WARNING!
HANYA DILAKUKAN OLEH PROFESIONAL!*
*
*
*Mood ancur, fikiran kacau, fisik lelah, mental lemah, namun bibir tetap tersenyum.
________ Aulia ________
Cemburu.
Mungkin kondisi yang dialami oleh seorang cewek yang sedang mendengarkan detak jantungnya yang berdetak tak nyaman sekarang. Dapatkah didefinisikan cemburu?. Ada rasa tak suka yang menyelinap masuk kedalam rongga dadanya. Ada denyut sakit saat menatap sepasang anak manusia yang sedang duduk manis dibawah pohon sana.
"Dan akhirnya coretan itu benar-benar mengganggu!"
Boom!
Seperti ada bom waktu yang sudah lama bersemayam dihatinya, bom kecurigaan yang merangkap menjadi kecemburuan. Sekarang meledak!. Menyisahkan puingan air mata, yang seakan menjadi hiasan indah dipipi putih-mulusnya.
"Disaat kak Fikran punya masalah kak Aulia selalu ada, tapi lihat disaat kak Aulia yang ada masalah dimana kak Fik..."
"Diem!"
"Kalo kak Aulia nggak bertindak mungkin besok...kisahnya udah beda"
"Gue bilang diem!"
"Bisa aja besok kak Fikran memilih putusin kak Aulia dan akhirnya jadian sama kak Adh..."
Semua suara-suara itu terus berputar di kepalanya, sekuat apapun Aulia berusaha menghilangkannya malah yang terjadi kebalikannya, semua ucapan orang itu seakan memecah logikanya. Menekan kewarasan dalam dirinya dan membiarkan kegilaan mendapatkan tahtanya.
"Tidak ada lagi kisah Aulia dan Fikran, karena kisah selanjutnya Fikran dan....aarrrgh!"
Disana dibawah Kungkungan tangan mungil Aulia seorang gadis, tidak lebih tepatnya Juniornya. Chika, sedang meringis menahan sakit dilehernya, ya ketidak warasan Aulia mulai menguasainya. Rasa khawatir itu, masalalu itu mulai menghantuinya.
"Gue bilang d-i-e-m!"
"Kalo Lo nggak bisa diem...gue yang bakal buat Lo diem!" Pelan namun tajam, lembut namun menusuk setiap kata yang terucap penuh penekanan.
Bravo!
Lihatlah sekarang Aulia ingin menertawakan dirinya sendiri, Ia menjadi moster! Menyeringai lebar melihat kesakitan yang Chika rasakan. Sisi kelamnya terbuka.
"K-a-k Aul-ia le-pas"
Aulia tersentak kesadarannya kembali, tangannya melepaskan cekikan dileher Chika. Nafasnya memburu, tangannya bergetar. Apa yang sudah Ia lakukan?. Ia hampir membunuh orang!.
"Pergi!" Aulia berteriak histeris "pergi gue moster!" Mulutnya terus meracau tidak jelas "gue mengerikan!" Teriakan demi teriakan Ia keluarkan.
Sedangkan juniornya tersenyum puas! Ini lebih dari apa yang Chika bayangkan. Awalnya Chika hanya ingin memprovokasi seniornya itu. Tapi malah mendapat suprise yang tak terduga. Ia melihat sisi lain Aulia, sisi kelamnya.
Dapat Aulia rasakan Chika melangkah mendekati nya "Kak Aulia bukan moster, kak Adhisty yang moster!" Perkataan itu memenuhi gendang telinganya.
"Kak Aulia nggak jahat, kak Adhisty yang jahat!" Desisnya tepat ditelinga Aulia, Chika meraup wajah Aulia dan mensejajarkan dengan wajahnya. "Jadi mana yang harus disingkirkan kak Aulia apa kak Adhisty? Hmm" serunya lagi.
"Jawab!"
"Gue moster!" Bukannya menjawab Aulia masih terus meracau.
"Aulia apa Adhisty?"
"Gue moster!"
"Aulia apa A-d-h-i-s-t-y?" Tanyanya untuk kesekian kalinya.
"A-dhis-ty" dengan susah payah Aulia mengucapkannya, sepertinya Ia sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya.
Tangan yang ada diwajahnya terlepas, Chika menyeringai lebar, menegakkan kembali tubuhnya, lalu pergi meninggalkan Aulia dengan segala fikirannya.
"Bagus sekarang giliran kak Aulia yang bertindak!" Kalimat terakhir yang Chika ucapkan sebelum benar-benar menghilang dari jangkauan Aulia.
Didalam kesendirianya segala perkataan yang terus berputar di kepalanya seakan mendoktrin logikanya untuk melindungi diri.
"Adhisty yang harus disingkirkan!"
"A-dhis-ty!" Aulia menangis membiarkan emosinya meluruh. Ia menyesal telah mengikuti kata hatinya.
Flashback
Aulia sedang duduk dikantin bersama teman-teman perempuan sekelasnya. Mencurhatkan segala keresahannya sampai akhirnya ponselnya bergetar menampilkan sebuah nomor baru.
+628218765****
Aulia awalnya ragu dan lebih memilih mematikannya, tapi berulang kali nomor itu kembali menghubunginya. Dan akhirnya paksaan dari teman-temannya lah yang membuatnya mengangkat telepon itu. Aulia menjauh dari kerumunan.
"Halo?"
"Kalo Lo mau tau apa yang dilakuin cowok kesayangan lo dibelakang lo silahkan keruang musik!"
"Hah? Halo! Halo?"
Telepon langsung diputus tanpa memberi tahu siapa orang diseberang sana, dahi Aulia mengerut, otaknya berfikir yang dilakukan fikran dibelakangnya?.
Aulia kontan berlari meninggalkan kantin dan menuju satu ruangan. Ruang musik. Bahkan teriakan teman-temannya pun tak Aulia hiraukan. Meskipun logikanya bilang percaya pada kekasihnya itu, namun hatinya mengatakan untuk memastikan kegundahannya.
Flashback end
Dan kini Aulia benar-benar menyesal tidak menggunakan logikanya. Karena cinta tanpa logika itu akan hancur. Dan sekarang dia terlanjur hancur.
Aulia menghapus air matanya, bukan Ia yang salah tapi Adhisty. Hama pengganggu!. Aulia membenarkan penampilannya yang kacau, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Mungkin mentalnya sedang lelah namun keadaan memaksanya harus terus tersenyum.
"Gue bener-bener harus bertindak ya?" Lirihnya sangat lirih disertai senyuman menyedihkan.
Astoge kasian banget sih Aulia, maap kuen Rifan ye. Kan Rifan cuma ngetik huhuhu.
Distory ini semuanya mungkin terjadi karena Rifan juga nggak tau takdir mereka, jadi terus pantengin cerita ini ya😘
Budayakan vote and coment:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...