PERINGATAN!!! CERITA INI MENGANDUNG DOSA YANG MEMBUAT KALIAN SELALU BERPRASANGKA BURUK / SUUDZON TERUS!!
Kay Senja gadis cantik penuh misteri. Ia dibesarkan oleh Pamannya dengan kehidupan yang berapi api. Tinggal didesa dan sering dijuluki pendekar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dimarkas kini mereka memberikan laporan. Noah tampak mendatangi Yura didalam ruangan. Ia sudah cukup mengumpulkan beberapa bukti.
Yura tampak berkutat dengan laptopnya. "Laporan?" tanya Yura yanv fokus pada laptopnya.
"Iya," jawab Noah.
"Sepuluh orang yang ke rusunawa dan lancang masuk ke kamar Kay adalah orang yang hampir sama dengan Ayu.
Yura terkejut dengan penjelasan Noah. Ia takut saja jika Julio menyadari kalo Kay adalah anak Ayu. Karna wajah Kay memang mirip dengan Ayu.
"Apa ada yang sudah mengenali Kay?"
"Belum, orang orang Julio belum tau tentang Kay. Tapi mereka sudah curiga. Gue harap mereka nggak tau, karena nyawa Kay dalam bahaya juga untuk saat ini."
"Noah, awasi Kay terus di sekolahan. Gue yakin penjahat itu akan kembali mengincar Kay."
"Baik Mbak Yura."
Yura memutar bola matanya malas. "Tuaan lo! Jangan sok manggil Mbak Mbak-an lah."
"Udahlah, gue mau ke bengkel. Ojan kesayangan gue sakit dan masuk bengkel."
"Dasar motor butut!"
Noah tak menghiraukan. Ia terus saja berjalan dan keluar dari ruangan Yura. Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya saja.
Umur sudah tua tapi Noah tampak masih muda. Belakangan ini Yura merasa aneh dengan Bombom yang gerak geriknya bikin Yura curiga.
🌾🌾🌾
Diruangan yang sangat mewah. Berdiri pria paruh baya dengan stelan jasnya. Ia menatap layar laptop, disana ada poto Arka, Ayu, dan Kay saat masih bayi dirumah sakit singapura.
Tangannya mengetuk ngetuk meja, tatapan mata yang tajam, memangku satu kakinya. Ia adalah pemilik harta Alexander yang kini namanya masih dirahasiakan.
Dua orang berbadan besar memasuki ruangan pria paruh baya itu dengan menunduk hormat.
"Bagaimana?" tanya pria paruh baya itu dan kini mengubah posisinya menjadi duduk tegap.
"Tuan, rencana berjalan lancar. Penyamaranmu tak diketahui siapapun."
"Bagus, awasi terus gerak gerik pembunuh dan penghianat itu! Jangan sampai cucuku terluka lagi!"
"Baik Tuan."
"Ambilkan pakaianku, aku ingin mengawasinya lagi. Cucuku sekarang sedang camping bersama Abangnya."
