✒Pernah naik rolercoster?
Ya seperti itulah kiranya kehidupan✒✒Reza✒
"Bener kagak nih jalannya?" Adhisty memelankan laju motor yang Ia kendarai, tangannya mulai keram, pinggang gadis itupun tak kalah pegal. Ayolah sudah lama Adhisty tak mengendarai kendaraan beroda dua itu. Dan sekarang Ia terpaksa mengendarainya.
"Belok kiri"
"Belok kiri Dhis!"
Dijok belakang Reza terus saja mengoceh belok kiri,belok kanan, padahal kuping Adhisty tidak budek Ia masing mendengar dengan jelas ucapan mbak-mbak yang berasal dari handphone Reza.
Terkadang motor yang Adhisty kendarai oleng saat cowok dibelakangnya terus bergerak-gerak tidak nyaman "Lo bisa diem nggak sih Za!"
"Hmm?"
Deheman dari cowok dibelakang sana membuat Adhisty yakin Reza sudah antara sadar dan tak sadar. Dasar anak mami tidur saja harus tepat waktu.
"Jangan tidur woi!"
Adhisty mencubit paha sahabatnya itu saat Ia rasakan kepala Reza bersender pada punggungnya.
"Apaan sih!" Teriak Reza judes seperti anak gadis yang dibangunin paksa oleh ibunya.
Adhisty memandang lampu jalanan sepertinya Ia sudah salah memilih, seharusnya tadi Ia pesan ojek online saja dan meninggalkan Reza di apartemen itu bersama Laras. Teserah ingin diapakan itu bocah.
"Belok kiri"
"Hmm belok kanan Dhis!"
Dahi Adhisty mengkerut, ini Ia yang salah dengar atau Reza? Perasaan sepertinya tadi belok kiri "Kanan apa kiri?" Tanyanya memastikan.
"Kiri eh kanan" jawab Reza linglung.
Kesabaran Adhisty layak disamakan dengan lahan hijau di Indonesia, atau lebih tepatnya semakin menipis. Didepan perempatan Adhisty menghentikan laju kendaraannya, tangan gadis itu mencomot Hp dari tangan Reza dan dapat Adhisty rasakan tubuh Reza yang sedikit terlonjak.
"Hp gue"
"Brisik!" Dengan ketus Adhisty berujar.
Ditengah remang-remang jalanan malam ini, membuat mata gadis itu sedikit menyipit karena sinar Hp yang terlampau terang. Namun hal itu tak berlangsung lama karena detik berikutnya mata gadis itu membulat dengan sempurna.
Adhisty tersenyum getir, tangannya melemas, benaknya mencoba menghitung berapa lama Ia tinggal di kota ini? Ah ya, lebih dari lima belas tahun. Dan baru kali ini Adhisty menyesal! Mengapa Ia tidak hapal seluk beluk jalanan kota ini? Mengapa?.
"Za, fungsinya lo disekolahin itu apa?"
Rasa kantuk yang semakin menyerang Reza membuatnya tidak terlalu memikirkan pertanyaan retoris dari Adhisty "Biar pinterlah" ucapnya santai.
Adhisty menganguk-angguk pelan "Oh biar pinter" Adhisty menglaa napas panjang, kedua matanya langsung berfokus pada cowok dibelakangnya "Tapi tetep aja BEGO!" gusarnya.
Reza terlonjak kaget.
"Lo kenapa sih! Marah-marang ngak jelas! Kek jalan mil..."
Ucapan Reza terhenti saat Adhisty meletakan Hp yang tadi diambil seenak jidat, tepat didepan wajah Reza.
"Baca!"
Dengan pelan Reza mengeja dua patah kata yang ditunjuk oleh Adhisty "Jalan melati putih" Otaknya masih belum mengerti, emang apa masalahnya dengan jalan melati putih? ......Tunggu!
Jalan melati putih? Reza merasa ada yang janggal mari kita baca sekali lagi ja-lan me-la-ti pu-tih!
Mata Reza menatap punggung cewek dihadapannya, dapat Ia lihat aura-aura kegelapan yang terpancar "key-keyboard gue oto-otomatis heheh" tawanya terdengar garing ditengah suasana mencekam seperti ini.
"Gue aja yang bawa" tawar Reza memecah keheningan, Adhisty tak bergeming Ia menuruni motor lalu bertukar posisi dengan Reza dan itu dilakukan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Reza mengetik ulang nama alamat yang dituju 'jalan merpati putih' Ia mengeceknya sekali lagi, setelah dirasa benar langsung saja Ia tancap gas.
Sepanjang jalan hanya ada suara mbak-mbak google maps dan beberapa kendaraan yang mengisi keheningan mereka, Reza pun tak berani angkat suara. Takut-takut salah ngomong nanti dicekek Adhisty dari belakang kan berabe.
Terpaan angin malam membuat mata Reza kembali terayu oleh bujukan maut sang kantuk. Matanya kembali berat perlahan tapi pasti laju kendaraan semakin lambat.
"Woi jangan tidur!"
Adhisty menyarankan agar kalian tidak boleh mengagetkan orang yang sedang ngantuk atau...
Braaak!
Kejadiannya akan seperti ini!
Detak jantung keduanya berdentum keras, mereka syok saat dengan cerobohnya Reza menabrak mobil yang sedang terpakir dipinggir jalan. Reza bersyukur karena laju motornya yang pelan tidak menimbulkan hal yang terlalu fatal.
Tapi tidak dengan Adhisty.
Karena gadis itu sudah tersungkur diatas aspal dengan mata yang terpejam "Dhiiis!"
Panik, satu kata yang terlukis diwajah Reza saat ini. Ia meninggalkan motornya lalu menghampiri Adhisty. Menepuk-nepuk pipi gadis itu, hasilnya nihil. Adhisty tetap terpejam.
"Mobil gua!"
Reza tersentak saat mendengar suara bariton berat yang sepertinya familiar ditelinganya. Ia menoleh dan benar saja disana berjarak sekitar satu meter berdiri sosok iblis berparas malaikat. Sosok yang menjadi salah satu idola siswi-siswi CENDIKIA.
Raja, laki-laki tampan yang memiliki sifat angkuh. Dan anehnya hal itu yang malah menjadi daya tariknya.
Reza mendesah pasrah belum selesai masalah yang satu, sudah muncul masalah lain. Persis seperti pepatah sudah jatuh tertimpa mantan pula!.
Budayakan vote and coment:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...