JANGAN DIUSIK

1K 96 2
                                    


Kami ada di sekitar kalian.
Tetap membantu dan menjaga.
Tanpa perlu kalian tahu.

SPATIA



Hujan sore itu sepertinya menaruh dendam terhadap bumi buktinya ia tak henti-hentinya menghujam tanah. Membuat pengendara mobil sedikit awas sedangkan pengguna motor lebih memilih menepi berteduh di manapun terdapat atap yang mamapu melindungi dari sang hujan.

"Aul masih marah?"

Fikran meletakkan jaketnya pada tubuh Aulia gadis itu masih diam belum mau berbicara padanya. Hujan pun tidak bisa di ajak kompromi ia masih turun dengan derasnya menyisahkan kecanggungan diantara dua insan itu.

Mereka berteduh di emperan ruko pinggir jalan ditemani dentingan air yang menghantam tumpukan kaleng di sudut tempat itu.

"Aul gua bisa jelasin semuanya. Gua bener-bener refleks ngelkuin itu" meskipun tak menjawab Fikran yakin Aulia mendengarkannya "gua nggak ada maksud apa-apa" lanjut Fikran.

"Taksii!"

Fikran terperanjat sesaat ia malah memperhatikan jaketnya yang sudah jatuh di kubangan air.

Gadis itu berlari memberhentikan sebuah taksi sayangnya Fikran masih mematung di tempat hingga membuatnya tertinggal jauh di belakang. Setelah sadar, dengan secepat mungkin Fikran mengejar di belakang, dengan cepat tangannya menahan pintu taksi agar tidak tertutup.

"Aul jangan kaya gini" ujar Fikran lembut. Air hujan mengalir melewati wajah laki-laki itu hingga jatuh kembali dari dagu. Bajunya basah kuyup hingga menjiplak kulit.

"Aku cuma pelampiasan kan?"

Fikran terhenyak, mengapa kekasihnya sampai bertanya seperti itu.

"Lo ngomong apa sih Aul?"

Aulia terkekeh pelan Fikran ini mengapa terlalu munafik. Jika waktu itu ia tidak datang ke ruang rapat OSIS mungkin ia tak pernah tahu kalau Fikran hanya iba padanya. Ya sebatas kasihan.

"Gue denger omongan lo sama Adhisty di ruang rapat waktu itu"Aulia tertawa sumbang "lo cuma kasian karena gue sering dirundung?"

Laki-laki itu terpaku jadi Aulia ada di sana pada saat itu? Tapi mengapa ia masih mampu menenangkannya? Bahkan membujuknya untuk rapat? Yang lebih parah ia memendam ini hingga saat ini.

"Aul--"

"Diem!" sela gadis itu "Adhisty bener, apa lo pernah mikir se hancur apa gue waktu tau ini? Semenyedihkan apa gue waktu lo pergi?" air matanya sudah tak mampu tertahan gadis itu biarkan mengalir dengan derasnya "nggak kan? Nggak pernah mikir kan, sebesar apa harapan gue sama lo!"

Fikran terpaku sejahat itukah ia sampai Aulia mengubah panggilannya dari yang biasanya aku kamu "Aul gua sayang sama lo" jujur Fikran.

Aulia mendorong Fikran menjauh. Hatinya sudah terlalu sakit mentalnya sudah terlampau hancur. Mau sampai kapan? Mau sampai kapan Fikran ada di sampingnya? Seumur hidupkah seperti yang di harapkannya?.

"Kalo gue minta lo janji nggak ninggalin gue selamanya lo sanggup?"

Fikran tertegun. Laki-laki itu tak menggubris, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal hatinya hanya untuk menuruti permintaan gadisnya. Apakah ini yang dinamakan sayang? Mengapa tampak asing, mengapa tak ingin bertindak, mengapa ia diam saja.

"Nggak sanggup kan?" Aulia terkekeh sedih "makasih banget gue sama lo, sama Adhisty, dan sama Dewi yang entah dimana" gadis itu menatap Fikran dalam "makasih udah ngancurin hidup gue! Makasih atas rasa ibanya"

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang