Saat itu. Ibuku menjadi malaikat terhebat bagiku.
Wanita luar biasa yang mampu menenangkan ku.
Sentuhan nyamannya membawaku tertidur.
Seperti saat kecil dulu.---Raja Praha Nugraha--
Beban malam ini terasa semakin berat. Terbesit keinginan untuk mengulang kembali kejadian yang telah lalu, Rena akan lebih memilih memaksa Adhisty pulang. Meskipun saat itu dia terpaksa menggunakan kekerasan, dia pasti menyeret Adhisty pulang.
Decitan roda brankar yang bergesekan dengan lantai memekakkan telinga, deru tangis menemani dorongan tandu menuju unit gawat darurat, menimbulkan guncangan kecil di tubuh lemah Adhisty. Sekecil apapun kemungkinannya, Rena akan berusaha agar gadis itu kembali berdiri di samping mereka.
"Dhis. Aku mohon...bertahan" seakan lupa, Rena memandang lesu Fikran yang penuh akan kecemasan. Rena harus menceritakan hal ini saat Adhisti pulih, dia harus mengetahui betapa orang yang dia sukai sangat mengkhawatirkannya. Adhisty pasti akan terlonjak senang.
Memikirkannya, menjadikan matanya tambah memanas, seolah-olah tangisan sedari tadi belum cukup. Gadis itu membelai mata terpejam gadis di bawahnya, jari-jemarinya menyapu halus bulu mata lentik Adhisty. Air mata jernihnya jatuh di atas pipi mulus gadis itu.
"Bertahan ya Dhis. Lo harus liat seberapa banyak orang yang sayang sama lo"
Tubuhnya ditahan, mereka tidak di bolehkan masuk ke dalam ruangan. Menggigit-gigit jemarinya cemas, Rena berlalu-lalang kesana kemari. Jantung bodohnya semakin berdetak tidak enak, pandangan sedunya menyapu sekeliling mencoba meringankan kecemasan yang bergejolak.
"Rena--"
Terdiam, panggilan sendu menembus Indra pendengaran. Syaraf sensorik gadis itu merasakan tepukan pelan di pundaknya. Jantungnya semakin menggila saat dia hafal suara lemput siapa itu. Tubuhnya memutar, gadis itu mendongak menatap mata kelam Naina, ibunda Raja.
"Ren!"
Raganya melemas saat pelukan hangat itu menumbuk dirinya. Pecah, tangis Naina pecah di atas pundak Rena. Tanpa mengetahui apa yang terjadi, Rena kembali menangis. Mereka saling menumpahkan kesedihan, saling berbagi rasa sakit.
Rena menangis tersedan-sedan, tangannya meremas pundak Naina seakan dia adalah ibunya.
"Raja, Ren--"
Rena semakin memperdalam dekapannya. Gadis itu tidak siap, dia tidak siap atas apapun yang akan Naina tumpahkan padanya.
"Raja kecelakaan. Raja, Ra-ja Ren--hiks"
Melebur, Rena termenung. Mengendurkan dekapan dari tubuh Naina, melangkah mundur dengan tangis sesenggukan. Matanya sembab, mengetahui kabar buruk disaat hatinya tengah hancur. Rena benar-benar kacau.
"Ng-ngak," kepala gadis itu menggeleng lambat "Nggak mungkin!" Teriaknya histeris, tubuhnya jatuh terjengkang bersentuhan dengan lantai koridor.
Kepalanya menggeleng kuat "RAJA! RAJAAA HIKS!" Menjambak, tangannya memas kepalanya kuat, menjerit seraya meracau.
Reza bergerak cepat, meraih Rena karena gadis itu berteriak-teriak histeris. Jiwa gadis itu tidak mampu menerima hantaman sebesar ini. Rena meracau liar di dalam dekapan Reza, memukul-mukul dada, bahkan meremas bajunya hingga sobek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] Adhisty lah yang tak memahami, bahwa langit memang tak akan mampu memeluk bumi. Dia si miskin mampukah bersanding dengan dia yang kaya? Dia yang tak dianggap mampukah bersanding dengan dia si penarik perhatian? Dia y...