Rudi menghampiri Raya yang baru keluar dari toilet sekolah. kedatangan cowo itu membuat Raya terkejut.
"Gue perwakilan Athar meminta maaf soal kemaren."
"Ngagetin aja Lo!."
"Gue serius." Ungkap Rudi merasa prihatin juga bersalah atas kelakuan temanya kemaren.
"Orang gak salah kok minta maaf." Raya berjalan meninggalkan Rudi namun Rudi segera menghadang membuat Raya terkesiap. Oke. Raya jadi de ja vu saat pertama kali mengenal Athar yang menyebalkan.
"Sebenernya lo sama Athar ada apa si? Harus banget ya putus?,"
Raya menghela nafas panjang "Udah ya.. gausah di bahas lagi." Raya berjalan menjauh tapi lagi lagi Rudi berhasil membuat Raya urung untuk melanjutkan perjalanannya.
"Gue dapet pesen dari Athar katanya eyang nyariin lo."
Raya diam. Tidak berbalik ke arah Rudi tapi kalimat itu begitu jelas di telinganya. Lalu jika Rudi berkata seperti itu memangnya Raya harus apa? Bukankah Athar sendiri yang bilang jika dia sudah tidak membutuhkan dirinya lagi?.
Diam. seketika itu Raya pergi meninggalkan Rudi tanpa sepatah kata pun.
****
"Hemh.. ngeliat anak anak basket tuh bawaanya adem gitu. Dah lama juga gak jelalatan liat cogan, cuma gegara bebek satu itu."
Sang empu yang di ajak bicara tak kunjung menyaut sedari tadi ia hanya meratapi ponsel entah apa yang di lakukanya. Pdahal lapangan basket sedang dalam keadaan ramai.
"Heh, lo udah putus bukanya ikut exited kek liat cogan cogan bening, malah diem mulu liatin hape." Cerocos Elen mengomentari sementara Raya hanya tersenyum kikuk.
"Ck, temenya Elen kok galau" Elen meraih pundak Raya "Biarin aja, kasih waktu dia maunya apa. Lagi pula masa iya Athar mau lepasin gitu aja. Sayang banget cewek kaya lo di anggurin."
"Yaaa.. hati kan gak ada yang tau Len. Lagi pula gue juga gak tau mau ngasih waktu sampai kapan."
"Emangnya Lo udah gak ada waktu lagi? Mau nyari yang baru? Wah, tugas gue nih nyomblangin Lo ke cowo basket mayanlah tepe tepe cogan."
"Gak gitu ishh.."
"Ya terus apa?!."
"Gue gak ada waktu buat nungguin Athar mau balik lagi atau engga, begitu juga elo."
"Lah kok gue. Mmaksud lo.. lo anggap hubungan kita lesbing gitu terus mau nyari yang laen?."
Raya menarik nafas dalam berusaha untuk tetap tersenyum lebar meskipun batinya ingin sekali menampol kepala Elen. "Gue mau balik ke London, jadi gue gabakal balik ke lo ataupun Athar lagi."
"WHAT?!."
"Muka lo biasa aja." Raya melengos mengalihkan pandangan ke arah lapangan.
Elen yang cengo terbuyar kemudian menyerbu pertanyaan lagi "Kapan? Gila ya Lo. Masalah lo sama Athar belom kelar anjir masa mau kabur gitu aja?,"
Bukan maksud Raya mau kabur. Bagaimana mungkin Raya mau menunggu Athar untuk memaafkan dirinya sedangkan Athar sendiri yang bilang jika tidak lagi membutuhkanya. jangankan memaafkan, sekedar menatap wajah Raya pun sepertinya sudah enggan. Raya mengetikan sesuatu di hapenya namun entah apa, yang Elen ketahui gadis itu suka sekali menulis sesuatu yang gak jelas di catatan hapenya.
"Heh, orang nanya tuh di jawab" Desak Elen merasa kesal sudah di abaikan.
Raya menghela nafas dalam, mengalihkan pandangannya ke arah Elen. Cewek itu hanya tersenyum kecil. Akhir akhir ini Raya memang suka sekali tersenyum yang pasti menyebalkan menurut Elen. Bukanya di jawab malah senyum gak jelas. Sampai Elen menemukan sesuatu yang janggal tertangkap oleh kedua matanya ketika melihat Raya kembali mengetikan sesuatu lagi pada keyboard ponsel. Di bagian lengan kirinya ada bekas goresan yang pasti terlihat begitu jelas jika lukanya masih baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya&Athar (Selesai)
Подростковая литератураCerita ini di tulis menggunakan hp kentang jadi maafkan kalo berantakan. :)) [END] Proses revisi _________________ Ini bukan tentang kisah broken home yang di picu oleh kdrt atau kerusakan ekonomi. Cerita yang seakan di kendalikan oleh ayahnya keti...