Mulai Aneh

1.7K 211 12
                                    

Seandainya mengucapkan kebenaran semudah berbohong.
Mungkin gue ngak akan sesakit ini..
-Adhisty


Satu Minggu serasa cepat sekali berlalu. Kini hari kembali menjadi senin, hari yang rela dibenci agar hari-hari yang lain tak tersakiti. Lagipula mengapa dari Sabtu ke Minggu terasa lebih singkat ketimbang Senin ke Minggu, huh dimana letak keadilan di dunia ini?.

Gerbang megah cendekia terasa begitu sesak oleh lalu-lalang siswa dan siswi yang mulai berlarian kecil karena sadar alarm akan berdering limabelas menit lagi.

Parkiran yang semula kosong pun semakin lama semakin terisi dengan dua jenis kendaraan dari berbagai brand ternama yang cukup terkenal. Berbeda dengan salah satu siswi yang kini berjalan tenang melewati gerbang. Tanpa kendaraan bagus, tanpa sopir yang mengantar jemputnya.

"Pagi neng Adhisty!"
Sang empunya nama menoleh membalas sekilas sapaan pak satpam padanya.

Adhisty tersenyum simpul "Pagi juga Pak," balasnya sopan.

"Naek bus lagi neng?"

Adhisty tak bersuara dia hanya membalas pertanyaan itu dengan anggukan singkat.

Tiiin...!

Adhisty tersentak kaget. Dia mengumpat dalam hati, tidak ada akhlak sekali orang yang mengagetkannya pagi-pagi.

Tiiin!

Adhisty menggenggam erat buku cetak kimia ditangannya. Bersiap melemparkannya ke orang yang ada dibelakangnya.

Gadis itu memutar tubuhnya 180° namun misi awalnya sepertinya harus dibatalkan. Mengingat siapa yang menghidupkan klakson tadi.

Disana Fikran beserta motor kesayangannya. Dan jangan lupakan gadis menyebalkan diboncengannya. Ditambah pelukan erat dipinggang laki-laki itu.

Deg!

Kalau saja Adhisty punya kekuatan super. Sudah Adhisty lempar Aulia ke neraka, biar sekalian dia bertemu dengan kembarannya disana. Dasar siluman penggoda jodoh orang!

Tiin!

Sekali lagi suara klakson dikumandang kan Adhisty yang sadar diri memilih menyingkir. Membiarkan motor itu pergi.

Adhisty menatap sempatu lusuh miliknya, boleh tidak sih Ia melempar sepatu itu ke wajah kedua orang diparkiran sana?.

Sabar Dhis inget lo itu ketua OSIS jaga wibawa lo.

Adhisty menulikan pendengarannya dari senda gurau pasangan diparkiran sana. Terlalu lama berdiri dinisi bisa membuatnya terkena hipertensi.

Dengan terpaksa gadis itu melemparkan senyuman singkat seraya mengangguk ringan "Saya masuk dulu pak!"

"Iya neng!"

****

Bukannya berbelok kekiri gadis itu malah berbelok kekanan. Tujuan utamanya saat ini bukan kelas. Melainkan ruang OSIS ada beberapa urusan yang harus Ia selesaikan.

Ruang OSIS SMA CENDIKIA dibagi menjadi dua yang pertama khusus untuk anggota inti. Sedangkan ruang kedua khusus untuk rapat, dan perkumpulan lain.

Tidak salah lagi, sesuai perintahnya kemarin para anggota inti sudah berkumpul dan duduk rapih di kursinya masing-masing.

Adhisty yang mulanya berdiri diambang pintu sekarang mulai melangkah masuk dan menghampiri mejanya. Diruangan ini meja-meja sengaja disusun melingkar.

Suara kursi digeser memenuhi ruangan yang tiba-tiba menjadi hening.

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang