ENAMPULUH

12 1 0
                                    

Athar terisak di depan kamar operasi, tubuhnya lemas. Tak ada orang yang mampu menjadi penopang jika seperti ini, Raya nya sudah ia lepaskan. Bagaimana ini?

Beruntungnya dia masih punya Rudi semoga saja dia berkenan untuk menjadi tempat dimana Athar merasa pulang.

Rudi sampai dengan nafas yang menderu, kini mendapati Athar yang terduduk sembari menunduk dalam. berkali kali mulutnya merapalkan doa dengan mimik wajah yang begitu cemas. Rudi tau bagaimana takutnya laki laki itu. Selama ini Athar sudah terlampau mandiri hidup hanya berdua dengan sang nenek yang usianya pun sudah tak muda lagi, dan Arka sudah kembali melanjutkan studi dari beberapa minggu yang lalu. Orang tua Athar tidak tau jika eyangnya sudah sakit sakitan seperti ini. Yang tau hanyalah Athar dan Arka.

"Gue harus gimana...?." Adu Athar dengan suara lirih membuat Rudi merasa iba tak menyangka bahwa Athar bisa sampai pada titik se rapuh ini.

"Eyang gapapa? Kenapa bisa kayak gini? Thar kok.." kalimat tiba tiba dari Raya menggantung setelah mengetahui ekspresi Athar yang tak bersahabat sama sekali. Dia datang tiba tiba membicarakan soal eyang dan berlagak paling kenal keluarga Athar. Ini sangat tidak sopan, tapi mau bagaimanapun Raya juga khawatir bagaimana jika sesuatu terjadi pada eyang "Maaf..." Ucap Raya menundukkan kepala "Lo gak papa? Kenapa eyang bisa begini.. pasti banyak pikiran."

"Jangan berlagak tau tentang keluarga gue. Mendingan lo pulang."

Raya tidak salah dengar kan? Athar mengusirnya. Iya, mulut Athar benar benar mengatakan kalimat itu. Raya menautkan jari jarinya. Jujur selain ia merasa khawatir ia juga sedikit malu menampakan wajah lagi di depan Athar. Tapi, mau bagaimanapun keadaan seperti ini sangat sulit ia hindari. Ia masih butuh Athar dan Raya yakin hari ini Athar pasti sedang membutuhkanya. "Athar... Gue minta maaf, lo nggak seharusnya kayak gini. Terlepas dari semua yang udah terjadi gue mohon jangan usir gue buat jagain eyang juga. Gue sayang banget sama dia."

"Lo siapa?."

Jleb! oke seharusnya Raya tak perlu kaget, entahlah tapi rasanya menusuk sekali. Ini benar benar membuat Raya tak bisa mengelak. Benar juga, dia siapa? Tapi setidaknya Raya sudah menganggap eyang sebagai keluarganya sendiri gak peduli akan semarah apapun Athar padanya.

"Gue emang bukan siapa siapanya tapi gue mohon..."

"Percuma Lo nggak ada guna disini." Telak Athar lagi membuat mulut Raya seketika tertutup. Bohong! Athar berbohong jelas jelas eyang pernah berpesan untuk membawa Raya padanya. Lantas mengapa saat Raya sudah datang pemuda itu malah mengusirnya?.

"Eyang gak butuh lo. Begitu juga dengan gue."

Ah, Rudi benar benar tidak bisa bertindak apapun ia juga baru tau bahwa Raya dan eyangnya Athar sudah sedekat itu setelah dilihat lihat dari raut wajah yang Raya berikan.

Raya memberanikan diri mendekat lalu menjatuhkan lutunya di lantai. Ia tatap manik mata itu dengan sangat penuh harap meskipun yang ia dapati hanya tatapan penuh amarah "Athar... Gue minta maaf. Semua emang salah gue. Tapi plis kasih gue kesempatan buat lurusin semuanya. Gue gak minta lo balik lagi ke gue, tapi untuk kali ini biarin gue ketemu sama eyang—

"Iya, gue gak bakal balik lagi sama lo. Gak malu lo? Bisa bisanya ngomong kayak gitu seolah berharap masih ada kesempatana lagi buat hubungan gak jelas kayak gini. Lo pikir gue nangis kayak gini juga karena hubungan kita? Ck, persetan!."

"Maaf.."

"Bacot."

Suasana semakin panas. Jujur Rudi semakin tidak tega mendengar makian Athar yang sudah terlampau kasar pada Raya. Ia tidak tau se kecewa apa Athar pada Raya yang jelas dan yang ia tau hanya ketika Raya menerima Liam di depan mata kepala Athar sendiri, setelah putus beberapa hari.

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang