DUAPULUH TUJUH

24 2 1
                                    

***


Sekolah sudah mulai masuk seperti biasa setelah liburan. banyak hal hal seru yang mereka ambil pasca liburan kala itu. Namun tidak bagi Raya yang harus menerima kemalangan nasibnya di sebuah rumah yang entah milik siapa. Raya masih belum di temukan, sementara Athar yang hampir gila memikirkan hal itu namun dia tidak boleh ceroboh, dia harus hati hati karena Regan tak semudah itu untuk menjadi tandingan Athar. Dia begitu pintar untuk menghasut situasi seperti ini salah satunya Sena.

Mengenai Sena dia juga tidak sekolah akhir akhir ini padahal dia sudah kelas akhir dan waktunya untuk sibuk menghadapi soal soal ujian. Entah dimana dia saat ini, tidak ada yang tau.

Risa dan Elen sama sama tidak bisa di defisinikan begitu juga dengan Kici dan teman temanya mereka tampak lebih pendiam dan bingung harus melakukan apa.

Kici, Sirly dan Rosie tengah beradu tatap di depan wastafel yang menampakkan kaca besar di sana. Mereka sibuk memoles lipstik hanya sekedar menambahi jika lipstik mulai pudar. Namun ada yang berbeda dari Kici, gadis itu tidak seperti biasanya tatapanya kosong hanya menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan sayu.

Sirly dan Rosie saling berpandangan memberi isyarat apakah dia tau mengapa Kici mendadak seperti ini. Seketika mereka mengangkat bahu, pertanda mereka sama sama tidak tau alasan Kici seperti ini. Seperti ada masalah.

"Ci, are you oke?"

Kici terlonjak pandanganya kabur entah kemana, sekarang yang ada di hadapannya hanya dua orang cewe dengan dandananya yang mempesona. Entah aneh atau apa Kici tidak marah, biasanya jika dia di kagetkan sampai seperti itu dia tak segan menggetok kepala mereka satu persatu.Yah, Kali ini beda.

"Kalian ngagetin aja."

"Nggak nggak. Lo pasti ada apa apa." Tanya Rosie selidik bak detektif.

"Ada apa? No. I'm fine guys" jawab Kici santai selebihnya hanya senyuman sebagai jawaban.

"Udah lo jujur aja Ci, sebenernya ada apa?."

Kici menghela nafas pasrah dia memang tidak pandai menyembunyikan sesuatu dari teman temanya. Rasanya malah tak enak jika dia menyembunyikan hal seperti ini kepada mereka.

"Raya udah ketemu?-

"Bentar! lo gak lagi kesambet? What. Rraya?

Kici mengangguk santai sedangkan Sirly memberikan tatapan tajam ke arah Rosie sebagai tanda jika dia tidak boleh bertanya terlebih dahulu sebelum Kici bercerita.

"Belum." Jawab Sirly datar. Kici hanya mengucap 'oh' sambil mengangguk kecil.

"What happen? tell me"

Kici menghembuskan nafas pasrah, mau bagaimanapun temen temanya akan tau baik sekarang atau waktu yang akan datang.

"Gue suka sama Athar."

"HAH!!!!!!!!"

****

Sifat Athar juga sedikit berubah yang biasanya pecicilan dan suka nyanyi gak jelas, sekarang hanya diam dan bahkan jika bosan ia tidur menjatuhkan kepalanya di atas meja.

Rudi tau bagaimana perasaan sahabatnya itu, walau terkadang Athar mengelak jika ia sedang mengkhawatirkan Raya tetapi tak ada yang bisa di sembunyikan dari sifatnya akhir akhir ini.

"Gue tau ini bukan lo. Gue tau pikiran lo kacau hari ini. Jadi, gue bakal bantuin apapun jika lo butuh gue, jangan kayak gini men."

"Udah sanaa.." usir Athar sambari melenguh dari tidurnya.


****

"Makan!."

Sosok laki laki bertubuh kekar datang melempar sebungkus nasi di hadapan Raya yang sontak mentapanya nyalang. Sudah 2 hari dia disini tetapi tetap tidak menemukan jawaban mengapa mereka menyandranya.

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang