TIGAPULUH TIGA

23 3 0
                                    


Kesalahan terbesarku adalah saat mulutku seolah bisu. Terlalu sinis kepada keadaan hingga aku lupa pihakku adalah sumber dari banyaknya masalah. i know it!. Apakah Munafik lebih pantas dari pada sebutanku?

***

"Nice. Emang bener kan Dady yang salah?."

Pria yang di panggil Dady itu tersenyum sekilas lalu menghunuskan tatapan tajam ke arah putrinya.

"Kamu tau alasan Dady ngelarang kamu ke London? Fine! Dady was wrong. But, kamu gak bisa  membenarkan bahwa keputusan Dady adalah kesalahan besar!."

Raya menghela nafas malas. Membuka pikiran seluas mungkin agar emosinya dapat terkontrol. Mau bagaimanapun Dady berhak menjelaskan semuanya. Dan Raya harus menurut ia tidak bisa mengelak terlebih dahulu.

Ada apa dengan London? Ayolah Raya hanya butuh liburan di sana. Let's enjoy it. Lagi pula dia juga sudah lama tidak bertemu ibunya.

"Oke. Tell me what's wrong."

"Dady takut, kamu gak akan kembali lagi."

Raya tertawa sumbang mendengar alasan ayahnya. Just that?

"Ch, Dad. Aku nggak kemana mana kenapa Dady harus khawatir kalo aku gak kembali. Lagi pula wanita simpanan Dady masih belum habis kan? Aku rasa nggak ngaruh juga kalo aku nggak kembali. Jadi, di mana titik masalahnya. Plis jangan keluar dari letak kesalahan Dady."

Sebenarnya Darma tidak suka jika sudah membahas hal ini. Bermain dari beberapa banyak wanita adalah suatu hiburan untuk membuang semua masa lalunya.

Tidak ada kata serius, namun dengan ia melakukan hal itu sebagai alasan ia malah terjebak lagi di lautan masa lalu. Dimana ia menemukan luka itu kembali, rasa bersalah semakin mmengahantui semakin hari juga dia tidak ingin kehilangan untuk kali kedua. Ya, dia menemukan setelah perceraianya dengan Irene ibunya Raya. Hanya bersikeras untuk menebus kesalahan di masa lalu itu saja. Tidak lebih.

Tapi, akankah dia terjebak lagi dengan mantan istrinya itu? Bukan. Bahkan mereka belum berikrar di hadapan kedua orang tua mereka.

"Ibumu sudah bahagia. Jangan ganggu dia. Kalo kamu ingin kesana tunggu Dady menyelesaikan semua pekerjaan Dady. Setelah itu kita akan kesana sama sama."

Raya membuang muka sembari tertawa kecil. Semakin kesini ayahnya semakin melucu saja.

"Bagaimana Dady bisa tau? Bahkan, kalian gak pernah ada kontak. Bukan ini jawaban yang aku mau Dad. " Raya mendengus dengan perasaan dongkol lantas kembali melanjutkan kalimatnya " Mungkin perlu aku perjelas. Point pertama apa keuntungan Dady memanipulasi perempuan perempuan lain. Kedua jelakan alasan Dady menceraikan mami, karena selama ini akupun belum tau apa penyebab Dady bercerai Dan ketiga — Raya menahan nafas sesekali menata kalimatnya dalam hati, semoga saja hati laki laki di depanya ini dapat segera terbuka. Kedua mata Raya menatap netra ayahnya dengan telaten, seolah mencari cari apakah ada kebohongan di dalam sana.

"Sepenting apa hubungan Dady sama ibunya Risa?...." Belum sempat di jawab Raya melanjutkan lagi kalimatnya seolah tau jika ayahnya sedang kesulitan mencari jawaban yang tepat. "Oke, Aku tau ini udah menjadi kebiasaan Dady. but, photo frame itu seenggaknya sudah menjadi saksi buat aku. Dad mau menikahi wanita itu,?"

"Oke cukup, Jangan paksa Dady untuk membahas hal itu lagi! Bukankah sudah Dady katakan bahwa Dady cuma mau menebus kesalahan Dady sama dia." Darma sontak berdiri. Entah mengapa emosinya meningkat setelah mendengar pertanyaan pertanyaan dari putrinya itu. Mungkin pertanyan tersebut terlalu masuk akal hingga Darma tak bisa mengelak lagi.

"Jangan ikut campur urusan Dady, cukup diam! Dan nikmati semua fasilitas yang sudah Dady berikan. Apa itu kurang cukup? Hah?!."

Kedua mata Darma mulai berkaca kaca menahan emosi dengan rahang mengeras. Dia tidak pernah kasar dengan Raya tapi dia juga perlu mempertegas putrinya agar tidak terlalu jauh mencampuri urusan pribadinya. Menurutnya Raya terlalu dini untuk mengetahui hal semacam ini.

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang