ENAMPULUH SEMBILAN [END]

39 2 3
                                    


"Gimana?."

"Udah gapapa habis ini langsung anterin dia pulang, kayaknya dia perlu istirahat penuh."

Raya menghela nafas lega, syukurlah tak ada yang perlu di khawatirkan dari kondisi Liam hanya saja beberapa bagian wajahnya perlu perawatan maksimal akibat pukulan keras dari Athar.

"Lo kemana aja tadi?."

"Mau beli makan tadi—

"Hei!." Tiba tiba suara Liam muncul memotong pembicaraan Raya, gadis itu menoleh terkejut mendapati Liam berdiri tak jauh dari sana. Bisa bisanya dalam keadaan mengkhawatirkan seperti itu dia masih bisa berdiri meskipun harus menyangga perutnya dengan satu tangan.

"Heh, kak Liam kok udah keluar aja. Gue belum siapin mobilnya."

"Bau obat tau di dalem."

****

Tubuh Elen runtuh dengan menghembuskan nafas lega, sesekali ia memejamkan mata memastikan apakah hari ini dia benar benar tidak bermimpi. Apakah benar yang sedang bicara padanya tadi adalah Raya.

Meskipun sudah lama berpisah setidaknya Elen masih bisa bernafas lega mengetahui keadaan Raya sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya. Ternyata prasangkanya benar pasti Liam menjaganya dengan baik.

"Thar tadi beneran Raya loh!."

Athar menyibak selimutnya hendak pergi dari sana, namun Elen buru buru mencekal pergelangan tangan Athar.

"Lo mau ngapain?."

"Ketemu Raya lah. Lo sendiri yang bilang tadi itu beneran Raya kan?!."

"Yya.. heh! Kaki Lo masih sakit."

"Ga peduli." Athar tetep kekeuh meninggalkan brankarnya, sementara Elen buru buru mendekat membantu Athar untuk berdiri.

"Lo nyusahin anjrit."

"Yaudah lepasin." Elak Athar

"Gausah kebanyakan gaya!."

Setelah melewati koridor rumah sakit kedua manusia itu berhenti mendengar instruksi dari Elen yang katanya melihat sosok yang pernah ia kenal "itu kak Liam kan?."

Athar menoleh, fokusnya tertuju pada apa yang di lihat oleh Elen. "Iya, dia kek gitu gegara gue gebukin.. eh, itu Raya!."

Athar dengan semangat menghampiri figur tersebut namun, kurang beberapa langkah untuk sampai ia terkejut ketika mendapati Kici berada di sana, di samping Raya.

"Ggue.. minta maaf." Saut Athar tiba tiba membuat ketiga orang di sana terkesiap memandang Athar dalam diam, terlebih Liam yang masih jengah melihat keberadaan Athar.

"Athar lo kenapa?." Tanya Kici dengan ekspresi kaget melihat satu kaki pemuda itu penuh perban.

"Buat apa lo minta maaf, gak ngaruh sama sekali." Timpal Liam masih bersikap acuh, sementara Athar hanya bisa tersenyum lebar meski dirinya terasa hancur tidak bisa menjaga Raya dengan baik malah melukai seseorang yang sudah jelas mampu menjaga Raya sampai saat ini.

Dirinya terlampau egois selama ini.

"Gue emang gak tau diri, gue juga gak tau harus gimana lo bisa maafin gue. Yang jelas gue mau bilang makasih banyak udah jagain Raya sampai saat ini, dia benar lo orang yang baik gak kayak gue yang hanya bisa kasih luka buat dia." Athar tersenyum lebar menepuk bahu Liam berkali kali.

"Lo pantes, sangat pantes berada di samping dia, maaf gue pernah salah paham waktu itu. Jangan sampai lo perlakuin dia sama seperti apa yang pernah gue lakuin ke dia, dia terlalu sempurna buat di campakan gitu aja."

Raya&Athar (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang