Kalo kamu paru-paru, aku udaranya
Dan kamu akan sangat tersiksa
tanpa aku!••• Adhisty
Sorot mata penuh kebencian semakin kontras dengan wajah judes seorang Adhisty Flagella. Suasana hatinya seketika anjlok drastis. Andai saja di dunia ini tidak ada aturan dan hukum , dengan senang hati Adhisty akan mencabik-cabik wajah gadis menyebalkan yang dengan lancang mengambil miliknya.
Senyum palsu yang selalu tampak menyebalkan di mata Adhisty. Membuat telapak tangan gadis itu gatal ingin sekali memisahkan kedua insan manusia itu. Terkadang dia berfikir apa harus seperti ini? Hanya untuk menghindari dirinya? Ayolah permainan ini sangat memuakkan.
Debar jantung seakan menghantarkan rasa panas ke seluruh rongga dada. Mencoba menenangkan diri, menekan perasaan membuncah dalam dadanya. Adhisty melangkah tenang menyusuri koridor menuju kearah lapangan outdoor CENDEKIA. Pandangannya fokus kearah Fikran dan gadis di sebelahnya secara bergantian.
Sudut bibirnya terangkat, pengarahan paskibra muda cendekia yang dilakukan oleh anggota luar paskibra, mengesankan. Semakin dekat langkah dirinya semakin banyak mata anggota muda yang terarah padanya. Gelak tawa yang terhenti sejenak otomatis membuat kedua orang di hadapannya memutar arah pandang.
"Kenapa?"
Adhisty berhenti melangkah "lanjutkan pengarahannya, anggap saja saya tidak ada. Santai." Nada bicara yang terdengar akrab namun terkesan tegas. Benar-benar tipikal seorang Adhisty.
"Oh ya...." dirinya melangkah kecil ketengah kedua orang di sampingnya. "Ternyata urusan mendesak yang dimaksud Fikran maksud itu acara pengarahan paskibra muda?" Adhisty mencebik, "ya setidaknya kita jadi punya waktu berdua untuk melaporkan kinerja tim kedisiplinan."
Tatapannya semakin datar saat bersitatap dengan netra gadis di sampingnya. Kepalanya sedikit menunduk dikarenakan perbedaan tinggi tubuh keduanya.
"Makasih ya Aulia, setidaknya pekerjaan OSIS sedikit terhambat karena kamu" suaranya meninggi dengan riang, namun sarat akan ketidaksukaan.
"Sorry, gua ga tau kalo kalian ada rapat." Cicit gadis itu "ah...maaf Fik seharusnya aku nggak usah minta temenin." Senyumnya tulus.
"Ya suara spiker CENDEKIA butuh diganti sepertinya" ketus Adhisty ringan.
Tatapan penuh tanya dari seluruh anggota muda membuat gadis dengan tubuh terbilang mungil itu menunduk dalam. Ingin sekali Adhisty menghardiknya lebih lama, namun harapannya harus pupus saat suara tegas Fikran menghentikan aksinya.
"Adhisty Flagella ikut gua!"
Adhisty tersentak kaget saat tangan nya ditarik oleh seseorang, untuk sesaat Ia sempat shyok sampai akhirnya senyuman manis terbit diwajahnya. Tak ada penolakan dari Adhisty, yang ada sekarang Ia sangat senang bahkan kalau bisa Adhisty ingin koprol sekarang.
"Tang gantiin gua dulu!" laki-laki tadi memberi perintah mutlak. Sementara orang yang diberi perintah sedikit mendengus.
"Ok" balasnya seadanya.
Adhisty tak menghiraukan percakapan itu otak nya sedang tidak fokus sekarang, hatinya sedang berbunga-bunga jantungnya pun berdesir nakal. Netranya fokus menatap tangannya yang digenggam. Seakan hatinya ingin berteriak.
Will you be mine!
Lupakan soal keinginan gilanya. Kini tubuh gadis itu sudah terhempas ke tembok. Bunyi benturan antara punggung sang ketos dengan tembok terdengar renyah di telinga. Meski begitu, tindakan tersebut bukanlah hal yang besar bagi Adhisty. Ya, bagaimana pun tubuhnya sudah terbiasa dengan rasa sakit. Sampai dia pun bingung harus berekspresi seperti apa saat ini. Tapi yang pasti, manik gadis itu berbinar cerah karena dia dapat menatap Fikrannya, pangeran kuda putih yang selalu dia impikan.
"Lo ngapa mempermalukan Aulia didepan anak-anak baru!" tanya cowok itu penuh penekanan.
Aulia Salsabilla Sekali lagi benak Adhisty mengumandangkan nama gadis itu. Sebenarnya Adhisty sangat murka namun apa daya jelas kemarahannya akan sirna bila dihadapkan dengan laki-laki ini.
"Adhisty Flagella lo bisu? Jawab!"
Adhisty dapat merasakan tekanan dari setiap ucapan Fikran. Tapi bukan Adhisty namanya kalau mengalah hanya karena dibentak.
Adhisty menyambar lengan laki-laki itu.
"Fikran Gulama kamu buta? Aku cemburu!"
Laki-laki bernama Fikran itu terpaku untuk 5 detik lalu setelahnya Ia mendengus jengkel "Aulia itu pacar gue!" Adhisty melonggarkan genggamannya sehingga Fikran dapat dengan mudah menghempaskan tangan Adhisty.
Adhisty sangat tau itu satu anggkatan pun tau kalau Aulia itu pacarnya Fikran tapi ntah mengapa mendengar kata-kata itu terlontar langsung dari mulut laki-laki itu, membuat jantungnya sedikit berdenyut sakit.
Dia yang berjuang lebih dulu. Mengapa orang lain yang mendapatkannya?.
"Dan lo ngak berhak cemburu!" sarkas Fikran mengeluarkan apa yang ada dibenaknya.
Adhisty maju beberapa langkah lebih mendekatkannya pada tubuh Fikran. "Kamu pacarin dia cuma buat menjauh dari aku Fik! Kita itu satu Fik! Kalau ada seseorang yang pantes bersanding sama kamu, orang itu cuma aku!" katanya lembut namun sarat akan penekanan.
Fikran terperangah, dia tidak tau seperti apa jalan pikiran Adhisty. Gadis ini benar-benar 'gila'.
"Bangun Dhis jangan kebanyakan halu!" Fikran mendorong bahu Adhisty guna memperlebar jarak diantara keduanya "karena hayalan lo cuma akan nyakitin lo disaat lo balik kedunia nyata" setelah mengucapkan itu Fikran bergegas pergi menjauh dari Adhisty.
Sepertinya kepala batu adalah nama tengah Adhisty, itu mengapa ucapan Fikran tak mampu menembus otaknya.
"Lo yang akan gue seret kedalam dunia hayalan gue pangeran, lo milik gue Fik lo pangeran kuda putih milik Adhisty!" gumamnya kecil diakhiri dengan seringai licik milik Adhisty.
Gimana? Gimana? Giman? Pasti receh banget ya ngak jelas gitu? Moon maap ya Rifan kan masih amatiran hehe:v
Para readers yg budiman serius kasih saran dong lanjut apa ngak nih?
Budayakan coment and vote yayayaya
Salam manis dari Rifan yang pait hehe:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...