan sangat baik, padahal langkahnya sudah cukup jauh. Lupakan hal tidak penting! Tujuannya kini hanya satu. Fikran.

"Fik! Fik-ran!"

Lelaki tegap dengan kulit berwarna kecoklatan yang masih di balut seragam sekolah lengkap itu menoleh "Eh iya bang?" Fikran mengerutkan alisnya bingung saat Firman berhenti tepat dua langkah di hadapannya. Tubuhnya sedikit membungkuk, dengan napas tersenggal.

"Ad-dhisty! Adhisty!"

Mendengar nama gadis itu disebut Fikran mendadak sedikit waspada. Tangannya meremas satu cup kopi yang baru saja di belikan oleh Sila.

"Atur napas dulu bang" ujar Fikran.

"Adhisty dalam bahaya. Dia, dia nemuin Elang" kata Firman terengah-engah kedua tangannya memukul-mukul dadanya yang sesak. Sepertinya karena panik dan kelelahan asmanya jadi kambuh.

Syok dan kaget pastinya. Kopi panas yang sejak tadi mulai menumpahi tangannya seakan tidak terasa.

"Maksud Lo apa bang?"

"Adhisty?" Tanya Fikran bingung "Di ruangan itu! Siapa yang ada di ruangan itu!" tangan lelaki itu naik mencengkram erat kerah kemeja Firman. Teriakannya menarik atensi teman-temannya. Termasuk Raja yang baru saja selesai dari kamar kecil.

"Ja-ngan se-ka-rang Adhisty dia bu-tuh ka-mu" ucapnya terbata karena kekuatan Fikran yang cukup mencekik lehernya.

Fikran menyerah ia memukul Firman hingga tersungkur. Sebelum yang lainnya memprotes, kakinya lebih dulu melesat meninggalkan rumah sakit.

Raja yang melihat kejadian itu otomatis berlari menghampiri ruangan kekasihnya. Mendobraknya dengan kuat, banyak tatapan mata yang menghujam dirinya. Kali ini Raja benar-benar kalap. Saat ia dengan tangan bergetar membuka perban yang menyelimuti wajah kekasihnya.

"Shit!"

Raja berlari keluar ruangan. Menghampiri seorang pria yang sedang berusaha meredam rasa sesaknya. Sila sudah memberikan semprotan khusus, sepertinya sebentar lagi akan mendingan.

"Dimana pacar gua!"

Raja berdiri tegap dengan mata memerah. Auranya kelam, tatapannya sangat menusuk bahkan pertanya yang keluar dari bibirnya terdengar mengancam.

Giginya menggelatuk "Dimana Adhisty!"

Firman tahu Raja sedang menahan emosinya agar tidak lepas. Apalagi pada dirinya.

"Sory lo nggak di butuhkan di sana" ungkap Firman jujur. Adhisty selalu bilang Raja tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini. Dia tidak di butuhkan di sana.

Lepas.

Semua yang sudah Raja tahan menguar begitu saja. Kaki jenjang murid SMA itu menghantam perut pria di bawahnya. Para anggota OSIS yang ada di sana mencoba melerai, namun nihil. Kekuatan Raja sangat besar.

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang