Siapa Ia?

1.1K 126 13
                                    

-Dangue Punyarasa-

____________________________


Selama mereka masih dalam satu planet yang sama kemungkinan bertemu itu pasti ada. Walaupun kemungkinan nya sangat kecil tetap saja ada. Ini hanya soal waktu tidak ada bedanya bertemu saat ini, esok, atau nanti. Ini hanya soal waktu.

Pernyataan itu yang masih terus ditekankan oleh Adhisty. Dari mulai turun dari bus sampai saat Ia sudah ada didepan gerbang megah CENDIKIA. Menegarkan hati itu bukan perkara mudah, bertahun-tahun Adhisty mencoba melupakan laki-laki itu. Tapi tetap saja hati kecilnya tak bisa berbohong.

Ia sangat merindukan sosoknya.

"Lily sayang papa?"

"Ily ayang papa"

Bibir Adhisty membentuk lekukan indah. Tanpa Ia sadari matanya terpejam erat, Adhisty menikmati setiap dengungan suara dalam kepalanya.

"Lily diem disini ya sayang. Jangan keluar. Inget jangan pernah keluar!"

"Ndaa huwaaa!"

"Sstt jangan nangis Lily anak pinter ngak boleh nangis. Bunda sayang Lily"

"Adhisty sayang Bunda" lirihnya tanpa sadar.

Door!

Lekukan dibibir indah itu mulai memudar. Kelopak mata gadis itu mulai berkedut seakan menandakan akan melebur apa yang dari tadi Ia tahan.

Netranya sepontan membelalak. Peluh terus mengucur dari dahi gadis itu, napas nya bergemuruh. Bahu nya naik turun seirama dengan detak jantung nya.

"Neng Adhisty!"

Adhisty menoleh kesamping mendapati pak satpam dengan tangan yang bertengger dibahu gadis itu.

"Neng Adhisty kenapa?" tanya Pak Anto satpam kepercayaan SMA CENDIKIA.

Adhisty tersenyum getir "Kelilipan pak" dustanya.

"Kelilipan apa neng sampe deres gitu aer matanya?" tanya Pak Anto.

Adhisty enggan mejawab. Lagian kenapa pak satpam kepo sekali dengan urusan nya.

"Kelilipan gajah dia pak!" celetuk Bintang yang entah muncul dari mana. Laki-laki itu berlari kecil menghampiri Adhisty.

"Eh pagi Den Bintang" sapa pak Anto dengan ramahnya.

"Tadi kan udah pak"

Bintang tersenyum kecil melihat pak Anto yang menggaruk tengkuknya gugup.

"Yaudah pak saya culik Adhisty nya dulu ya!" Adhisty mengerjapkan matanya saat tubuhnya terasa ditarik paksa.

"Mau diculik kemana Den?" tanya Pak Anto serius membuat Bintang menghentikan langkahnya lalu menoleh.

"Ke hatiku!" serunya, jangan lupakan senyum merekah yang selalu di tunjukan laki-laki itu. Senyum yang mampu membuat ciwi-ciwi CENDIKIA terpesona. Pengecualian untuk Adhisty. Karena hanya senyum Fikran yang mampu meluluhkan dirinya.

Dan Gue Punya Rasa [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang