*••*••*••*
Kesalahanku adalah terbiasa mengobati rasa sakit yang telah ada dengan luka yang baru.
•
•
•
•Adhisty terpekik tertahan beberapa buku cetak di dekapannya terlempar kesegala arah Ia kaget saat baru melewati gerbang tangannya digenggam seseorang. Alarm diatas kepalanya otomatis berbunyi menandakan Ia dalam mode siaga. Ia pikir tadi pak satpam yang menggengamnya jadi secara naluri Adhisty mengepalkan tanganynya siap memberikan bogeman kepada bapak beranak dua itu.
Udah tua masih aja ganjen.
Kepalan tangan yang siap menghantam orang disampingnya terhenti diudara "Raja?" Gumamnya.
Ternyata Adhisty salah tebak ternyata pak satpam sedang duduk di pos satpam, sambil menikmati secangkir kopi. Mata cewek itu menyorot tajam dan tangannya yang sempat berhenti diudara kembali dilayangkan kearah lengan cowok didepannya.
Tidak bereaksi.
Adhisty mendengus kesal bukannya si setan yang kesakitan ini malah tangannya yang sakit. Merasa tangannya ditarik Adhisty tetap kukuh mempertahankan posisinya.
"Lepas!"
Adhisty menghempaskan tangan Raja dengan cepat Ia mengambil kembali buku-bukunya yang berceceran. Setelah semua buku telah berada di dekapannya Adhisty kembali melanjutkan langkahnya.
Raja masih tak besuara cowok itu terus melangkah dibelakang Adhisty sampai akhirnya langkah Adhisty terhenti, bukan karena Ia ingin mengomentari Raja hanya saja seorang cewek berbadan tambun dengan tinggi mungkin sekitar 155 cm belum lagi pipi cewek itu yang tembam membuat hidungnya terlihat mungil. Dan dari dasi yang Ia kenakan Adhisty tau cewek itu adalah adek kelas barunya.
"Untuk kakak"
Adhisty menaikkan satu alisnya saat juniornya memberikan kotak bekal berwarna merah muda.
"Kak R-Ra-ja"
Ungkapan itu seakan menjawab pertanyaan Adhisty, ternyata kotak bekal itu untuk Raja dia kira cewek tambun itu nge-fans dengannya. Karena merasa bukan urusannya Adhisty bermaksud untuk melanjutkan langkahnya. Sebelum satu tangannya yang bebas kembali digenggam dan tangan yang lain mencengkram erat buku yang dibawanya.
"Dhis gue boleh ambil?"
Adhisty yang belum paham situasinya hanya mematung, frekuensi pemikirannya dengan pemikiran setan dihadapannya tidak sejalan.
"Kamu ngak cemburu kalo Aku ambil itu" Raja menunjuk kotak bekal di tangan juniornya hanya dengan meliriknya. Adhisty paham sekarang Raja sedang memintanya untuk berperan menjadi kekasihnya.
"Aku ngak suka warna kotaknya" jujur Adhisty sedikit geli dengan aksen kata Aku yang Ia gunakan.
"Ok"
Raja menarik tangan Adhisty melewati cewek itu tanpa menyentuh sedikitpun kotak bekal dengan warna kesukaan kaum hawa tersebut. Cewek itu masih tetap berdiri ditempatnya sampai Adhisty dan si iblis satu ini benar-benar menjauh.
Anggap saja Adhisty sedang memberi tahu cewek itu bahwa Ia berhadapan dengan Raja si iblis berwajah rupawan. Dan Adhisty bermaksud menjauhkan junior polosnya dari iblis satu ini.
Adhisty tidak bohong Raja itu tampan mungkin definisi rupawan sudah complete dalam dirinya. Tapi sayang ketampanan laki-laki itu tidak sanggup mendobrak hatinya sementara senyuman tulus dari Fikran saja yang mampu meluluh lantahkan benteng Adhisty.
"Mereka pacaran?"
"Kok bisa sih"
"Pantes juga sih kak Adhisty kan Ratunya dapet pacar Raja cocok"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...